JK Capres Golkar
Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya Jusuf Kalla, memaklumi keinginan sejumlah kader dan pengurus Partai Golkar yang menghendaki adanya nominator calon presiden dan wakil presiden sebelum Pemilu Legislatif berlangsung. Kalla pun mempersilahkan kader dan pengurus menyaring sejumlah nama yang cocok untuk mengisi kursi capres dan cawapres Partai Golkar pada Pilpres 2009 mendatang.
"Semua orang sudah menyebut. Silahkan saja," jawab Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden Jusuf Kalla saat ditanya tentang keinginan sejumlah kader dan pengurus perihal nama-nama yang layak maju sebagai Capres/Cawapres Pilpres 2009.
Meski mempersilahkan adanya sejumlah kader menjajakan nama-nama capres dan cawapres, Kalla menegaskan, partai Golkar tidak akan memutuskan sosok capres dan cawapres sebelum Pemilihan legislatif berakhir. "Kita akan menentukan pilihan nanti karena belum dibuka. Dan kita sepakat belum waktunya," ujarnya di sela-sela silaturahmi KAHMI di Istana Bogor, Minggu (19/10).
Pada Rapimnas Golkar IV dan dan HUT Ke-44 Partai Golkar, Sabtu (18/10), sejumlah dewan pimpinan daerah (DPD) Partai Golkar menominasikan sejumlah nama capres dan cawapres. Padahal, Panitia Pengarah Rapimnas IV sesungguhnya tak mengagendakan DPD untuk menyampaikan nama-nama capres dan cawapres. Namun, aspirasi DPD tidak bisa dibendung.
Selain Kalla dan Akbar, nama lain yang banyak dinominasikan dalam Rapimnas adalah Agung Laksono, Surya Paloh, Sultan Hamengku Buwono X, dan Aburizal Bakrie.
Nama lain yang juga dinominasikan adalah Muladi, Fadel Muhammad, Syamsul Muarif, dan Priyo Budi Santoso. Adapun dari luar Partai Golkar adalah Susilo Bambang Yudhoyono, Ginandjar Kartasasmita, Sutanto, dan Ryamizard Ryacudu.
Pernyataan Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya yang juga Wakil Presiden Jusuf Kalla perihal keterlibatan Susilo Bambang Yudhoyono di tubuh Golkar selaku pembina tidak mengisyaratkan sebagai ajakan untuk berduet kembali pada Pilpres 2009.
Hal itu dikemukakan Jusuf Kalla seusai membuka acara resepsi HUT Ke-42 KAHMI dan silaturuhim Idul Fitri 1429 di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (19/10). "Saya hanya mengungkapkan faktanya," kata Kalla.
Menurut Kalla, sebelum reformasi bergulir, petinggi-petinggi militer mendapat wewenang tambahan selaku pembina Partai Golkar di daerah mereka bertugas. "Waktu itu semua komandan adalah pembina. Itu kenyataan sejarah," ujarnya.
Sebelumnya, pada Jumat malam, Kalla dihadapan Presiden Yudhoyono berikut kader dan pengurus Partai Golkar menyatakan, SBY adalah pembina Partai Golkar sewaktu bertugas di Yogyakarta.
SBY yang mendengar penjelasan tersebut hanya melempar senyum lebar. Mantan Menko Polkam itu juga tidak membalas pernyataan Kalla tersebut. Presiden Yudhoyono justru menyanjung Jusuf Kalla yang telah empat tahun bersama-sama menjalankan pemerintahan di Indonesia
Ketua Umum Jusuf Kalla menegaskan , jika keputusan soal pasangan capres dan cawapres ataupun koalisi dikeluarkan saat ini justru akan menimbulkan kekacauan dan tabrakan kepentingan.
Oleh karena itu, JK membujuk kader-kadernya yang hadir dalam Rapimnas Golkar, Sabtu (18/10), untuk fokus dulu dalam pemilihan anggota legislatif. "Koalisi apapun bisa kita tentukan setelah pemilu. Kalau kita bikin sekarang, apapun pasti tabrakan," ujar Kalla dalam tanggapannya terhadap pandangan daerah.
Kalla mengatakan Golkar tentu saja harus belajar dari pengalaman Pemilu 2004 ketika Golkar masih menggunakan sistem konvensi dalam penentuan koalisi atau pasangan capres-cawapres. Menurut Kalla, konvensi pada Pemilu 2004 membuat Golkar tidak fokus sama sekali.
"Isu capres sekian bulan konvensi. Yang dipertandingkan adalah capres yang belum tentu. Kita selalu hanya kumpulkan kader sehingga tanggapannya itu tidak bemanfaat. Kita kumpulkan kader, bukan suara," ujar Kalla.
Namun Kalla mengaku sangat berterima kasih atas kepercayaan DPD untuk mendukungnya sebagai capres internal partai. Menurut Kalla, itu bukan poin utamanya. Apapun yang ingin dicapai Golkar, kemenangan pemilu legislatif adalah yang utama.
Kalla juga menyebutkan kegagalan dan kisah yang dapat dikategorikan sebagai sebuah tragedi ketika mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung harus kalah dari calon yang bukan berasal dari Golkar. Sementara itu, mantan kader Golkar lainnya, Wiranto menghilang tiba-tiba.
"Kader asli nggak seperti itu. Kalau Prabowo masih dengan sangat sopan datang menyampaikan surat pengunduran diri ke kita," tandas Kalla.
0 komentar:
Posting Komentar