Minggu, 28 Maret 2010

UPAYA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Terbentuknya anak didik yang memiliki watak, karakter dan kepribadian bangsa berdasarkan kepada ajaran moral yang merupakan tujuan dasar pendidikan nasional di Indonesia. Di sampinng itu pendidikan di Indonesia merupakan media pembekalan, pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi pada peserta didik.
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan. Selama ini pemerintah telah banyak melakukan berbagai usaha dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, antara lain menerbitkan peraturan perundangan, mengadakan penataran bagi para guru, menyediakan buku-buku pendidikan dan pengembangan kurikulum yang ada. Selain itu secara fisik, pemerintah telah menambah jumlah gedung-gedung sekolah di seluruh Indonesia, serta melengkapi sekolah dengan berbagai sumber belajar lain seperti media pembelajaran, kotak percobaan IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan sebagainya.
Tidak bisa dipungkiri atau kita bantah bahwa hal diatas terjadi hampir pada setiap institusi pendidikan kita. Jika hal tersebut terus berlangsung, maka dugaan kecurangan dalam institusi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sampai hari ini masih akan berlangsung. Anak didik yang semestinya bahagia karena akan memasuki perkuliahan, ternyata harus diberikan sugesti



kekhawatiran yang panjang akibat dari ketidakmatangannya dalam pengetahuan dan mental.
Peningkatan mutu pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau idak mau harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia. Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya, bukan ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber daya manusia yang bermutu tidak ada begitu saja, tetapi harus melalui suatu proses pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi.
Dalam proses pembelajaran, tentunya tidak lepas dari adanya sarana dan prasarana, karena masalah tersebut merupakan jembatan penyelamat untuk menghantarkan kepada tujuan yang hendak dicapai. Dengan adanya sarana dan prasarana yang merupakan salah satu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan dapat dikatakn berhasil bila mampu menciptakan anak didik yang kreatif, pribadi yang sanggup menemukan bentuk-bentuk baru, mengolah kondisi-kondisi baru, sanggup menciptakan situasi baru dan pola baru untuk situasi di atas.
Proses pengajaran adalah mengajukan konsep pengintegrasian antara materi, metode dan media atau alat pengajarannya. Upaya itu dilakukan untuk memaksimalkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk itu, proses pembelajaran mestilah diatur dengan menempatkan proporsi keilmuan pada tahap yang sebanarnya, artinya materi yang diberikan kepada siswa hendaknya melihat kemampuan siswa dalam pembelajaran, jika sulit dalam mencerna pelajaran maka diperlukan teknik secara perlahan untuk merangsang otak siswa untuk menahami materi pelajaran dengan baik.
Guru merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar yang secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi cerdas, terampil dan bermoral tinggi.
Adapun tujuan pendidikan seperti yang terdapat dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003, yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik.
Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi.
Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/ lebih maju).
Berdasarkan konsep di atas, sudah saatnya bagi masyarakat untuk memusatkan perhatian yang lebih, bagi penyelenggara pendidikan, guna meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia memberikan merupakan hal yang terpenting karena sumber daya manusia sangat dibtuhkan dalam proses pembangunan suatu bangsa dan negara. Sejarah telah membuktikan bahwa suatu bangsa yang besar selalu didukung pula oleh sumber daya manusia yang memadai.
Pendapat di atas nampak adanya keterkaitan yang positif antara masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai melalui jalur sekolah dan luar sekolah seperti pendidikan pendididkan non formal lainnya yang disediakan oleh pemerintah dan masyarakat, seperti kursus-kursus, pelatihan dan penataran-penataran dan sebagainya.
Bila pendidikan dipandang sebagai proses, maka proses itu berakhir pada tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah. Untuk proses pencapaiannya sangat perlu mendapat dukungan (support) dan kerja sama (Togetherness) yang baik dengan segenap lapisan masyarakat, sehingga tujuan yang dicapai nantinya akan berhasil.
Pada proses perkembangan dunia pendidikan, tentunya dukungan dari seluruh pihak menjadi penting dalam keberlangsungan proses pembelajaran, tanpa hal itu maka pendidikan terutama di sekolah akan mengalami kemunduran yang bias mengakibatkan peserta didik menjadi minder menghadapi duni luar pasca pendidikan di sekolah.
Masyarakat sebagai bagian dari lingkungan pendidikan atau sekolah merupakan salah satu faktor yang bias memberikan dukungan terhadap proses pendidikan, karena masyarakat secara tidak langsung merupakan wali dari pada peserta didik tersebut. Berabgai hal bias dilakukan masyarakat dalam memberikan dukungan terhadap dunia pendidikan, bukan hanya sebatas materi tapi konsep dari masyarkat menjadi penting dalam pendidikan.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis (terjadi pemisahan) antara pendidikan yang berorientasi iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek). Pendidikan seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat yang sangat dinamis.
Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek).
Pada perkembangan dunia pendidikan saat ini, peran masyarakat secara drastic menurun dalam memberikan dukungan terutama dalam peran meningkatkan mutu pendidikan peserta didik atau anaknya yang menjadi siswa di sekolah, hal ini terlihat dengan tidak terakomodirnya budaya- budaya negatif yang senantiasa ada dalam lingkungan siswa.
Tentunya, peran masyarakat diperlukan dan dinantikan oleh pihak penyelenggara pendidikan di sekolah, sehingga kolaborasi antara sekolah dan masyarakat benar- beanr bias menunjang proses pendidikan dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Kenyataannya peningkatan mutu pendidikan khususnya di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, juga terjadi walaupun kondisi masyarakat masih serba kekurangan dan selalu terhimpit oleh kondisi sosial dan ekonomi, namun mereka tetap mereka para orang tua tetap berupaya dan berperan dalam meningkatakan pendidikan anak-anaknya.
Proses pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan, telah berlangsung berdasarkan metodik pengajaran yang telah di pahami oleh guru, namun terlepas dari itu, pihak sekolah merasa perlu dukungan masyarakat untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan secara bersama- sama. Dengan dibentuknya komite pada setiap sekolah, maka memungkinkan peran masyarakat lebih banyak dalam menunjang kelangsungan pendidikan kearah peningkatan mutu pendidikan dan mutu siswa.
Dengan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan terutama di sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, maka kemampuan guru dan siswa menjadi lebih fokus dalam proses pendidikan, karena masyarkat pada umumnya ingin melihat anak- anak mereka berhasil dalam pendidikannya.
Banyak hal yang bisa dilakukan masyrakat dalam upaya peningkata mutu antara lain dengan memberikan bimbingan kepada anaknya ketika pulang dari sekolah. Upaya- upaya seperti itulah yang diharapkan guru dan sekolah kepada masyarkat, sehingga output dari prose itu benar- benar menjadi mutu pendidikan yang baik dan berhasil.
Upaya-upaya masyarakat tersebut sangat tertarik untuk di teliti dan dikaji lebih mendalam, sehingga akan dapat ditemukan secara ilmiah konsep peningkatan mutu pendidikan beserta kendala yang dihadapi, pleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti yang penulis angkat dalam sebuah skripsi yang berjudul : “UPAYA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 1 PENGABUAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT”.

B. Perumusan Masalah
Yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana upaya masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Apa faktor penghambat dan penunjang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
3. Bagaimana hasil yang dicapai setelah dilakukannya upaya masyarakat dalam meningkatakan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin Mengetahui bagaimana upaya masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Ingin mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
c. Ingin mengetahui hasil dari upaya masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.


2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat bagaimana upaya yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan.
b. Sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Pendidikan Islam pada Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif Jambi.

D. Kerangka Teori
1. Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan dewasa ini semakin luas dan berkembang di mana pendidikan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat supaya dengan pendidikan dapat mensejahterakan kehidupan mereka atau pendambaa’an hidup yang layak dan sesuai dengan perkebangan zaman.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 5 bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut ayat 6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Barang siapa tidak memperhatikan unsur tanggung jawab moril serta pertimbangan rasional, dan perbuatan mendidiknya dilakukan tanpa refleksi yang arif, berlangsung serampangan asal berbuat saja, dan tidak disadari benar, maka pendidik yang melakukan perbuatan sedemikian adalah orang lalai, tipis moralnya, dan bisa berbahaya secara sosial. Karena itu konsepsi pendidikan yang ditentukan oleh akal budi manusia itu sifatnya juga harus etis. Tanpa pertanggungjawaban etis ini perbuatan tersebut akan membuahkan kesewenang-wenangan terhadap anak-didiknya. Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Akan tetapi para pakar pendidikan banyak mendefenisikan pendidikan. Pendidikan adalah usaha manusia untuk mempengaruhi manusia lainnya secara kelompok atau individu sehingga mencapai tujuan yang dkehendaki.
Pendidikan sebagai suatu proses merupakan rangakaian usaha membimbing sehingga terjadilah potensi hidup manusia yang berupa kemampuan belajar, sehigga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadi sebagai mahluk individual, sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya dimana ia hidup.
Dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, maka dalam proses pelaksanaannya masyarakat sekitarnya tidak bisa terlepas tanggung jawab untuk meningktan pendidikan terutama dari segia kualitas. Akhirnya dengan pola kepedulian masyarakat terhadap pendidikan maka hal ini merupakan sebuah kewajiban terjadinya perubahan dalam kehidupan terutama dari sisi kesejahteraan sosial, ekonomi dan sebagainya, tentu semua ini melalui jalur pendidikan. Jelasnya pendidikan merupakan kebutuhan utama masyarakat yang ingin mendambakan kemajuan.
2. Konsep Mutu Pendidikan.
Mutu telah menjadi agenda puncak yang ingin dicapai oleh setiap produk yang dihasilkan, dan upaya meningkatkan mutu merupakan tugas terpenting yang dihadapi oleh berbagai organisasi. Banyak orang yang memandang mutu sebagai suatu konsep yang sulit untuk dipahami karena mutu memang terkadang sulit untuk didefinisikan apalagi diukur.
Untuk melangkah lebih jauh, penting kiranya kita tinjau konsep mutu menurut dunia usaha sebagai titik awal untuk mendefinisikan mutu.
Mutu sama dengan kepuasan pelanggan, bahwa saat ini kita menyadari bahwa kita harus memuaskan pelanggan sepenuhnya. Akan tetapi ternyata konsep mutu tidak sesederhana itu, maka semua hal yang baik akan menyertai, mendengarkan dan merespon lebih merupakan mutu suatu tahap awal yang baik dan harus dilakukan jika ingin mulai tercapainya suatu mutu.
Organisasi yang memperhatikan mutu secara serius, akan mengetahui bahwa rahasia mutu banyak terletak pada rasa simpatik terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan atau klien dalam dunia pendidikan. Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sumber mutu pendidikan, yaitu perawatan gedung yang baik, dosen-dosen yang berkualitas, nilai moral yang tinggi, hasil pengujian yang baik, spesialisasi, dukungan para orang tua, dunia usaha dan masyarakat setempat, sumber pengajaran yang memadai, aplikasi teknologi terbaru, kepemimpinan yang kuat, perhatian yangpenuh kepada peserta didik, kurikulum yang relevan atau kombinasi dari beberapa faktor tersebut.
Mutu sebagai konsep yang licin (a slippery concept). Hal ini disebabkan istilah “bermutu” berkaitan dengan sudut pandang dan sudut kepentingan penggunaan istilah yang berbeda-beda. Perbedaan terjadi disebabkan oleh konsep mutu yang bertolak dari standar absolut (absolute concept) dan standar relatif (relative concpt).
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
Standar absolut beranggapan bahwa mutu merupakan suatu keindahan, kebenaran yang pasti dan tanpa kompromi, sementara yang relatif bertolak dari pikiran bahwa mutu merupakan suatu yang “not be expensive and exclusive ... may be beautiful but not necesserily so. They do not have to be special, they can be ordinarily common place, and familiar”.
Alasan definisi relatif, berdasarkan pada kenyataan adanya perbedaan pada kepentingan subjek penghasil barang atau jasa, di mana saat subjek penghasil berorientasi pada kepentingan pemakai, para pemakai sendiri lebih berorientasi pada persepsinya.
Dalam pada itu, secara substantif, istilah mutu itu sendiri mengandung dua hal, yaitu sifat dan taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan benda, sedangkan taraf menunjukkan kedudukannya dalam suatu skala. Tiap manusia memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat dan taraf tersebut.
Demikian juga halnya terhadap sifat dan taraf mutu pendidikan terdapat deskripsi tentang sifat dan taraf yang berbeda. Deskripsi berdasarkan pendekatan ekonomi dengan perencanaan dan relevansi keluaran pendidikan dengan lapangan kerja, yang ditampilkan melalui istilah-istilah “siap pakai, siap kerja, dan siap latih” akan berbeda dengan deskripsi yang memakai pendekatan intrinsik dan histra mental pendidikan.
Dengan demikian jelaslah bahwa mutu adalah panduan sifat-sifat suatu barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam definisi ini, perlu dipahami arti panduan sifat-sifat, menunjukkan kemampuan dan kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan.
Yang dimaksud dengan pelanggan di sini diartikan sebagai pihak yang menerima barang atau jasa itu secara langsung atau tidak langsung, memahami atau menghayati barang atau jasa itu serta memberikan imbalan sepantasnya kepada pihak-pihak yang meyediakan barang atau jasa itu. Hal ini yang membuat pelanggan merupakan fokus utama.
Peningkatan mutu pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau idak mau harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia. Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya, bukan ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber daya manusia yang bermutu tidak ada begitu saja, tetapi harus melalui suatu proses pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi.
Lundvall seperti dikutip oleh Mansell dalam laporan untuk UNSCTD menyatakan bahwa kunci pembangunan ekonomi terletak pada pengetahuan, dan karena itu proses yang terpenting dalam pembangunan ekonomi adalah belajar; belajar sifatnya interaktif dan terjalin dalam proses di masyarakat. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan inti dari pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam lembaga pendidikan, Deming mengemukakan bahwa dari ke-14 prinsip yang ia kemukakan ada tiga yang menjadi perhatian, yaitu: Prinsip (1) bulatan tekad meningkatkan mutu jasa lembaga pendidikan secara terus menerus untuk mempersiapkan peserta didik yang menghadapi berbagai persaingan dalam dunia kerja. Prinsip (5) perbaiki dan tingkatkan terus menerus sistem pengajaran dan pelayanan lainnya, sehingga semua efektif dan efisien. Prinsip (14) laksanakan transformasi (perubahan) dalam lembaga pendidikan dan ikut sertakan setiap orang dalam pelaksanaan itu.
Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga diartikan secara berbeda beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan ditandai dengan kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan, daya tarik pendidikan yang besar, efektivitas program, serta efisiensi dan produktivitas kegiatan. Sementara itu masyarakat umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarrnya lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi
Pemakaian dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah pelanggan dan kebutuhannya, dalam arti bahwa perlu diteliti secara obyektif terinci, siapa pelanggan, apa kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu, dan untuk melaksanakan sistem dan proses itu harus dipadukan dengan partisipasi semua pihak yang terkait pada SMP Negeri 1 Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat serta semua unsur pengelola.
3. Konsep Upaya Masyarakat terhadap Peningkatan Mutu pendidikan.
Masyarakat adalah sekumpulan orang banyak dengan berbagai ragam latar belakang kehidupan mulai dari yang berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Secara sosiologis pendidikan bahawa pelaksanaan pendidikan meruapan tanggung jawab bersama, apa lagi kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan.
Peran masyarakat terhadap dunia pendidikan tentunya harus sejalan dengan Visi Sekolah sebagaimana yang diamanatkan oleh menteri pendidikan Nasional.
Visi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya.
b. Visi sekolah/madrasah:
1) Dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang.
2) Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan.
3) Dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi diatasnya serta visi pendidikan nasional.
4) Diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah.
5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan.
6) Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Masyarakat memiliki upaya yang jelas diantaranya : mengawasi sosial budaya, menyalurkan inspirasi masyarakat, membina dan meningkatkan kualitas keluarga, memperhatikan guru dan tenaga pendidik di desa, memperhatikan suasana belajar, pasilitas dan sumber belajar yang tersedia, memperhatikan ruang kelas dan gedung sekolah, memperhatikan kedisiplinan sekolah, memperhatikan lingkungan sekolah dari segi etisnya seperti, keamanan, ketertiban, keindahan, kebersihan, dan kekeluargaan.
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya, untuk meningkatkan mutu peserta didik maka diperlukan sugesti dari pihak lain yang dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat itu sendiri.
BAB II
PROSEDUR PENELITIAN


A. Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu berpusat pada upaya masyarakat dalam meningkatakan mutu pendidika. Walaupun penulis meneliti di SMP Negeri 1 Pengabuan yang berkaitan dengan upaya masyarakat, namun kajian ini juga menggunakan analisis data kualitatif dengan instrumen pengumpulan data yang menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan September 2009 di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti dari sumbernya tanpa adanya perantara, sumber yang dimaksud dapat berupa benda, situs atau manusia.
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari informan dan responden tentang peran guru honorer dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil melalui dokumen-dokumen.
Data sekunder yakni data yang tertulis. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah dokumen atau catatan tentang jumlah guru yang mengajar, jumlah siswa, perkembangan pendidikan dan agama, jumlah lokal, jumlah sarana dan prasarana serta struktur organisasi dan hal-hal yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
2. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan murid. Di samping itu sumber data ini dapat pula diambil dari pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini seperti masyarakat dan orang tua murid.




C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Popupasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin menliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penlitian populasi.
Untuk mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan dalam penelitian, maka perlu adanya populasi sebagai objek yang diteliti dalam memperoleh data yang valid dan benar. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan upaya masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 502 orang yang terdiri dari siswa berjumlah 291 orang, guru berjumlah 18 orang, ditambah Kepala sekolah dan staf 4 orang serta penjaga sekolah satu orang, ditambah masyarakat atau kepala keluarga 614 orang.
2. Sampel
Arikunto (1987) menjelaskan bahwa, sampel merupakan wakil dari sejumlah populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini penulis tetapkan sebanyak 10 % dari jumlah populasi yakni sebanyak 61 orang, Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunkan teknik Purposive Sampling (Sampel bertujuan), bahwa teknik pengambilan sampel ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan erat sangkut pautnya dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam pembahasan penelitian ini baik dari responden maupun informan digunakan beberapa metode yaitu:
1. Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai suatu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diteliti.
Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung tentang upaya masyarakat terhadap penigkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Metode Wawancara
Wawancara yaitu Sebagai suatu proses tanya jawab lisan, yang mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu sapat melihat muka yang lain dan yang lain mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya.
Metode ini digunakan untuk mengetahui atau memperoleh data melalui wawancara dengan beberapa orang yang dianggap dapat memberi keterangan tentang upaya masyarakat terhadap pengkatan kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah Mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk meliput data atau bahan keterangan yang didokumentasikan. Dalam pembahasan ini adalah data yang berhubungan dengan proses pembelajaran, jumlah guru, jumlah murid, tempat belajar sarana dan prasarana, struktur organisasi, serta historis dan geografis SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

E. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis sesuai dengan jenisnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penulis menganalisis berdasarkan pemikiran rasional dengan menggunakan analisis data sebagai berikut:
1. Analisis Domain
Analisis domain biasa dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian di tingkat “permukaan” tentang berbagai domain atau kategori simbolis yang mencakup atau mewarisi sejumlah kategori atau simbolis lain secara tertutup.
Pengertian di atas memberikan gambaran tentang penerapan analisis domain. Dalam pembahasan ini penulis gunakan analisis domain untuk memberikan gambaran umum SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mencakup sejarah historis dan geografis, jumlah siswa, jumlah guru, sarana dan prasarana, struktur organisasi. Kesemuanya merupakan unsur-unsur yang tidak dapat tidak, harus ada yang berkaitan dengan upaya masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah, Analisis yang berfokus pada domain dalam upaya medeskripsikan atau menjelaskan fenomena-fenomena dan fokus yang menjadi sasaran penelitian.
Dalam analisis taksonomi terutama pada penelitian ini penulis membahas upaya masyarakat dalam pningktan mutu pendidikan.
3. Analisis Komponensial
Analisis komponesial setelah penelitian cukup banyak fakta/informasi dari hasil wawancara, observasi yang melacak kontras diantaranya warga suatu dominan kontras. Kontras-kontras oleh peneliti untuk diverifikasikan/dicarikan dimensi yang bisa memadainya.
Analisis komponensial digunakan untuk menganalisa data yang akurat dan dapat menentukan komponen mana yang paling domain. Setelah penulis memperoleh data melalui analisis domain dan analisis taksonomi, maka untuk memperoleh data yang lebih valid penulis juga memperoleh data melalui buku-buku atau telaah pustaka.
4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themens)
Penelitian kualitatif yang analisisnya bergerak dari analisis domain hingga analisis tema budaya selanjutnya disebutkan analisis tema bentuknya akan menyerupai “cerobong asap”, di permukaan lebar di tengahnya sempit dan di puncaknya lebar lagi, dengan bemikian analisis tema atau discovering cultural themes sesungguhnya merupakan upaya mencari benag merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.
Melalui penggunanaan analisis tema kultural ini penulis mencari atau menganalisis data yang sesempurna mungkin, sehingga menjadi data yang baik dari semua data yang ada.

F. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain di luar data itu keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data itu. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi.
3. Membandingka apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi pendidikan dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan perspektif orang biasa dengan yang berpendidikan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkantor.

















BAB III
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Historis Dan Geografis
1. Historis
Menyadari akan pentingnya arti pendidikan bagi anak bangsa dan bagi peningkatan sumber daya manusia, maka pembangunan pendidikan yang berkelanjutan sudah menjadi hal yang mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Di samping itu, meningkatnya laju pertumbuhan penduduk yang terus melonjak dan semakin bertambanhnya jumlah anak usia sekolah telah memicu pemerintah untuk terus menambah sarana dan infrastruktur pendidikan.
Sebagai jawaban dari tantangan di atas dan merupakan salah satu alternatif yang di berikan oleh pemerintah adalah didirikannya SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sekolah ini awalnya dibangun oleh swadaya masyarakat tahun 1973, proses pembelajaran dimulai tahun 1974 yang bergabung dengan kecamatan tungkal ilir. Selanjutnya dibangun kembali oleh pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 1984 berstatus Negeri.
2. Geografis
Bangunan fisik SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berlokasi di Di desa Teluk Nilau dan berjarak ± 500 M dari ibu kota Kecamatan Pengabuan. Secara geografis, SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan dengan:
a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan poros dan perumahan penduduk.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan poros dan perumahan penduduk.
c. Sebelah timur berbatasan dengan kebun masyarakat.
d. Sebelah barat berbatasan dengan jalan Darma Bakti Teluk Nilau.

B. Keadaan Guru dan Siswa
1. Keadaan Guru
Keberadaan guru pada sebuah lembaga pendidikan memang sangat dibutuhkan, tanpa guru kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat berjalan sebagai mana mestinya. Begitu juga di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, keberadaan guru sangat penting dan sangat menentukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan pendidikan sehingga tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran yang diinginkan. Berikut hasil wawancara penulis dengan Kepala SMP Negeri 1 Pengabuan yaitu Bapak Hendri, S.Pd, beliau mengatakan;
“Mengenai tenaga pengajar atau guru di SMP Negeri I Pengabuan ini, diantara mereka berstatus honor, mereka mengajar sesuai dengan hari mengajar yang telah ditetapkan dalam jadwal, begitu juga materi pelajaran yang diajarkan sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang mereka miliki.”

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa sebagian guru SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berstatus honor, biaya honor adalah berasal dari dana Pemda sebagai guru honor daerah, dana rutin dan sumbangan Komite Sekolah, dan mereka mengajar sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang mereka miliki serta mengajar sesuai dengan hari yang telah ditetapkan. SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 : Keadaan guru SMP Negeri 1 Pengabuan Tahun 2009-2010.
No Nama Guru L/P Pendidikan Jabatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18 Hendri, S.Ag
M. Nadeak, S.Pd
R. Nainggoln, S.Pd
Ishak, S.Pd
Arbai, S.Pd
Ertatis, A. Ma.Pd
Bardiman, S. Pd
Asriatin, S.Pd
Saniah, S.Pd
Suryani, S.Pd
Ahmad Barkati, S.Ag
Dwita, S.Pd
Syamsuddin, S.Pd
Mardalena, S.Pd
Dony Sujaryanto, S. Ip
Afila Dardanela, A.Ma.Pd
Nurbaiti, A. Ma. Pd
Bambang Sofyan, SE L
L
P
L
L
P
L
P
P
P
L
P
L
P
L
P
P
L S. 1
S.1
S.1
S.1
S.1
D.3
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
D.3
D.3
S.1 Kepla Sekolah
WK.Kesiswaan
WK.Kurikulum
Wali Kelas
Guru BK
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali kelas
Wali kelas
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Tabel di atas dapatlah penulis uraikan jumlah guru dan latar belakang pendidikannya, bahwa guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 18 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan sebanyak 9 orang, sedangkan guru honor sebanyak 10 orang terdiri 6 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Sebagai latar belakang pendidikannya masih ada yang program Diploma III dan semua mata pelajaran dipegang oleh guru yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
2. Keadaan Siswa
Tentang keadaan dan jumlah siswa di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat pula kita ketahui berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Nadeak, beliau mengatakan: “Kondisi SMP 1 Pengabuan ini jumlah muridnya sebanyak 291 orang, yang terdiri dari 152 orang laki-laki dan 139 orang perempuan.” (Wawancara, Nadeak, 7 September 2009). Untuk lebih jelasnya tentang kondisi murid di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel berikut:






Tabel 2 : Keadaan murid SMP 1 Pengabuan Tahun Pembelajaran 2009/2010.

No Kelas Keadaan murid Jumlah
L P
1.
2.
3
4
5
6
7
8
9 Kelas VII a
Kelas VII b
Kelas VII c
Kelas VIII a
Kelas VIII b
Kelas VIII c
Kelas IX a
Kelas IX b
Kelas IX c 18
17
18
17
17
18
16
16
13 15
15
15
19
19
17
13
13
15 33
32
33
36
36
35
29
29
28
Jumlah 152 139 291

Berdasarkan tabel di atas jelaslah bahwa Siswa SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 291orang yang terdiri dari, kelas I sebanyak 98 orang, kelas II sebanyak 107 orang dan kelas III sebanyak 86 orang.

C. Keadaan Sarana dan Prasarana
1. Sarana
Sarana dan prasarana merupakan syarat mutlak bagi terlaksananya suatu lembaga pendidikan, tanpa sarana dan prasarana yang memungkinkan, maka pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah hal-hal yang dapat menunjang dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana merupakan perlengkapan yang dibutuhkan oleh SMP Negeri 1 Pengabuan berupa fisik yang dapat membantu terlaksananya pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 : Keadaan sarana SMP Negeri 1 Pengabuan tahun pembelajaran 2009-2010.‏

NO S A R A N A JUMLAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13 Ruang Kantor Kepala
Ruang WK. Kepala
Ruang Tata Usaha
Ruang majelis Guru
Ruang Pepustakaan
Ruang Serba Guna
Ruang Belajar
WC
Mushalla
Lapangan Upacara
Lapangan Badminton
Lapangan Bola Voli
Lapangan Takraw 1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 Lokal
1 buah
10 Buah
4 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah

Berdasarkan tabel di atas jelaslah bahwa SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah memiliki sarana yang cukup, namun proses pembelajaran tetap berlangsung dengan baik dan tidak mengurangi jumlah pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2. Prasarana
Masalah prasarana juga merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran, untuk lebih jelasnya mengenai prasarana yang ada di SMP Negeri I Pengabuan dapat dilihat pada tebel berikut:














Tabel 4 : Keadaan Prasarana SMP Negeri 1 Pengabuan Tahun pembelajaran 2009-2010.

NO NAMA BARANG JUMLAH KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Meja Guru/ Karyawan
Kursi Guru/ Karyawan
Meja Siswa
Kursi Siswa
Papan Tulis
Jam Dinding
Mesin Ketik
Komputer
Almari
warles
Bel Listrik
Bola Kaki
Bola Volly
Net Volly
Rabana
Bola Takraw
Net Takraw
Bola Pimpong
Buku Koleksi Perpustakaan
Buku Pegangan Guru
Buku Pegangan Siswa
Papan Data
Rak Buku
Tempat Parkir
Bendera
Lampu Hias
Buku Kas dan Buku Induk
Peta
Globe
Mimbar
TV 20 Inch
Antene Parabola
Jinset
24 buah
18 buah
300 buah
300 buah
14 buah
15 buah
3 buah
3 Buah
27 buah
1 buah
6 buah
3 buah
5 buah
2 buah
10 buah
3 buah
1 buah
8 buah
5000 Eksp
150 Eksp
1800 Eksp
6 buah
5 buah
2 Buah
4 buah
4 buah
Lengkap
7 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik


Jadi sarana dan prasarana merupakan suatu syarat yang mutlak bagi terlaksananya suatu lembaga pendidikan, karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung, maka tak mungkin kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu sarana dan prasarana merupakan perlengkapan yang sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga pendidikan termasuk di SMP Negeri 1 Pengabuan .
Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Pengabuan cukup memadai untuk menunjang pelaksanaan pendidikan tersebut, tetapi mengingat tuntutan perkembangan zaman dan teknologi, maka sarana dan prasarana untuk SMP Negeri 1 Pengabuan perlu ditambahkan.

D. Struktur Organisasi
Setiap lembaga pendidikan tentulah mempunyai struktur organisasi, karena dengan adanya struktur organisasi tersebut akan lebih mudah mengelola sebuah organisasi/ lembaga guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan dapat menentukan job description masing-masing anggota dan pengurus sehingga pola kepemimpinan akan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang struktur organisasi di SMP Negeri 1 Pengabuan dapat dilihat pada tabel berikut:





STRUKTUR ORGANISASI



























BAB IV
UPAYA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN

A. Proses Pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan
Tantangan pendidikan semakin tidak ringan. Pascakrisis ekonomi dengan segala dampaknya, menuntut pendidikan sebagai alat dalam economic recovery. Selain itu, tuntutan globalisasi juga membawa implikasi pada mutu yang kompetitif. Bangsa yang ingin mampu berkompetisi di forum internasional menuntut kualitas pendidikan secara mantap.
Mutu pendidikan berawal dari proses berkualitas di dalam kelas. Dari dasar pemahaman ini, maka peran guru menempati posisi strategis dalam mengejar ketertinggalan bidang pendidikan selama ini. Guru bagaikan desainer penciptaan pendidikan lapis yang terdepan. Di tangan olahan bapak ibu guru di dalam kelas, anak akan memiliki bekal ilmu untuk menatap hari esok yang lebih cerah.Pernyataan guru sebagai embun penyejuk dalam kehidupan anak benar-benar memiliki makna yang sangat dalam. Untuk membekali anak dengan sederet keilmuan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan. Guru harus mau mengubah paradigma dari instructive menjadi facilitative dari konsep centralistic menjadi decentralistic.
Guru adalah salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena tanpa adanya guru kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Guru merupakan sebagai pelaksana langsung dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting, sehingga harus mendapatkan perhatian yang sangat khusus. Dalam hal ini dilembaga pendidikan Sekolah lanjutan tingkat pertama Teluk Nilau memperhatikan hal tersebut di atas. Hal ini berdasarkan hasil wawancara penulisan dengan kepala sekolah SMP sebagi berikut :
Dikarenakan mutu suatu lembaga pendidikan amat ditentukan oleh guru, maka dari itu kami selaku sekolah memperhatikan hal tersebut. Untuk itu dalam hal pengadaan guru atau tenaga pengajar selain kemampuan akademiknya, jika mereka dianggap mampu maka kami akan uji coba dalam waktu tiga bulan sambil membimbingnya selama enam bulan, kemudian jika telah dianggap mampu, baru kami serahi tugas tertentu k kepada mereka, seperti : Memegang bidang studi, memegang kelas dan lain-lain.

Fungsi dan peranan seorang guru di SMP Negeri 1 Pengabuan disamping menjalankan tugasnya yang pokok sebagai pendidik dan pengajar, maka guru harus mampu menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan memberikan suri tauladan dari sikap dan tingkah laku baik dalam sekolah maupun diluar sekolah.
Untuk melihat lebih dekat sejauh mana fungsi guru pada SMP Negeri 1 Pengabuan dapat dilihat melalui wawancara penulis dengan salah guru senior yaitu Bapak Ishak, S.Pd, sebagi berikut:
Sudah menjai ketentuan SMP Negeri 1 Pengabuan , bahwa setiap masuk mengajar selama enam bulan atau satu semester masih merupakan masa percobaan, sehingga selama masa uji coba mereka hanya bertugas mengajar saja dan belum ditugaskan yang lain jika telah habis masa uji coba tersebut ternyata potensi barulah mereka difungsikan sepenuhnya, betul-betul berfungsi sebagai pengajar dan pendidik secara penuh sehingga tugas yang diembannya itu betul-betul menjadi tanggung jawabnya.

Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya. Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Mengajar diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi PBM bias berjalan dengan baik.
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai oleh guru yaitu agar siswa memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan mengajar juga diartikan sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang siswa
Sikap dan tindakan guru terhadap anak didik atau kebiasaanya sehari-hari pada umumnya adalah unsur pembinaan terhadap anak didik. Meskipun banyak gauru yang tidak meyadari bahwa masalah pribadinya itu menjadi bagian dari pendidikan yang langsung diterima oleh anak didiknya. Sebagai guru harus tampil sebaik mungkin terutama dihadapan anak didiknya karena penampilan guru, baik berupa cara berpakaian, bergaul maupun bertutur kata semua ini akan memberikan dampak bagi siswa baik secara langsung maupn tidak langsung, karena segala akan di serap dan ditiru dan lebih jauh lagi akan mempengaruhi pribadi anak didik. Berdasarkan pengamatan penulis contoh yang telah dilakukan oleh guru kepada siswanya di SMP Negeri 1 Pengabuan adalah seperti mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru lain dan rekan-rekannya, berdo’a sebelum di mulainya pelajaran dan ditutup dengan do’a pula.
Dari hasil wawancara penulis dengan seorang guru agama, maka beliau menuturkan sebagai berikut:
Kami para guru diharapkan agar memberikan contoh perbuatan yang baik bagi siswa- siswinya baik disekolah maupun di laur sekolah. Tauladan yang kami lakukan disekolah antara lain disiplin dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh sekolah, baik disiplin dalam waktu berpakaian ataupun dalam bertutur kata, sedangkan ditengah masyarakat seperti sopan santun dalam bergaul, jujur dalam perkataan dan sebagainya.

Apabila nampak siswa – siswi melakukan pelanggaran terhadap tertib sekolah, maka siswa – siswi akan dibawa guru kebidang penasehat guna uantuk dinasehati dan dineri pengarahan. Apabila siswa- siswi tersebut melanggar lagi maka akan diberikan hukuman yang sifatnya menddik. Karena satu – satunya hukuman yang bisa diterima oleh dunia pendidikan adalah hukuman yang bersifat memperbaiki, hukuman yang dapat menyadarkan anak didik kepada keinsyafan dari perbuatan salah yang telah dilakukannya. Demikianlah hukuman yang dilakukan guru pengajar SMP Negeri 1 Pengabuan.
Selain itu dalam proses belajar mengajar pemberian motivasi terhadap anak didik sangat penting, dikarenakan hasil yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar akan lebih optimal apabila dalam proses belajar mengajar tersebut ada motivasi. Oleh karena itulah diharafkan apra guru pengajar harus bisa memberikan motivasi kepada anak didiknya dalam setiap kesempatan, baik dalam kegiatan proses belajar mengajar maupun di luar kegiatan jam belajar mengajar di sekolah.
Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut atau sesudah materi dari guru ia terima. Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut merespon situasi tertentu yang ia hadapi
Untuk menetapkan visi sekolah kiranya tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi terlebih dahulu diperlukan pengkajian yang mendalam. Perumusan visi yang tepat harus dapat memberikan inspirasi dan memotivasi bagi seluruh warga sekolah dan masyarakat untuk bekerja dengan penuh semangat dan antusias. Dalam prosesnya SMP Negeri 1 Pengabuan tidak terlepas dari visi dari sekolah tersebut, bahwa Visi merupakan ciri khas peran kepemimpinan dan upaya untuk pembentukan visi sekolah sangat bergantung pada pemimpin sekolah yang bersangkutan. Dalam hal ini pemimpin sekolah dituntut untuk dapat mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengkomunikasikan nilai-nilai utama yang terkandung dalam visi sekolah kepada seluruh warga sekolah, agar dapat diyakini bersama dan diwujudkan dalam segala aktivitas keseharian di sekolah sehingga pada gilirannya dapat membentuk sebuah budaya sekolah.

B. Upaya Masyarakat Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 5 bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut ayat 6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran peserta didik yang diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting setelah keluarga, karena semakin bertambahnya kebutuhannya, maka orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya dalam hal pendidikan kepada sekolah. Sekolah akan memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak
mengenai apa yang tidak atau yang belum ada kesempatan bagi orang tua untuk memberikan pengajaran kepada keluarga.
Dalam pengembangan lembaga pendidikan ini sendiri perlu adanya keikutsertaan atau partisipasi dari masyarakat setempat dimana lembaga pendidikan tersebut berada. Karena kalau masyarakat setempat tidak ikut sertakan maka pengembangan lembaga pendidikan di desa tersebut tidak akan terlaksana dengan baik sebagimana yang diharapkan. Demikian pula SMP Negeri 1 Pengabuan ini, sebagimana keterangan yang penulis dapatkan melalui wawancara dengan kepala sekolah tersebut, yang mana beliau memberikan keterangan sebagi berikut :
Keadaan siswa yang memadai pada SMP Negeri 1 Pengabuan ini dengan adanya keikutsertaan atau partisipasi dari para ulama’, guru atau tenaga pengajar yang ada pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang ada di desa Teluk Nilau dan para tokoh masyarakat dengan memberikan penjelasan dan keterangan serta penjelasan serta bimbingan bahwa betapa pentingnya suatu pendidikan dititik beratnya pada pembangunan desa.

Partisipasi masyarakat di desa Teluk Nilau kecamatan pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam meningkatkan atau mengambangkan lembaga pendidikan menurut Bapak H. Abdul Rozaq salah satu tokoh masyarakat di Desa Teluk Nilau yang mana beliau menjelaskan :
Partisipasi atau upaya yang dilakukan oleh masyarakt desa Teluk Nilau kecamatan pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat terhadap peningkatan dan pengembangan pendidikan baik dalam segi fisik, materi dan pemikiran sudah cukup tinggi, hal ini dapat kita lihat saat pendirian gedung sekolah atau penambahan lokal pada desa Teluk Nilau kecamatan Pengabuan yang mana masyarakat selalu berperan aktif di dalamnya.


Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa upaya dan partisipasi masyarakat Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat terhadap peningkatan dan pangembangan lembaga pendidikan tersebut, yakni materi, fisik, dan pemikiran.
Berbagai upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti dilakukan. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Bahkan beragam program inovatif pun ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Namun, reformasi tersebut tidak akan efektif tanpa adanya restrukturisasi pendidikan, yakni perbaikan pola hubungan antara sekolah dengan lingkungannya dan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola pengembangkan manajerial, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model¬model pembelajaran.
Selama ini, reformasi pendidikan lebih banyak menitikberatkan pada persoalan kurikulum baik secara struktural maupun prosedural. Padahal, perubahan kurikulum itu sendiri tidak akan bemakna, tanpa adanya perubahan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
Dalam konteks di atas, peran dan fungsi guru bukan lagi sekedar pentransfer ilmu dan pembuka wawasan bagi para siswa didik, guru juga dituntut untuk menjadi agen perubahan dan membuat masa depan pendidikan menjadi lebih baik. Hal ini memang tidaklah mudah sebab membutuhkan guru yang profesional dan andal, yaitu guru yang memiliki pengetahuan luas, ketrampilan dan kemampuan memahami tunas-tunas yang dibebankan kepadanya setra mampu mengaktualisasikan kurikulum yang ada.
Di bawah ini penulis akan mengemukakan ketiga bentuk jenis dari partisipasi dan upaya masyarakat desa Teluk Nilau kecamatan pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tersebut sebagai berikut :
a. Materi
Dalam Memperoleh hal pendanaan guna pengembangan dan peningkatan mutu lembaga pendidikan di desa Teluk Nilau kecamatan pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini beberapa cara diantaranya
1. Donatur Tetap
Dalam hal ini sebagimana dijelaskan oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat memberikan keterangan sebagai berikut :
Yang mana lembaga pendidikan ini yakni, SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini selalu mendapat dukungan dan bantuan dari masyarakat dan Bapak Sukanto selaku Kepala Desa yang merupakan donatur tetap sebesar Rp.150.000, – setiap bulannya.
2. Anak Didik
Dalam rangka memperoleh dana, anak didik dikenakan iuran wajib atau sumbangan penyelenggaraan pendidikan yang berupa
uang. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Kepala SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai berikut :
Di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini dalam memperoleh dana selain dari donatur tetap yang diberikan tiap bulannya untuk keperluan pendidikan, kami juga meminta kepada anak didik berupa Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan ( SPP ) sebesar Rp. 10.000,- ( Lima ribu rupiah ).

Berdasarkan keterangan di atas tentang pendanaan dalam rangka pengembangan lembaga pendidikan di atas, tentunya keperluan dari lembaga pendidikan tersebut untuk membayar gaji Guru terutama guru honor dan untuk melengkapi segala apa yang menjadi kebutuhan dari lembaga pendidikan tersebut.
Partisipasi atau upaya masyarakat dalam rangka dan pegembangan lembaga pendidikan berupa uang sebesar Rp. 25.000,- ( Dua puluh lima ribu rupiah ). Atau dengan padi sebanyak dua kaleng setiap usai panen. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Kepala Desa Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tentang hal tersebut :
Pada setiap usai panen, masyarakat Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dikenakan iuran ( sumbangan ) padi sebanyak dua kaleng atau dengan uang sebesar Rp. 25. 000,- (Dua puluh lima ribu rupiah), yang mana gunanya adalah sebagian untuk pembangunan lembaga pendidikan yang ada di desa Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini dan sebagiannya untuk pembangunan desa Teluk Nilau itu sendiri.

b. Fisik ( tenaga )
Upaya atau partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidkan dalam bentuk fisik ini adalah segala macam bentuk yang memerlukan tenaga masyarakat seperti : Bergotong – royong dalam pendirian gedung dan lain – lain, memungut iuran pada masyarakat dan ikut menyelesaikan segala macam administrasi dan sebagainya. Dalam hal ini sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Bapak Kepala Desa yang mana beliau mengemukakan sebagai berikut :
Adapun bentuk dan upaya serta partisipasi dari masyarakat desa Teluk Nilau dalam bentuk fisik dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan adalah sebagai berikut :
a. Bergotong – royong dalam rangka mendirikan bangunan gedung sekolah tersebut.
b. Pengambilan iuran dari para masyarakat, dalam hal ini yang memunguti adalah ketua RT masing – masing warga.
c. Ikut menyumbangkan tenaga sebagai guru pada sekolah tersebut.

Berdasarkan dari uraian wawancara dengan kepala desa Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat di atas, maka ada beberapa poin yang dapat penulis amati tentang partisipasi masyarakat dalam bentuk fisik ini. Diantara partisipasi dari ketua RT dan partisipasi dari masyarakat tentang sumbangan tenaga sebagai guru pada lembaga yang ada di desa Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
Dari hasil pengamatan penulis tentang upaya masyarakat atau partisipasi dari ketua RT desa Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini yang mana, Para ketua Rukun Tetangga memungut iuran ( sumbangan ) dari masyarakat, bai itu yang berupa padi maupun yang berupa uang dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah masyarakat desa Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, kemudian hasil dari sumbangan yang dipungut dikumpulkan dan diserahkan kepada kepala urusan pembangunan desa Teluk Nilau, yakni Bapak Marmawi.
Senada dalam hal ini dijelaskan juga oleh Bapak Samin selaku ketua RT 03, yang mana beliau mengatakan :
Setiap sumbangan ( iuran ) yang dikenakan kepada masyarakat baik itu berbentuk banda atau barang maupun uang untuk pembangunan desa ini adalah tugas dari ketua RT. Hal ini kami pungut dari rumah ke rumah setiap jum’at setelah usai panen dan setelah itu diserahkan kepada kepala bidang urusan pembangunan desa.

Selain dari pungutan sumbangan ini, masih ada lagi partisispasi masyarakat yakni dari ketua RT terhadap peningkatan pendidikan pada SMP Negeri 1 Teluk Nilau sebagaimana yang penulis dapati dari hasil wawancara dengan beberapa ketua RT, salah satu dari ketua RT adalah Bapak Tamsir, yang mana beliau menjelaskan :
Upaya yang kami berikan dari para ketua Rukun Tetangga dalam rangka untuk meningaktkan mutu pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama desa Desa Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini selain memungut iuran pada masyarakat, kami juga para ketua RT yang bertugas menyampaikan dan menghimbau kepada masyarakat untuk bergotong – royong pada hari yang sudah ditentukan.

Selain partisipasi dari ketua RT ini, penulis juag mengamati partisipasi dari masyarakat terhadap tenaga pengajar sukarela atau Guru honor pada lembaga pendidikan di sekolah lanjutan tingkat pertama desa Teluk Nilau ini yang mana :
“Pada lembaga pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini terdapat 6 orang guru yang merupakan guru tenaga pengajar sukarela, yakni Ibu Mardalena, Dony, dan Ibu Afila. Tenaga pengajar ini benar – benar melaksanakan tugasnya selaku tenaga pengajar sebagaimana mestinya.”

Dengan demikian, dapatlah penulis mengambil kesimpulan bahwa upaya atau partispasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berupa tenaga ( fisik ) terhadap lembaga pendidikan sudah dapat dikatakan cukup baik.
c. Pemikiran
Upaya masyarakat yang selanjutnya dalam bentuk pemikiran ini, sangat berarti dalam lembaga pendidikan yang khususnya pada lembaga pendidikan di Sekolah Menengah Pertama yang berada di desa Teluk Nilau ini. Karena dengan adanya pemikiran ini dapat dicari jalan keluarnya, bagaimana cara untuk meningkatkan mutu pendidkan di SMP Negeri 1 Pengabuan itu, baik dalam menyelesaikan administrasi mulai dari proses perencanaan pendirian gedung sekolah sampai saat berdirinya gedung tersebut serta kelancaran proses belajar mengajar pada sekolah tersebut, tentunya pemikiran dari orang – orang yang mempunyai pemikiran maju dalam hal ini .
Dalam hal ini, di desa Teluk Nilau ini pun dalam upaya meningkatkan mutu lembaga pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Pengabuan ini juga tidak terlepas dari sumbangsih dari masyarakat yang berupa pemikiran –pemikiran yang maju untu menuju terciptanya mutu yang lebih pada lembaga pendidikan tersebut.
Uraian di atas yang telah penulis kemukakan sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Bapak Rozaq selaku tokoh masyarakat di desa Teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yang mana beliau menjalaskan :
Maju dan berkembangnya pada lembaga pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini sebagian besar adalah partisipasi masyarakat setempat, yang mana partisipasi – partisipasi tersebut berupa pemikiran – pemikiran para Sarjana yang ada di desa tersebut.
Beberapa uraian yang penulis kemukakan di atas maka dapat penulis pahami bahwa dengan rendahnya potensi yang ada pada masyarakat maka kurang pula kesadarannya untuk berpatisipasi terhadap kemajuan dan perkembangan pada lembaga pendidikan dan begitu pula dengan sebaliknya.
Di lingkungan sistem persekolahan, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak. Menurut persepsi kebanyakan orang (orang tua dan masyarakat pada umumnya), mutu pendidikan di sekolah secara sederhana dilihat dan perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan dalam hasil-hasil ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya, sebagian besar atau seluruhnya, memperoleh nilai/angka yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, hasil pendidikan yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif. Artinya, di samping ditunjukkan oleh indikator seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagaimana dilihat dalam perolehan angka/nilai yang tinggi, juga ditunjukkan oleh seberapa baik kepemilikan kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak dalam kepercayaan diri, kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi-pekerti, beriman dan bertaqwa, tanggung jawab sosial dan kebangsaan, apresiasi, dan lain sebagainya. Analisis di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa konsep sekolah efektif berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah.
Penilaian efektivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara mengkaji bagaimana seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain secara terpadu dalam mendukung keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun, pada praktiknya, pandangan yang holistik ini sulit diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pengertian penilaian sekolah efektif dirumuskan sebagai penilaian terhadap keoptimalan berfungsinya setiap komponen sekolah dalam mendukung penguasaan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

C. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Faktor Penghambat
Adapun kendala yang dihadapi dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan pada SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada pokonya ada dua, yaitu kendala fisik dan kendalan non fisik.
a. Keadaan fisik yang dimaksud di sini adalah masih minimnya sarana dan pra sarana tempat para siswa untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan yang dapat mengungkapkan apresiasinya yang berupa olah raga, sarana praktik keterampilan dan lain sebagainya. Karena secara tidak langsung secara fisik ini akan berpengaruh dan berdampak terhadap anak didik di sekolah tersbeut. Kegiatan siswa berupa tugas-tugas kependidikan dan olah raga apresiasi budaya sudah barang tentu sedikit sekali waktu luang buat mereka untuk bersantai-santai atau berhura-hura dengan waktu yang nantinya akan membawa dampak negatif terhadap anak didik itu sendiri.
b. Kendala non fisik, kendala non fisik ini merupakan kendala terbesar dan pembangunan mutu dalam lembaga pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan di Desa teluk Nilau Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yang mana kendala tersebut adalah :
1). Kendala dari pendidikan atau guru, yang mana masih ada guru yang belum dapat menerapkan bagi dirinya sendiri, walaupun dalam penyampaian materi sudah cukup bagus, seperti ada guru yang belum memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya. Dengan adanya tingkah laku dan perbuatan guru yang kurang baik, maka yang demikian itu akan ditiru oleh anak didiknya, bahkan jika siswa dan siswinya ditindak akan mengatakan, guru si anu melakukan seperti itu, dan lain sebaginya.
Berkenaan dalam hal ini, sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Bapak Kepala SMP Negeri 1 Pengabuan terebut, yang mana beliau mengatakan :
Kendala yang berasal dari pihak aguru atau tenaga pengajar merupakan suatu kendala yang amat sulit bagi kami uantuk mengatasi, sebab ada istilah “guru kencing berdiri murid kencing berlari”, kendati demikian kami selaku kepala sekolah tetap selalu berupa agar para guru kami tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anak didiknya, sekolah akan memperingatinya aagr tidak terilang, jika kedapatan terulang lagi, maka dari pihak sekolah akan memberhentikannya.

2). Kendala murid, kendala ini merupakan kurangnya minat membaca pada diri anak didik di luar jam pelajaran sekolah, dalam hal ini sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Bapak Sulaiman selaku tokoh masyarakat, yang mana beliau mengatakan :
“Kendala yang kami hadapai dalam rangka mewujudkan mutu pendidikan yang lebih terhadap siswa dan siswi pada lembaga pendidikan SMP Negeri 1 Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini adalah kaurangnya minat membaca pada diri anak”.

2. Faktor Penunjang
Adapun faktor penunjang yang sangat mendukung dalam meningkatkan mutu pendidikan anak didik pada SMP Neger 1 Pengabuan ini adalah, Tingginya rasa persatuan dan semangat juang masyarakat Teluk Nilau dalam membangun desanya demi masa depan dan cita-cita anak cucunya di hari esok. Dalam hal ini sebagaimana pemaparan Bapak kepala desa, yang mana beliau mengungkapkan :
Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan terhadap anak didik pada lembaga SMP Negeri 1 Pengabuan ini selain dari para guru yang ada disekolah terebut selaku pembimbing dan pendidikan juga keikut sertaan darimasyarakat. Dengan terajdinya kerja sama yang baik bari para guru, wali mrid, tokoh masyarakat dan aparat desa. Hal ini dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar semuanya itu tidak terlepas dari peran serta masyarakat setempat.

Faktor menurunnya mutu pendidikan disekolah tidak lepas dari tidak konsistennya seorang pemimpin Sekolah dalam mengimplementasikan visi sekolah itu sendiri, padahal dengan adanya visi dan misi sekolah bisa menjadi tolak ukur dari rangkaian kegiatan di sekolah sebagai lembaga pendidikan, hal ini banyak terjadi di sekolah- sekolah yang mengakibatkan rendahnya minat masyarakat dalam memberikan masukan dan informasi tentang kelangsungan proses pendidikan. Hal ini menjadikan suatu penghambat dalam peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi dengan mengetahui faktor ini maka perlu di reformasi kembali apa yang menjadi visi dan misi sekolah/ madrasah.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan kemauan supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia pembelajar. Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat secara jernih apa yang menjadi harapan siswa dalam diri kita
Boleh jadi, hal ini mengindikasikan adanya kesulitan tersendiri dari sekolah (pemimpin dan warga sekolah sekolah yang bersangkutan) untuk merumuskan visi yang paling tepat bagi sekolahnya, baik kesulitan yang terkait tentang pengertian dasar dari visi itu sendiri maupun kesulitan dalam mengidentifikasi dan merefleksi nilai-nilai utama yang hendak dikembangkan di sekolah.
Dalam perspektif manajemen, visi sekolah memiliki arti penting terutama berkaitan dengan keberlanjutan (sustainability) organisasi sekolah itu sendiri, Tanpa visi, organisasi dan orang-orang di dalamnya tidak mempunyai arahan yang jelas, tidak mempunyai cara yang tepat dalam melangkah ke masa depan dan tidak memiliki komitmen.
Saat ini tidak sedikit sekolah yang berjalan secara stagnan dan bahkan terpaksa harus gulung tikar, hal ini sangat mungkin dikarenakan tidak memiliki visi yang jelas alias asal-asalan atau setidaknya tidak berusaha fokus dan konsisten terhadap visi yang dicita-citakannya.
Visi bukanlah sekedar slogan berupa kata-kata tanpa makna bahkan bukan sekedar sebuah gambaran kongkrit yang diberikan oleh pimpinan sekolah, melainkan sebuah rumusan yang dapat memberikan klarifikasi dan artikulasi seperangkat nilai. Visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang diinginkan dan merupakan sebuah ekspresi optimisme dalam organisasi. Visi sebagai pandangan masa depan yang realistis, kredibel, dan menarik, yang didalamnya tergambarkan cara-cara yang lebih baik dari cara yang sudah ada sebelumnya.
















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah penulis paparkan dan analisis data yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pendidikan yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pengabuan masih belum memadai kalau diukur dari standar mutu yang sesuai dengan ketentuan yang ada, karena dari sisi tenaga pengajar saja SMP masih sangat kekuarangan guru yang profesional di bidangnya, namun demikian proses pendidikan berjalan cukup baik dan siswa dalam belajar dengan baik dan disiplin.
2. Adapun Upaya yang dilakukan oleh masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan ini cukup baik dan memuaskan, tinggal lagi bagaimana upaya ini terus berlanjut secara berkesinambungan tanpa habisnya hingga mutu pendidikan semakin hari semakin meningkat.
3. Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan ini yaitu, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dan kurangnya guru yang ahli dibidangnya. Sedangkan penunjang peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Pengabuan ini yakni kuatnya rasa persatuan masyarakat dalam membangun pendidikan.
B. Saran-saran
1. Kepada pihak pimpinan SMP Negeri 1 Pengabuan hendaknya selalu memotivasi guru dan siswa untuk senantiasa berupaya meningkatkan pelaksanaan tugas masing-masing, sehingga proses belajar mengajar yang dikelolanya menjadi baik, serta selalu berupaya mencari jalan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran seperti melengkapi laboratorium dan perlengkapannya, media pembelajaran serta buku penunjang pendidikan lainnya dan sebagainya.
2. Kepada mejelis guru hendaknya jangan cepat puas dengan hasil yang telah dicapai siswa, tetapi hendaklah senantiasa berupaya meningkatkan profesionalitasnya dengan cara banyak membaca dan menerapkan ilmu yang dimiliki dengan jelas kepada siswa serta diharapkan agar senantiasa memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik.
3. Orang tua atau wali murid beserta masyarakat kiranya dapat meningkatkan kerja sama dengan pihak sekolah dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efesien, terutama kerja sama dalam memotivasi belajar siswa, kerja sama dalam mengadakan atau memenuhi dan kelengkapan sarana dan prasarana kebutuhan belajar mengajar siswa, baik sarana belajar di rumah maupun yang dibutuhkan di sekolah.
4. Kepada pihak pemerintah terutama pihak Departemen Pendidikan Nasional hendaknya memebrikan bantuan semaksimal mungkin kepada pihak sekolah dalam memenuhi kebutuhan perlengkapan pendidikan yang memadai sehingga kualitas pendidikan akan meningkat. Berbagai upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti dilakukan. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Bahkan beragam program inovatif pun ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Namun, reformasi tersebut tidak akan efektif tanpa adanya restrukturisasi pendidikan, yakni perbaikan pola hubungan antara sekolah dengan lingkungannya dan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola pengembangkan manajerial, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model¬model pembelajaran.
5. Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya hamparan alam, sehingga dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.
6. Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis



















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (1989). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : PT. Bumi Restu.
_______,(2003). Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta : Redaksi Sinar Grafika.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Barnadib, Imam. (1976). Filsafat Pendidikan dan Sistem dan Metode. Yogyakarta : Yayasan Fakultas Ilmu Pendidikan –IKIP.

Faisal, Sanafiah. (1990). Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang : Y 3 A

Hadi, Sutrisno. (1984). Metode Research I dan II. Jakarta : Galia Indonesia
Irianto, YB. (1997). Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Konsep dan startegi Implementasi “TQM” dalam Lembaga Pendidikan. Bandung : FIP-IKIP Bandung.

J. Lexi Moeloeng,(2005), Penelitian Kualitatif, Jakarta :Insan Press.

Mukhtar dan Widodo,(2000), Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif: Penelitian Kepustakan dan Lapangan, Jakarta: Filamas.

Rasyad, A dan Arifin, M. (1992). Dasar-dasar Pendidikan., Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Soedjatmoko, Slamet. (1986). Masalah Sosial Budaya. Salatiga : Tiara Wacana

Sallis, Edward, (1993). Total Quality Management in Education. London : Kogan Page.

Uwes, Sanusi. (1999). Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Zainuri Mastur. Model Pembelajaran Lingkungan. Jakarta: Suara Merdeka, 2004. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2004 dari http://suaramerdeka.com/0402/16/ha 1.htm

Read more...

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar yang secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi cerdas, terampil dan bermoral tinggi.
Pengajaran bahasa Arab harus didasarkan atas tujuan pengajaran bahasa Arab itu sendiri. Sedangkan tujuan pengajaran bahasa Arab disesuaikan dengan tingkatan pendidikan di mana pelajaran bahasa Arab disampaikan. Tujuan pengajaran di tingkat Madrasah Tsanawiyah tentu tidak sama dengan tujuan pengajaran bahasa Arab di tingkat Madrasah Aliyah. Untuk itu tujuan pengajaran harus disesuaikan dengan tingkatan lembaga pendidikan di mana pelajaran bahasa Arab disampaikan.
“Pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) perlu diketahui bahwa “Bahasa Arab adalah bahasa asing yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran yang berciri khas agama Islam yang dianggap penting untuk mrnunjang pemahaman pengetahuan agama Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan serta pengembangan hubungan antar bangsa”

Memperhatikan uraian di atas jelas bahwa pengajaran bahasa Arab sebagai pelajaran inti di MTs, di mana bahan pelajaran bahasa Arab MTs merupakan perluasan dan pengembangan bahan pelajaran Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan tambahan bahan pelajaran mengenai tata bahasa.



Pelajaran bahasa Arab siswa dituntut untuk memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan mengarang, atau menguasai kosa kata. Pengajaran bahasa Arab di MTs akan banyak mengalami kesulitan manakala siswa tidak mampu membaca huruf Arab, hal ini akan dapat menghambat proses pembelajaran bahasa Arab di kelas.
Terlebih lagi jika siswa MTs bukan berasal dari Madrasah Ibtidaiyah tetapi berasal dari Sekolah Dasar yang tidak lancar membaca huruf Arab, maka proses pembelajaran akan mengalami kesulitan sehingga hal inilah yang menjadi embrio kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab. Tetapi sebaliknya jika memiliki kemampuan membaca huruf Arab dengan lancar maka kesulitan tersebut akan dapat dengan mudah diatasi. Untuk itu kelancaran siswa dalam membaca huruf Arab merupakan pondasi bagi anak didik untuk dapat mengikuti pelajaran bahasa Arab di MTs hingga kejejang yang lebih tinggi.
Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang, merupakan lembaga pendidikan dasar bercirikan Islam yang setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Siswa yang belajar di madrasah tersebut sebagian besar berasal dari lulusan Sekolah Dasar. Sehingga latar belakang siswa tersebut sangat bervariasi. Ada siswa yang memang dari semula berniat untuk belajar di MTs Tersebut, tetapi ada juga siswa yang karena tidak diterima di SLTP Negeri, akhirnya masuk dan belajar di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah ini.

Latar belakang pendidikan siswa tersebut inilah yang menyebabkan beragam pula kemampuan dasar dalam memahami dan membaca huruf Arab. Siswa yang memang sudah berniat belajar di Far’ussa’adah Arabiyah ini umumnya memiliki kelancaran dalam membaca huruf Arab, walaupun ada juga yang kurang lancar. Tetapi siswa yang masuk kerena tidak diterima di sekolah negeri lainnya, umumnya kemampuan membaca huruf Arab masih lemah. Kondisi demikian jelas menimbulkan problem tentang minat mereka dalam mengikuti prose pembelajaran bahasa Arab. Untuk itu penulis ingin melihat dari dekat dengan mengadakan penelitian yang akan penulis tuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH TSANAWIYAH FAR’USSA’ADAH ARABIYAH SENYERANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT.

B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dirumuskan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang ?
2. Bagaimana minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang?
3. Bagaimana upaya Guru dalam mengatasi kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab tersebut.?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dalam penulisan dan penelitian ini adalah:
a. Ingin mengetahui Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang.?
b. Ingin mengetahui Bagaimana minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang.?
c. Ingin mengetahui Bagaimana upaya Guru dalam mengatasi kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab tersebut.?
2. Kegunaan Penelitian
Diharapkan hasil penulisan dan penelitian ini dapat berguna :
a. Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang.
b. Untuk memberikan informasi mengenai kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang ?
c. Untuk memberikan penjelasan tentang upaya guru dalam mengatasi kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab.

D. Kerangka Teori
1. Konsep Minat.
Kata minat identik dengan kata motivasi yangberasal dari kata “motif” yakni segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan minat atau motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang itu mau, dan ingin melakukannya.
Manusia makhluk yang berkembang dan dipengaruhi oleh bawaan dan lingkungannya, menurut Islam teori konvergensi yang dikemukakan oleh William Stern menjelaskan bahwa pendidikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor bakat atau bawaan sejak lahir dan faktor lingkungan eksternal. Apa yang dikemukakan oleh ahli pendidikan di atas mendekati kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Rasulullah SAW berikut ini :
عن ابى هريرة قال رسول الله صلعم كل مولود يولد على الفطرة حتى فتك لسانه فابواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه) رواه البخارى(
Artinya : “Dari Abi Hurairah R.a berkata : Rasulullah SAW bersabda setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri) sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi atau Nasrani atau majusi”. (H.R. Bukhari).

Menurut konsep hadits ini, maka orang tualah yang menjadikan anaknya baik, hal ini banyak dipengaruhi oleh rumah tangga atau keluarga. Jadi konvergensi di atas adalah stiap anak dilahirkan membawa fitrah, baik itu bakat, potensi dan minat, sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan keluarga atau rumah tangga. Kedua pengaruh ini baik pengaruh lingkungan keluarga maupun bakat yang dimiliki anak, keduanya saling mendukung dan mempengaruhi. Ketika anak di sekolah hampir saja semua pengaruh pendidikan anak di sekolah bukan hanya dari segi kognitif saja akan tetapi terus berlanjut ke afektif dan psikomotorik anak, sehingga anak dapat berbuat sesuai dengan ilmu pengtehuan yang diajarkan gurunya.
Untuk mengetahui beberapa konsep dalam rangka memahami berbagai problem tentang kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab, akan penulis tuangkan beberapa teori yang dijadikan kerangka dalam menganalisis permasalahan yang terjadi di lapangan.
2. Bahasa Arab
Behasa Arab terdiri dari dua suku kata yaitu kata bahasa dan kata Arab. Bahasa ialah (1). “Sistem lambang bunyi berartikulasi yang dihasilkan alat-alat ucap yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang deipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. (2) perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara dan daerah). Sedangkan kata Arab ialah nama bangsa dan bahasa di Jazirah Arab dan Asia Tengah.

Dengan demikian bahasa Arab merupakan lambang bunyi sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran melalui perkataan-perkataan yang biasa dipakai oleh masyarakat di Jazirah Arab dan Asia Tengah. Atau dapat dijadikan alat komunikasi antar sesama bangsa sebagai bahasa internasional khususnya diwilayah Jazirah Arab, dan di Asia Tengah bahkan sebagian penjuru dunia telah menggunakan bahasa Arab.
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah, bahasa Arab telah dijadikan satu mata pelajaran pokok atau program inti. Mata pelajaran Bahasa Arab adalah salah satu mata pelajaran dalam program inti yang mempelajari Arab fusha, yaitu bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi Bangsa Arab yang mendiami daerah luas dari Maroko sanpai Irak. Bahasa Arab disamping sebagai bahasa Al-Qur’an juga merupakan salah satu bahasa internasional yang menjadi bahasa resmi di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Dalam pengertian lain bahasa Arab juga dipakai dalam bahasa Al-Qur’an. Untuk itu bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab suci Al-Qur’an. Sebagaimana seorang ahli mengatakan bahwa Bahasa Arab itu bahasa Qur’an, sebagai bahasa sholat, sebagai bahasa hadits, sebagai bahasa perekonomian Arab dan sebagai bilangan ahli pikir Arab.
Maka dari itu Bahasa Arab adalah suatu bahasa yang dijadikan alat komunikasi sesama manusia di suatu wilayah khususnya Jazirah Arab dan Asia Tengah juga dijadikan bahasa dalam kitab suci Al-Qur’an dan bahasa secara ritual agama Islam.
2. Pola Pengajaran Bahasa Arab
Dalam kamus Bahasa Indonesia pola mempunyai pengertian sistem, cara kerja, bentuk susunan yang tetap. Kemudian pola kurikulum ialah bentuk pengorganisasian program kegiatan ataupun program belajar yang hendak disajikan kepada murid oleh lembaga pendidikan tertentu.
Dengan demikian pola pembelajaran bahasa Arab merupakan bentuk pengorganisasian program belajar bidang studi bahasa Arab yang hendak disajikan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan. Hal ini sering dengan petunjuk yang termuat dalam GBPP bidang studi bahasa Arab, yang termuat dalam pengertian bahasa Arab, fungsi babahasa Arab dan tujuan bahasa Arab khususnya di Madrasah Tsanawiyah.
Pelajaran Bahasa Arab adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan berbahasa Arab, baik secara aktif maupun pasif, serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, dalam hal ini bahasa Arab fusha. Pelajaran bahasa Arab di Madrasah berfungsi sebagai bahasa agama dan ilmu pengetahuan disamping sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu pelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah merupakan bagian mata pelajaran yang tidak terpisahkan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai suatu keseluruhan.
Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah bertujuan agar siswa dapat menguasai serta aktif dan pasif perbendaharaan kata Arab fusha berjumlah 700 kata dan ungkapan dalam berbagai bentuk kata dan pola kalimat dasar yang diprogramkan sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan sebagai dasar memahami buku-buku agama Islam yang sederhana disamping Al-Qur’an dan hadits.
Dalam pengajaran bahasa Arab pola yang digunakan sesuai rambu-rambu dalam GBPP sebagian besar adalah:
a. Dalam setiap pokok bahasan meliputi empat sub pokok bahasan yaitu percakapan, mufradat dan struktur kalimat serta membaca dan menulis (insya muwajjah)
b. Sumber belajar meliputi teks book (buku pegangan utama), buku pelengkap dan penunjang, media pengajaran lain untuk menjelaskan makna kata-kata dan ungkapan
c. Evaluasi dilaksanakan melalui test lisan maupun tulisan, dapat berbentuk obyektif dan uraian.
3. Materi dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab di MTs
Pengajaran bidang studi bahasa Arab di MTs tidak terlepas dari bahan pelajaran atau materi pokok bahasan. Materi pokok bahasan dalam pengajaran bahasa Arab di MTs sesuai dengan GBPP yang berlaku adalah meliputi:
a. Materi Percakapan
b. Materi Mufradat dan struktur kalimat
c. Materi bacaan
d. Materi isya’ Muwajjah
Sedangkan metode yang diterapkan dalam pengajaran sesuai dengan materi pokok bahasa di atas sebagai berikut:
a. Materi percakapan, menggunakan metode pengajaran :
Direct Method ( Metode langsung) yaitu kemahiran berbicara untuk mengganti, memperdalam serta mengotak atik grammar, keterampilan menulis, kemampuan membaca, kelancaran terjemahan, agar supaya pelajar, pemilik bahasa itu tidak seolah-olah seperti orang bisu yang hanya mampu menuangkan pikirannya dengan bahasa tulisan, tidak dengan bahasa lisan, ujaran.
b. Materi Mufradat dan struktur kalimat, menggunakan metode pengajaran :
Grammar-Translation Method (Meode Terjemah) metode tersebut mempunyai ciri, gramatika yang diajarkan ialah gramatika formil. Kosakata tergantung pada bacaan yang telah disajikan. Pelajaran terdiri dari hafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penterjemahan kata-kata tanpa konteks, kemudian penterjemahan bacaan-bacaan pendek, penafsiran, latihan ucapan dan latihan menggunakan bahasa tidak diberikan. Jika diberikan hanya jatang-jarang saja.
c. Materi Bacaan, menggunakan metode :
Reading Method, yakni bertujuan mengajarkan dan melatih kemahiran membaca dalam bahasa asing. Materi pelajaran dibagi menjadi seksi-seksi pendek. Tiap seksi atau bagian ini didahului dengan daftar kata-kata yang maknanya akan diajarkan melalui konteks, terjemahan atau gambar-gambar. Setelah sampai pada kemampuan tertentu murid menguasai kosa kata, diajarkanlah bacaan tambahan dalam bentuk cerita singkat dengan tujuan penguasaan murid terhadap kosa kata menjadi lebih mantap.
d. Materi Insya’ Muwajjah, menggunakan metode:
Phonetic Methot. Kaedah metode ini pelajaran awal diberikan dengan latihan-latihan mendengarkan atau hear training, kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan bunyi terlebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Kalimat-kalimat tersebut kemudian dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Materi pelajaran ditulis dengan materi fenotik, bukan ejaan sebagaimana lazimnya. Gramatika diajarkan secara induktif, dan pelajaran mengarang terdiri dari reproduksi dari yang telah didengar dan dibaca.
4. Standarisasi Kemampuan Siswa dalam Mempelajari Bahasa Arab di MTs

Pelajaran bahasa Arab ini disajikan dalam empat materi pokok dalam setiap pokok bahasan sebagaimana diungkapkan di atas. Keempat materi itu antara lain adalah percakapan, mufradat dan struktur kalimat, bacaan dan insya’ muwajjah (menulis dan membuat kalimat). Empat materi pokok ini akan ada pada setiap pokok bahasan, dengan standar kemampuan yang bertingkat, sesuai dengan tingkatan kelas. Standar kemampuan siswa dalam setiap kelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1: Standar Kemampuan Siswa setiap kelas.


No Standar Kemampuan Siswa
Kelas I Kelas II Kelas III
1. Mampu melafalkan kalimat Arab dengan intonasi yang benar Mampu melafalkan kalimat Arab dengan intoneasi yang benar Mampu melafalkan kalimat Arab dengan intoneasi yang benar
2. Memahami makna kata - kata dan ungkapan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Memahami makna kata-kata dan ungkapan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan akidah dan ibadah Memahami makna kata - kata dan ungkapan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan akidah serta ibadah
3. Mampu memahami susunan jumlah ismiyah dengan struktur kalikmat yang meliputi bentuk-bentuk mufrad dan isim zahir, isim isyarah, dhomir dam beberapa huruf jar / zharf makan. Mampu memahami kalimat dengan struktur kalimat yang meliputi kata benda (isim) mufrad dan jamak, fi’il mudhari, dan hurf, serta jabatan kata
dan Mampu memahami susunan jumlah fi’liyah dan ismiyah dengan struktur yang meliputi






4. Mampu
menggunakan kata-kata, ungkapan dan susunan kalimat yang diajarkan dalam percakapan sederhana. Mampu menggunakan kata-kata, ungkapan dan susunan kalimat tersebut dalam percakapan sederhana Mampu menggunakan kata-kata, ungkapan dan susunan kalimat tersebut dalam percakapan sederhana
5. Mampu membaca dan memahami makna wacana yang meliputi kata dan susunan kalimat yang diajarkan. Mampu membaca dan memahami makna wacana yang meliputi kata dan susunan kalimat tersebut Mampu membaca dan memahami makna wacana yang meliputi kata dan susunan kalimat tersebut
6. Siswa dapat menyusun kalimat Arab dalam isya muwajjah dengan kata-kata dan struktur kalimat yang diajarkan. Siswa dapat menyusun kalimat Arab dalam isya muwajjah dengan kata-kata dan struktur kalimat tersebut Siswa dapat menyusun kalimat Arab dalam isya muwajjah dengan kata-kata dan struktur kalimat tersebut



BAB II
PROSEDUR PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan ruang lingkup :
1. Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian dengan melaporkan apa adanya yang terjadi di tempat penelitian, yakni kajian pada lembaga pendidikan Islam Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Dalam penelitian ini akan dipusatkan pada minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
3. Kemudian dalam penelitian ini akan dilihat dari kurangnya minat siswa dalam mengiukuti proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian yaitu subjek dari mana data dapat diperoleh baik berupa person (orang), Place (tempat), dan Paper (Simbol).
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti dari sumbernya tanpa adanya perantara, sumber yang dimaksud dapat berupa benda, situs atau manusia.
Data Primer adalah data pokok yang diperoleh langsung dari responden dan informan oleh peneliti tanpa melalui perantara yang berkenaan dengan :
1) Pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2) Minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
3) Upaya dalam mengatasi kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil melalui dokumen-dokumen.
Data sekunder adalah data penunjang dalam penelitian ini baik yang diperoleh melalui dokumentasi maupun literatur-literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini yang berkenaan dengan :
1). Historis dan Geografis
2). Keadaan guru dan siswa
3). Keadaan Sarana dan Prasarana
4). Struktur Organisasi Madrasah
2. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data tersebut dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya maka sumber data tersebut disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan.
Sumber data dalam penelitian ini meliputi orang dan materi. Orang yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini meliputi Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi Bahasa Arab, Tata Usaha, dan beberapa siswa yang telah di tentukan sebagai sampel penelitian yang kesemuanya itu adalah dalam lingkungan Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Sedangkan sumber data melalui materi dalam penelitian ini meliputi brasur-brosur, dokumentasi, literatur-literatur yang diambil dari beberapa teori yang bisa dijadikan landasan berpikir dalam penyusunan skripsi ini.

C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya diduga.
Sedangkan populasi berjumlah 245 orang, terdiri dari Kepala Sekolah, TU dan karyawan berjumlah 3 orang, pegawai perpustakaan berjumlah 1 orang, guru Bahasa Arab 4 orang dan siswa kelas I, II dan III berjumlah 238 orang
2. Sampel
Dari jumlah populasi di atas maka dapat ditetapkan sebagai sampel yaitu sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu berjumlah 25 orang, yang terdiri dari siswa kelas I sampai dengan kelas III, Guru, Kepala Sekolah, Orang tua murid, Tata Usaha, Staf dan penjaga sekolah.
Adapun teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik “Purpossive Sampling”. Sampel diambil dengan menggunakan persyaratan dan kriteria tertentu oleh peneliti yang harus dipenuhi sebagai sampel. , Bahwa sampel diambil dengan menggunakan persyaratan dan kriteria tertentu oleh peneliti yang harus dipenuhi sebagai sampel. Jadi dasar pertibangan ditentukan tersendiri oleh peneliti.
Dengan teknik ini peneliti harus : a) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang populasinya, 2) tepat dan menentukan persyaratan, 3) menguasai benar-benar tori penelitian dengan segala permaslahannya.

D. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data untuk penulisan skripsi ini digunakan langkah-langkah yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap sesuatu yang dilakukan dengan sangat hati-hati. Dalam pengertian ini observasi biasa dilakukan
sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
Metode ini ditujukan kepada guru Bahasa Arab yang melaksanakan proses belajar mengajar kepada siswa dengan melihat reaksinya saat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada responden.
Metode ini ditujukan kepada kepala sekolah, kepala Tata Usaha, majelis guru bidang studi Bahasa Arab dan kepada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang erat kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu antara lain :
a. Pelaksanaan pengaturan program belajar.
b. Dokumentasi yang meliputi jumlah siswa dan guru, struktur dan fasilitas yang dimiliki
c. Pemecahan masalah yang dialami dalam pembelajaran.
d. Keadaan gambaran Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang .
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan. Sedangkan data tersebut telah terdokumenter oleh Madrasah Tsanawiyah tersebut.
Untuk itu metode ini digunakan untuk memperoleh data melalui tata usaha MTs. Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang, sedangkan data yang diperlukan meliputi :
a. Sejarah berdirinya dan letak geografis Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang.
b. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah
c. Keadaan pasilitas yang dimiliki oleh Madrasah tersebut
d. Keadaan siswa, karyawan dan guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah tersebut.
e. Nilai bidang studi Bahasa Arab siswa.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah pengkajian yang mendalam menurut kemampuan penulis kemudian diperiksa terhadap arti yang terkandung didalamnya. Adapun jenis analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Domain
Analisa domain biasanya dilakuikan untuk mendapatkan gambaran / pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu fokus / pokok permasalahan yang tengah diteliti.
Melalui analisis data ini penulis mulai menganalisis data dari kaidah-kaidah, fakta-fakta yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang permasalahan yang diteliti.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi yaitu analisa yang lebih rinci atau lebih mendalam.
Hasil analisis domain yang sifatnya umum maka perlu menelaah lebih rinci. Hal ini dapat digunakan analisis taksonomi yang bertolak dari hasil domain sebagai sandaran penelitian yang lebih rinci dan mendalam pada analisis ini. Fokus penelitian ditetapkan terbatas pada domain tertentu yang menganalisa catatan semula penelitian.

3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial yang diorganisasikan bukanlah kesamaan elemen dalam domain melainkan kontras antara elemen dalam domain yang diperoleh melalui observasi dan wawancara terseleksi.
Kalau pada analisis taksonomi yang ditujukan ialah struktur internal masing-masing domain dengan mengorganisasikan atau menghimpun elemen-elemen yang berkesamaan di suatu domain, tetapi analisis komponensial terdapat kontras antara elemen dalam domain yang diperoleh melalui observasi dan wawancara terseleksi.
4. Analisis Tema Kultural (Dicovering Cultural Themes)
Penelitian kualitatif yang analisisnya bergerak dari analisis domain hingga analisis tema budaya selanjutnya disebutkan analisis tema bentuknya akan menyerupai “cerobong asap” di permukaannya lebar ditengahnya sempit dan di puncaknya lebar lagi, dengan demikian analisis tema atau discovering cultural themes sesungguhnya merupakan upaya mencari benang merah yang menginteraksikan lintas domain yang ada.
Melalui penggunaan tema kultural ini penulis mencari data atau menganalisis data sesempurna mungkin sehingga menjadi data yang baik dari semua data yang ada.

F. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain di luar data itu keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data itu. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi.
3. Membandingka apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi pendidikan dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan perspektif orang biasa dengan yang berpendidikan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkantor.













BAB III
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN


A. Historis dan Geografis

1. Historis.

Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat, didirikan pada 1980 Proses pendirian Sekolah tersebut diawali dengan musyawarah warga desa yang dilakukan dirumah salah seorang pegawai syara’ pada waktu itu, tepatnya pada tanggal 21 April 1980. Musyawarah ini dihadiri oleh para pemuka agama, para tokoh masyarakat, cendikiawan, calon tenaga pengajar, para unsur pimpinan Senyerang.
Beberapa keputusan yang dapat diambil dalam musyawarah tersebut diantaranya adalah menyepakati tentang pendirian MTs di Senyerang, membentuk panitia pembangunan MTs tersebut, menetapkan iuran per kepala keluarga, menetapkan hari-hari untuk gotong royong mengerjakan pembangunan.
Adapun tujuan dari pendirian Madrasah ini adalah sebagai wadah dan menampung anak-anak yang telah tamat Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah,sesuai program pemerintah pemerintah dalam rangka menyongsong program wajib belajar sembilan tahun. Disamping itu pendirian MTs ini juga bertujuan untuk membekali anak didik memiliki ilmu pengetahuan agama yang kuat.
Berkat kerjasama yang baik antara warga masyarakat dan panitia pembangunan pada saat itu akhirnya tidak terlalu lama pendirian MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini dapat terwujud.
MTs Far’ussa’adah ArabiyahSenyerang Kecamatan Senyerang kemudian dibangun diatas tanah berukuran 50 x 100 meter yang diperoleh dari wakaf seorang warga yang bernama Rafi’I, beliau adalah salah seorang pemuka agama, dan tanah tersebut saat ini telah bersertifikat atas nama MTs Far’ussa’adah Arabiyah tersebut.
Pelaksanaan proses belajar mengajar di MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang Kabupaten Sarolangun Senyerang selanjutnya dapat terealisasi pada tanggal 15 Juli 1980. Keadaan murid baru kelas I berkisar antara 20 sampai 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa minat melanjutkan ke MTs bagi anak yang telah menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar dan MI cukup bagus.

2. Geografis

Pada sisi geografis letak MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang cukup strategis, disamping lokasinya yang berada di tengah-tengah kota, MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang ini juga terletak di jalan poros kota yang dengan mudah dapat dijangkau.
Sebagaimana layaknya sebuah lembaga pendidikan untuk tahap awal perjalanan proses belajar mengajar masih banyak mengalami kekurangan, kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan, baik sarana maupun prasarana yang berkaitan dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar. Walaupun demikian, para tenaga pengajar tetap bersemangat untuk melangsungkan proses belajar-mengajar di MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang ini.

B. Keadaan Sarana dan Prasarana
1. Sarana
Untuk menunjang proses belajar mengajar, MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini telah memiliki sarana/gedung dengan status milik sendiri yang berdiri diatas tanah seluas 50 x 100 meter.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang sudah dikatakan cukup memamadai walaupun masih ada kekurangan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :







Tabel. 2 : Keadaan Sarana Pendidikan MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Tahun Pembelajaran 2009.

NO JENIS SARANA JUMLAH KONSTRUKSI KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 Ruang Kepala
Ruang Ka. TU
Ruang Bendaharan
Ruang Staf
Ruanjg Guru
Ruang belajar
Ruang Perpustakaan
Musholla
Ruang UKS
Kantin
WC
Lap. Tenis Meja
Lap. Bola Volly
Lap. Bulu Tangkis 1 Ruang
1 Ruang
1 Ruang
1 Ruang
1 Ruang
3 Lokal
1 buah
1 Buah
1 Ruang
1 Buah
2 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Semi Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Tabel di atas jelaslah bahwa MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang sudah memiliki sarana yang cukup memadai, namun proses pembelajaran tetap berlangsung seadanya dengan tidak mengurangi jumlah pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurukulum.
2. Prasarana
Masalah prasarana juga merupakan hal yansangat penting untuk menunjang proses pembelajaran, untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang dapat dilihat pada table berikut :
Tabel. 3 : Keadaan Prasarana MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Tahun Pembelajaran 2009.

NO JENIS ALAT JUMLAH KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18 Meja Siswa
Bangku Siswa
Meja Guru
Meja Tamu
Papan Tulis
Rak Buku
Lemari (Arsip)
Mesin Tik
Komputer
Buku Pegangan Guru
Jam Dinding
Buku Perpustakaan
Rebana
Perlengkapan Tenis Meja
Perlengkapan Bulu Tangkis
Perlengkapan Bola Volly
Mikrophone dan Toa
Perlengkapan Tari 57 Buah
100 Buah
20 Buah
2 Set Buah
4 Buah
8 Buah
3 Buah
1 Buah
1 Buah
50 Buah
16 Buah
350 Eksemplar
1 Set
1 Buah
1 Set
1 Set
1 Set
1 Set Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs Senyerang ini tergolong lengkap untuk ukuran sekolah Negeri yang terletak di ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Fasilitas penunjang seperti buku-buku pelajaran dan buku-buku bacaan lainnya juga cukup memadahi, karena hampir setiap tahunnya Sekolah ini menerima bantuan buku-buku dari pemerintah. baik melalui Departemen Agama, maupun Departemen Pendidikan Nasional.

C. Keadaan Guru dan Siswa MTs Senyerang
1. Keadaan Guru
Guru termasuk salah satu unsur yang menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar dengan baik, disamping itu pula guru berperan aktif dalam rangka bagaimana anak didiknya mampu mencapai tujuan dari proses belajar mengajar itu sendiri. Di samping itu pula guru berkewajiban memberikan arahan atau bantuan terhadap anak didiknya dalam rangka membimbing mereka menuju kedewasaan berfikir dan berprilaku yang sesuai dengan falsafah dan cita-cita bangsa Indonesia, sesuai dengan ajaran agama Islam.
Di samping guru sebagai figur sentral atau merupakan suri tauladan bagi anak didiknya dalam kehidupan sehari-hari yang juga sebagai peletah fundamental bagi kehidupan anak untuk masa yang akan datang. Selain itu guru juga merupakan teladan bagi masyarakat lingkungan terutama bagi orang tua para murid yang senantiasa berpedoman kepada guru para anaknya yang notabenenya adalah para ilmuan di lingkungan dimana mereka berdomisili.
Melihat tugas dan tanggung jawab seorang guru terhadap muridnya yang begitu besar, terutama dari segi berhasil atau tidaknya tujuan belajar yang tergantung pada para guru. Oleh karena itu seorang guru harus profesional terhadap tugas yang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Pendidikan yang lebih menunjang terhadap keberhasilan pendidikan adalah para guru yang mempunyai latar belakang pendidikan pada ilmu kependidikan atau minimal tamatan D III atau S-1 Pendidikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut ini.















Tabel 4 : Keadaan Guru MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Tahun Pembelajaran 2009.

No Nama Jabatan Pendidikan Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
Drs. Darmawi, M.Pd
Drs. Azrul, S.Ag
M. Rusdi Rahim, BA
Drs. Ridwan
Salmah, A.Md
Repelitas, S.Pd
Rosmaniati, A.Md
Murti Aryati, S.Pd
Drs. Joni
Dra. Gusti Rahayu
Suhati, S.Pd
Iftitah, S.Ag
Asni, A.md
Fahmi, S.Pd
Yurlita, S.PdI
Afni Musra, S.Ag
Khustian, S.Pd
Yusran, S.Pd
Suhartarto, S.Pd
Hidayatul Fadliyah, S.Pd
Kepala Sekolah
Wk Kurikulum
Wk Humas
Wk. Kesiswaan
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru


Para tenaga pengajar tersebut terbagi menjadi guru bidang studi yang ada di MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang. Sedangkan pembagiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:






Tabel 5 : Guru Bidang Studi MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Tahun 2009.

No Nama Bidang Studi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30 Drs. Darmawi, M.Pd
Drs. Azrul, S.Ag
M. Rusdi Rahim, BA
Drs. Ridwan
Salmah, A.Md
Repelitas, S.Pd
Rosmaniati, A.Md
Murti Aryati, S.Pd
Drs. Joni
Dra. Gusti Rahayu
Suhati, S.Pd
Iftitah, S.Ag
Asni, A.md
Fahmi, S.Pd
Yurlita, S.PdI
Afni Musra, S.Ag
Khustian, S.Pd
Yusran, S.Pd
Suhartarto, S.Pd
Hidayatul Fadliyah, S.Pd
Baidawi, S.Ag
Yuhani, S.Ag
Suparmin, S.Pd
Erma Sofyanti, S.Ag
Ismail
Muksim, S.Hi
Sunarti, A.md
Silvia Magdalena, S.PdI
Sri Hafazoh, S.Pd
Igus Susanti, S.Hi
Bimbingan dan Penyuluhan
Aqidah Akhlak-Sains Fisika
Bimbingan dan Penylujan
Bahasa Arab
Fiqh
Matematika
Bahasa Inggris
Matematika
KTK
Sains Fisika
Ekonomi
Bahasa Arab-Qur’an Hadits
Sains Biologi
Geografi-Ekonomi
SKI-Kewarganegaraan-Q. Hadits
Pendidikan Seni I-Q. Hadits
Bahasa Inggris
Penjaskes
Bahasa Indonesia
Biologi-geografi-Kewarganegaraan
Fiqh-Sejarah-Aqidah Akhlak
Kewarganegaraan-PPKn
Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia-SKI
Mulok
Sejara-SKI -Bahasa Indonesia
Matematika
Sains Fisika-Kesenian
Bahasa Indonesia
Aqidah Akhlak


Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa jumlah tenaga pengajar yang ada pada Madrasah Tsanawiyah Raudatut Tholibin berjumlah 30 orang dan latar belakang pendidikannya masih banyak yang belum mendukung tugas dan profesi guru. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang masih kekurangan guru yang profesional.
2. Keadaan Siswa
Siswa yang belajar pada MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang adalah anak-anak yang berasal dari berbagai daerah dalam dan luar kabuapten Tanjung Jabung Barat. Jumlah keseluruhan dari Kelas I sampai dengan Kelas III berjumlah 410 siswa dengan perincian sebagai berikut.
Tabel 6 : Keadaan Siswa MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Tahun 2009.


No.
Kelas Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. I 68 71 139
2. II 67 70 137
3. III 67 67 134
Jumlah 202 208 410

Jumlah siswa MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang di atas menunjukkan bahwa minat orang tua/ wali untuk menyekolahkan anaknya di MTs tergolong tinggi. Hal ini diiringi harapan agar anaknya dapat dibekali dengan pengetahuan bidang agama yang lebih baik lagi, sehingga mereka bergairah untuk memasukkan anaknya untuk belajar di MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang.
Dari jumlah anak yang belajar di MTs Far’ussa’adah Arabiyah tersebut sebagian besar adalah lulusan dari Sekolah Dasar, sedangkan yang lulusan dari Madrasah Ibtidaiyah relatif kecil.

D. Struktur Organisasi MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang
Suatu lembaga pendidikan tentunya harus mempunyai komposisi kepengurusan yang tertuang dalam struktur organisasi, begitu pula halnya dengan MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Struktur organisasinya adalah sebagai berikut: Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, komite Sekolah dan para wali kelas. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, kepala sekolah senantiasa berkoordinasi dan dibantu oleh para wakil dan perangkat lainnya sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik.
Secara rinci tugas kepala sekolah dan para wakil kepala sekolah serta para majelis guru dalam membantu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :
1. Tugas Kepala Sekolah diantaranya :
a. Mengatur administrasi Kantor
b. Mengatur dan membina hubungan dengan instansi vertikal (atasan)
c. Mengatur hubungan dengan masyarakat
d. Mengatur dan memperhatikan semua tugas dan tanggung jawab stafnya.
2. Tugas Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum
a. Memperhatikan persiapan mengajar para pengajar (guru)
b. Memperhatikan dan mempersiapkan buku-buku yang berkenaan dengan proses belajar mengajar
c. Bertanggungjawab terhadap program pelajaran dan evaluasi belajar mengajar.
3. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
a. Memperhatikan kerajinan siswa dalam mengikuti program belajar mengajar.
b. Memperhatikan kedisiplinan siswa meliputi, waktu masuk dan pulang dan disiplin tentang pakaian.
c. Membuat peraturan tentang tata tertib sekolah.
4. Bendahara mengatur tentang administrasi keuangan sekolah dan bertanggungjawab terhadap penggunaan uang sekolah.
5. Para wali kelas bertugas mengatur kelasnya masing-masing yang berkenaan dengan keadaan kelas tersebut.
















STRUKTUR ORGANISASI
MTS FAR’USSA’ADAH ARABIYAH SENYERANG.


































BAB IV
MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB

A. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Bahasa Arab
Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah termasuk salah satu jenjang pendidikan formal setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang berciri khas Agama Islam. Mata pelajaran yang di sajikan pada jenjang pendidikan ini selain mata Pelajaran umum seperti pada SLTP, juga disampaikan mata pelajaran keagamaan. Salah satunya adalah pelajaran Bahasa Arab.
Sesuai dengan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah pada lampiran II Keputusan Menteri Agama RI Nomor 372 tahun 1993 tanggal 22 Desember 1993, Pelajaran Bahasa Arab adalah merupakan salah satu pelajaran pokok yang harus diajarkan di MTs.
Selain itu Pelajaran Bahasa Arab yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah juga berfungsi sebagai bahasa agama dan ilmu pengetahuan disamping sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah merupakan bagian mata pelajaran yang tak terpisahkan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai suatu keseluruhan. Berikut hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah yaitu bapak Darmawi.
Pelajaran Bahasa Arab ini menjadi sangat penting untuk sekolah-sekolah formal yang berciri khas keagamaan (Agama Islam). Karena disamping sebagai proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan Bahasa Arab dalam hal ini adalah Bahasa Arab fusha, kemampuan Berbahasa Arab juga akan menunjang siswa dalam rangka memahami sumber ajaran Agama Islam, seperti Alqur’an dan Hadits, serta kitab-kitab lain yang menggunakan Bahasa Arab dalam penyajiannya.

Agar proses belajar mengajar dapat terarah, sesuai dengan tujuan pembelajaran Bahasa Arab sesuai dengan kurikulum yang berlaku maka harus ada Garis Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang sesuai dengan standar nasional.
Di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kecamatan Senyerang kabupaten Tanjung Jabung Barat, pembelajaran Bahasa Arab telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada pada kurikulum Pendidikan Dasar berciri khas Agama Islam, yaitu GBPP Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran Bahasa Arab, sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Arab, beliau menuturkan,
Dimana dalam Pelajaran Bahasa Arab ini disajikan dalam empat materi pokok dalam setiap pokok bahasan. Keempat materi itu antara lain adalah percakapan, Mufradat dan Struktur Kalimat, Bacaan dan Insya’ Muwajjah (menulis dan membuat kalimat). Empat materi pokok ini akan ada pada setiap pokok bahasan, dengan standar kemampuan yang bertingkat, sesuai dengan tingkatan kelas.

Sedangkan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan materi dan pokok bahasan.
a. Materi percakapan
Materi ini menggunakan metode pengajaran Direct Metho (metode langusng), yaitu kemahiran berbicara untuk mengganti, memperdalam Qawaid, keterampilan menulis, kemampuan membaca, kelancaran terjemahan, agar supaya pelajar, pemilik bahasa itu tidak seolah-olah seperti orang bisu yang hanya mampu menuangkan pikirannya dengan bahasa tulisan akan tetapi mampu menuangkan dengan bahasa lisan.
b. Materi Mufradat dan struktur kalimat
Materi ini menggunakan metode pengajaran Grammar – Translation Methot, ( Penterjemahan ), Pelajaran terdiri dari hafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penterjemahan kata-kata tanpa konteks, kemudian penterjemahan bacaan-bacaan pendek, penafsiran, latihan ucapan dan latihan menggunakan bahasa tidak diberikan. Jika diberikan hanya kadang-kadang saja.
c. Materi Bacaan
Materi ini menggunakan metode pengajaran Reading Method, yakni bertujuan mengajarkan dan melatih kemahiran membaca dalam bahasa asing. Materi pelajaran dibagi menjadi seksi-seksi pendek. Tiap seksi atau bagian ini didahului dengan daftar kata-kata yang maknanya akan diajarkan melalui konteks, terjemahan atau gambar-gambar. Setelah sampai pada kemampuan tertentu murid menguasai kosa kata, diajarkanlah bacaan tambahan dalam bentuk cerita singkat dengan tujuan penguasaan murid terhadap kosa kata menjadi lebih mantap.
d. Materi Insya’ Muwajjah
Materi ini menggunakan metode pengajaran Phonetic Method. Kaedah metode ini pelajaran awal diberikan dengan latihan-latihan mendengarkan atau hear training, kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan bunyi terlebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Kalimat-kalimat tersebut kemudian dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Materi pelajaran ditulis dengan materi fenotik, bukan ejaan sebagaimana lazimnya. Gramatika diajarkan secara induktif, dan pelajaran mengarang terdiri dari reproduksi dari yang telah didengar dan dibaca.

Adapun lama tatap muka yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini juga disesuaikan dengan kekentuan dalam kurikulum pelajaran Bahasa Arab, sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi.
“Kelas I semster I berjumlah 50 jam, semester II 52 jam, kelas II semster I berjumlah 50 jam, semester II 52 jam, kelas III semester I 48 jam, semster II berjumlah 93 jam. Sedangkan jam pelajaran setiap minggu waktu tersedia 3 jam pelajaran untuk kelas I dan II, dan 2 jam pelajaran untuk kelas III. Setiap 1 jam 40 menit”.

Hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa proses pembelajaran bahasa Arab masih mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam kurikulum, namun hal ini terkadang ditemukan beberapa kekurangan.

B. Minat Siswa dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Keberhasilan proses belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan akan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Antara lain adalah sarana dan prasarana penunjang, tenaga pendidik (guru), metode pengajaran, waktu yang memadahi serta potensi siswa dalam mengikuti suatu pelajaran.
Berkaitan dengan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab, penulis akan membahas satu permasalahan saja yaitu masalah potensi siswa. Karena dalam pelajaran Bahasa Arab, kemampuan peserta didik ini menempati posisi yang paling penting. Sebelum memahami dan mengerti tentang bahasa Arab yang merupakan bahasa Asing, maka syarat mutlak yang aharus dipenuhi oleh siswa adalah kemampuan membaca huruf Arab. Hal ini karena dalam penyajian pelajaran Bahasa Arab ini disampaikan dengan tulisan (aksara) Arab. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah.
Yang cukup menjadi masalah (problematika) tentang minat siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini antara lain adalah:
1. Sarana dan Prasarana yang kurang menunjang
2. Tenaga pendidik (guru) belum mempunyai standar kualitas yang optimal
3. Metode pengajaran yang kurang bervariasi
4. Waktu yang kurang memadai karena Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
5. Potensi siswa dalam mengikuti suatu pelajaran Bahasa Arab terutama kemampuan membaca aksara Arab, karena sebagain besar siswa berasal dari SD dimana mereka banyak yang belum mampu dengan baik baca tulis huruf Arab, sehingga hal ini menjadi kendala guru dalam menyampaikan pelajaran.

Dari sekian banyak problematika di atas yanga dapat mempengaruhi minat siswa yaitu adalah potensi siswa. Potensi siswa ini menjadi persoalan yang paling serius antara yang lain, karena sangat erat kaitannya dengan materi pelajaran Bahasa Arab yang akan diajarkan. Bagi siswa yang telah mampu membaca huruf Arab, maka pelajaran Bahasa Arab ini akan dapat diterima dengan baik dalam penyampaiannya. Tetapi bagi yang tingkat kemampuan dalam membaca huruf Arab kurang, atau tidak mampu sama sekali maka akan menjadi kendala tersendiri dalam penerimaan pelajaran tersebut. Berikut hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Arab Yaitu Ibu Iftitah :
Seperti telah diketahui bahwa Madrasah Tsanawiyah Roudatut Thalibin, desa Meranti Baru Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun, merupakan lembaga pendidikan dasar bercirikan Islam yang setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Siswa yang belajar di madrasah tersebut semuanya berasal dari lulusan Sekolah Dasar. Sedangkan latar belakang motovasi dari siswa tersebut sangat bervariasi. Ada siswa yang memang dari semula berniat untuk belajar di MTs Tersebut, tetapi ada juga siswa yang karena tidak diterima di SLTP Negeri, akhirnya masuk dan belajar di Madrasah Tsanawiyah Raudatut Thalibin ini. Latar belakan pendidikan siswa dan latar belakang motivasi inilah yang menyebabkan beragam pula kemampuan dasar dalam membaca huruf Arab. Siswa yang memang sudah berniat belajar di MTs ini umumnya memiliki kelancaran dalam membaca huruf arab, walaupun ada juga yang kurang lancar. Tetapi siswa yang masuk kerena tidak diterima di sekolah negeri, umumnya kemampuan membaca huruf arab masih lemah. Jumlah ini ternyata lebih dari separo jika _isbanding dengan yang lancar.

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan tes yang dilakukan oleh pihak guru kepada Siswa kelas I, II dan III MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang, terhadap kemampuannya dalam membaca huruf Arab dapat dilihat pada tabel berikut :









Tabel 6 : Daftar Kemampuan Siswa Membaca Huruf Arab.
No. Nama Siswa Baik Sedang Kurang
1. Arif Fermadi *
2. Afid Junaidi *
3. A.Riyanto *
4. Atika Sari *
5. Deni Sri Wahyuni *
6. Depi *
7. Hendra Basuki *
8. Hotmasari *
9. Jumiardi *
10. Lia Yusnita Dewi *
11. Lagi Asri *
12. Mila Rahmawati *
13. Mariati *
14. MTSwanto *
15. Mirayanti *
16. Nur Yuni Aisyah *
17. Nur Wahid *
18. Nur Baiti *
19. Plasma Dewi *
20. Rasmini *
21. Ro’yah *
22. Siti Sholihah *
23. Situyem *
24. Supriyanto *
25. Supriadi *
26. Tina Indriani *
27. Witantri Lestari *
Jumlah 11 4 15

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagain besar siswa masih kurang kemampuannya dalam membaca huruf Arab, hal ini merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi minat dalam proses pembelajaran Bahasa Arab.
Dengan adanya sebagian siswa yang kemampuan membaca huruf Arabnya kurang maka pengajaran bahasa Arab walaupun telah sesuai dengan GBPP dan kurikulum tetapi hasilnya belum dapat memenuhi target. Hal ini terutama terjadi pada awal-awal mengikuti Pelajaran Bahasa Arab atau diawal mereka masuk di MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang ini. Sulitnya mereka menerima pelajaran Bahasa Arab karena ketidak mampu membaca huruf Arab ini akan sangat berpengaruh dengan prestasi hasil belajar (nilai) terutama mata pelajaran Bahasa Arab. Hasil nilai yang dicapai oleh siswa kelas satu antara yang dapat membaca huruf Arab dengan yang tidak untuk mata pelajaran Bahasa Arab sangat mencolok sekali perbedaannya. Umumnya untuk memperoleh nilai cukup (6 keatas) bagi mereka sangat sulit.
Berdasarkan hasil wawancara di atas ternyata kurangnya nilai siswa dari kategori cukup sangat dipengaruhi oleh kurang mampunya siswa membaca huruf Arab. Hanya beberapa orang siswa saja yang kemampuan membacanya baik. Hal ini dapat dipahami bahwa minat siswa dalam engikuti proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam membaca huruf Arab.

C. Upaya Mengatasi Kurangnya Minat Siswa Mengikuti Proses Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat ternyata kemampuan siswa membaca huruf Arab menjadi persoalan tersendiri. Penyampaian pelajaran ini tidak dapat secara maksimal diterima oleh siswa karena adanya kurangnya minat siswa. Untuk mengatasi kurangnya minat siswa di atas maka harus ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Sekolah dalam hal ini Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat agar kurangnya minat tersebut dapat di atasi.
Upaya yang dilakukan juga harus efektif dan efisien mengingat minat belajar ini adalah sesuatu yang mendesak. Artinya sedapat mungkin siswa kelas 1 MTs sudah harus dapat membaca huruf Arab, karena mereka sudah harus mengikuti pelajaran Bahasa Arab yang kemampuan membaca huruf Arab ini menjadi syarat yang mutlak. Berikut hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah.
Upaya yang dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam mengatasi kurangnya minat tersebut adalah dengan mewajibkan siswa yang belum dapat membaca huruf Arab untuk belajar membaca Huruf Arab dengan program Iqro’. Program Iqro’ adalah metode atau cara cepat untuk dapat membaca Huruf Arab. Sebelum mengikuti program Iqro’, bagi seluruh siswa kelas 1 yang baru masuk akan dilakukan test terhadap kemampuan membaca huruf Arab. Hal ini dilakukan agar pihak sekolah dapat membedakan atau mengklasifikasikan antara siswa yang telah mempunyai kemampuan membaca huruf Arab dengan siswa yang belum. Dari hasil tes ini maka dapat di ketahui berapa orang siswa yang harus mengikuti program Iqro’ dan berapa orang siswa yang tidak perlu. Dan pelaksanaannya dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Hal ini agar tidak mempengaruhi proses belajar mengajar secara formal di dalam jam sekolah.

Program Iqro’ ini dilaksanakan oleh lembaga pendidikan oleh Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pendidikan ini diselenggarakan pada sore hari yaitu setelah sholat Ashar. Pendidikan ini adalah pendidikan non formal yang dalam pelaksanaannya khusus mempelajari masalah agama mulai dari tingkat dasar seperti membaca Huruf Arab sampai jenjang selanjutnya.
Seluruh siswa yang belum mampu membaca huruf Arab diwajibkan untuk mengikuti pendidikan ini dengan program Iqro’ sampai siswa tersebut dapat membaca huruf Arab. Dengan demikian maka masalah ketidak mampuan siswa membaca huruf Arab yang menjadi kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab ini dapat di minimalisir.
Selain itu bagi siswa yang kemampuan membaca huruf Arabnya mesih kurang dalam penyampaian pelajaran dikelas juga diberikan perhatian khusus oleh guru bidang studi. Terutama berkaitan dengan cara membaca dan huruf-huruf hijaiyah.
Bertitik tolak dari upaya yang telah dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam rangka mengatasi kurangnya minat siswa mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab, yaitu kurang maksimalnya siswa dalam menerima pelajaran bahasa Arab karena kemampuan membaca huruf Arab yang masih kurang, maka upaya ini ternyata dapat memberikan hasil yang cukup berarti dalam mengatasi problematika tersebut.
Meskipun tidak secara langsung dapat dengan cepat di atasi, namun hasil dari upaya ini telah menunjukkan proses penyelesaian kueangnya minat tersebut tersebut yang mengarah pada upaya penyelesaian yang dapat menunjukkan indikasi dari keberhasilan upaya penyelesaian problematika pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan program Iqro’ ini adalah hasil prestasi siswa yang dicapai pada semester berikutnya (Semester II) terutama pada nilai mata pelajaran Bahasa Arab itu sendiri. Setelah selama satu Semester siswa yang belum dapat membaca huruf Arab ini mengikuti Program Iqro’ ternyata perolehan nilai pada Semester berikutnya telah mengalami peningkatan.
Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dalam upaya mengatasi kurangya minat siswa dalam mengokuti proses pembelajaran Bahasa Arab ini dapat dilihat pada hasil prestasi nilai siswa Semester II bidang studi bahasa Arab. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:





Tabel 7: Daftar Nilai Bahasa Arab siswa MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Tahun 2009.

No. Nama Siswa Nilai Smt. II Kategori
Baik Sedang
1
2. Afid Junaidi 7 *
3. A.Riyanto 5 *
4. Atika Sari 6 *
5. Deni Sri Wahyuni 5 *
6. Depi 6 *
7. Hendra Basuki 7 *
8. Hotmasari 6 *
9. Jumiardi 5 *
10. Lia Yusnita Dewi 6 *
11. Lagi Asri 5 *
12. Mila Rahmawati 6 *
13. Mariati 5 *
14. MTSwanto 5 *
15. Mirayanti 5 *
16. Nur Yuni Aisyah 8 *
17. Nur Wahid 7 *
18. Nur Baiti 6 *
19. Plasma Dewi 6 *
20. Rasmini 8 *
21. Ro’yah 7 *
22. Siti Sholihah 8 *
23. Situyem 8 *
24. Supriyanto 5 *
25. Supriadi 5 *
26. Tina Indriani 8 *
27. Zainal Arifien 6 *
Jumlah 20 10

Berdasarkan data pada tabel d iatas serta hasil perhitungan maka dalam waktu satu semester dengan adanya program Iqro’ bagi siswa yang belum dapat membaca huruf Arab untuk mengatasi kurangnya minat siswa mengikuti proses pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ternyata didapatkan hasil yang cukup baik, dimana yang semula siswa kelas 1 yang memperoleh nilai kurang dalam pelajaran Bahasa Arab, maka sekarang sudah beloh dikatakan baik serta sedikit demi sedikit dapat memenuhi target pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diiginkan.

















BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan uraian yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat, proses pembelajaran Bahasa Arab telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada pada kurikulum Pendidikan Dasar berciri khas Agama Islam, yaitu GBPP Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran Bahasa Arab.
2. Minat siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab di MTs Far’ussa’adah Arabiyah Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah kurang terutama disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam membaca huruf Arab.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya minat tersebut adalah dengan memberikan pelajaran tambahan di luar jam belajar dengan materi cara membaca huruf Arab atau disebut dengan program Iqro’.

B. Saran-saran

Setelah mencermati minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab di MTs Senyerang, maka penulis perlu memberikan saran-saran kepada :
1. Siswa hendaknya terlebih dahulu membekali dirinya dengan kemampuan membaca huruf Arab sebelum mengikuti pelajaran Bahasa Arab sehingga akan dapat mengikuti pelajaran bahasa Arab dengan baik.
2. Guru Bidang Studi Bahasa Arab hendaknya memberi perhatian yang khusus kepada siswa yang kemampuan membaca huruf Arabnya masih kurang, mengingat minat siswa terkadang muncul manakala ia dapat memahami dan mengerti sebauah mata pelajaran itu. Dan hal ini sangat berpengaruh dengan hasil prestasi siswa.
3. Pihak pengelola pendidikan hendaknya lebih mengintensifkan kegiatan pendidikan tambahan di luar jam sekolah untuk menunjang siswa yang kemampuan dasar agama dan bahasa Arabnyanya masih rendah.
4. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap miat siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab Di MTs Senyerang sehingga nantinya akan ada solusi yang lebih baik lagi.















DAFTAR PUSTAKA



Anonim. (1993). Garis Garis Besar Program Pengajaran MTs mata Pelajaran Bahasa Arab, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Jakarta.

Anonim. (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Anonim (1977) Al-Qur’an dan terjemah, Jakarta : Depag. RI

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta

Dahlan, Juwairiyah. (1992). Metode Belajar Mengajar Bahasa Asing, Surabaya : Bina Aksara

Faisal, Sanfiah. (1990) Metode Penelitian Kualitati, YA 3, Malang.

Hadi, Sutrisno. (1983) Metode Resech Jilid I, Andi Ofset, Jakarta

Hadi Sutrisno. (1984) Metode Resech Jilid II, Andi Ofset, Jakarta

Koentjoroningrat. (1983) Metode Penelitian Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Nasution. S. (1996), Dikdaktik Asas-asas Mengajar, Jemmars, Bandung.

Nasution. S. (1991), Metodologi Research, Jemmars, Bandung.

Nasution, (2000). Didaktis Asas-asas Mengajar. Jakarta ; Bumi Aksara.

Sardiman. AM. (1992), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta.

Singarimbun, Masri dkk. (1987) Metode Penelitian Survei, LP3S, Jakarta.

Sujana, Nana. (1984). Nilai-nilai Dasar Pendidikan Islam, Serajaya, Jakarta.

Tafsir, Ahmad. (1992). Ilmu Pendidikan dalam Prospektif Islam. Bandung ; Remaja Rosda Karya.

Read more...

Ethiopia

Seseorang yang menjadi sumber kekuatan terbesar adalah pula sumber kelemahan terbesar

Kumpulan Blog Indonesia

CopyMIX


ShoutMix chat widget

Music

Google Music Search

NapoleonHILL

Kebijakkan yang sesungguhnya, biasanya tampak melalui kerendahan hati dan tidak banyak cakap

  ©Template by ji_aray_ininnawa.