Mimbar Mimpi
03.40 WIB_300407_ij@z_y@ng
Engkaukah Ratu.
Kata apapun yang terbawa angin kepadamu
Tak pernah engkau sentuh dengan telingamu
Apalagi hatimu yang angkuh pada tiap insan yang tertindas..
Bagiku engkaulah ratu
Memujamu bukanlah tujuan
Tapi mengagumimu adalah keharusan
Karena begitu bermakna renda senyummu
Apapun dapat engkau lakukan
Tanpa bisa memahami naluriku yang terkoyak
Oleh jemari tajam penuh warna
Siapapun bisa engkau terangi
Pancaran mata bagai tak habis membius
Terpantul pada hati yang retak oleh tatapan
Terbang bagai merak menabut keindahan
Membentang sayap bagai angin yang sejuk..
Tapi…ternyata bentangan sayap merak indah..
Menyimpan seribu belati
Menghujam setiap pori- pori tanpa bisa meraih apapun..
03.30 WIB_300407_ij@z_y@ng
Sempurna
Setiap langkah memang berbeda
Kadang pelan bisa juga cepat
Bahkan tertatih…
Bagimu kesempurnaan indera
Memandang seseorang tanpa nurani
Bertilam kecantikan menikam insan
Yang terhina oleh lidahmu
Berselimut debu lisan yang amat perih
Meronakan mata dan mata hati
Menjatuhkan air mata diatas mata air
Bergenang memupus pilihan rindu
Dan… terungkap tanya yang panjang
Menghiasi padang hitam terhampar
Membayang gugusan ilalang tapi berduri
Mungkinkah kecantikanmu…sama dengan cantiknya hatimu
Atau…memikat lalu menghempaskan.
2006_ij@z_y@ng
Tirani BErsenjata
Aku berpikir maka aku ada
Aku berilusi maka aku bermimpi
Satu irama dalam satu hati
Membawa aku terbang tinggi
Dan bernyanyi…
Berdendang tentang nasib negeri
Tertindas keangkuhan tirani
Hinggu sejuta duka jatuh berderai
Tanpa iba…tanpa nurani
Mengusung jazad dalam peti
Menjerit sepanjang hari
Diantara gulungan rantai- rantai besi
Aku bicara tentang damai
Terbayang dulu negeri permai
Ketika aku asyik berdongeng di pantai
Ombak menghempas suaraku pergi
Tiada yang mendengar celoteh ini
Aku hilang sebelum pergi
Berjalan diantara senapan penguasa
Menuju ruang yang penuh belati
Membungkam suara keadilan yang suci.
2006_ij@z_y@ng
Tuan Kambing Hitam
Hanya sebatas kabut
Putih terang dan hitam kelam
Bila salah berucap
Kebenaran akan terkubur dalam
Akankah datang ratu keadilan
Membawa busur peradilan yang menggema
Memanah kemungkaran..
Mata telah perih..
Setiap saat drama penderitaan menguap
Menebarkan aroma kegelisahaan
Silih berganti palu terketuk
Menyisakan tangis pilu sang keluarga
Entah benar atau salah..
Vonis telah jatuh tercerai
Diantara tawa pemenang
Dan diantara luka sang tuan kamping hitam
Kemana wajah bapak corruptor
Kemana juga wujud tuan algojo
Mungkinkah hakim itu corruptor..
Ataukah aparat itu algojo
Semua tiada jelas
Hari ini bilang putih..,esok berucap hitam
Ataukah pemimpin negeri ini telah buta..?
03.20 WIB_300907_ij@z_y@ng
Jejak yang Gelisah
Tertunduk dan terkulai merangkai jejak
Jejak menuju dimensi hati sang dara
Bagai meniti diatas air tanpa titian
Tak pasti…bahkan tak mungkin
Aku menepis bayangan yang menggoda
Bahkan teramat menggoda bengis…
Menampakkan wajah penuh pilar- pilar angkuh
Memandang padaku dengan mata bergenang
Tapi itu bukan kesedihan..namun
Setetes air mata yang sedih menahan tawa
Mengelilingiku bersama dewi palsu
Aku menginginkanmu dengan cepat..
Segunung rindu ku persembahkan pada bumi
Menjadi tangga tertinggi mencapai awan
Dan…engkau melupakan aku dengan pelan
Hingga hilang jejak bersama kegelisahanku.
2007_ij@z_y@ng
Romantisme Klasik
Aku menghamparkan roman- roman pilihan
Berdengan tentang kisah penuh asmara
Menggoyang pikiran dalam dekap
Menerawang legenda yang terjauh
Melewati dimensi penuh romantisme
Dengarlah..jika sang dewi telah terdiam
Bumi bagai tak tergerak dalam rotasinya..
Ingatlah legenda lama
Roman- roman yang beirama..
Dengan pilihan kisah yang menjadi cerita..
Menjadi inspirasi hidup
Bila engkau tahu..betapa saktinya kisahku
Merangkai tiap kata yang akan mewarnai kehidupan
Melewati setiap rintang yang tak berarti.
2005_ij@z_y@ng
Negeri Siapa Ini ?
Kakiku melankah menyusuri hari
Melewati kehidupan zaman yang hampir hilang
Pada satu titik
Aku berhenti melangkah
Terbungkam kebingungan dalam kenyataan
Aku berpaling kearah matahari terbit
Terbentang luas pemukiman kumuh
Bagai sampah…menjijikkan !
Kupalingkan wajahku kearah mata hari terbenam
Terlukis panorama gedung pencakar langit
Tegak menantang..penuh keangkuhan
Tanpa sadar aku memandangi langit
Semua gelap tanpa matahari
Kemana matahariku ?
Ronanya yang segar dan terang..
Kini berselimut Kabul pekat
Akibat kejahilan prilaku sebagian manusia.
Mataku telah perih
Menyaksikan hidup dalam kehidupan
Hingga aku tertunduk lunglai
Aku terdiam..kakiku beku
Tak kuasa melangkah lagi..
Terjebak dalam Lumpur- Lumpur jalanan
Yang tak beraspal..
Air mata telah bercampu debu
Sisa tangis tidak terbendung
Ku hanya bisa menjerit..
NEgeri SIapa INi..?
0 komentar:
Posting Komentar