Jumat, 06 Maret 2009

Landasan Kaderisasi

BAB I
DRAFT PERKADERAN IKAMI SUL-SEL

Landasan Perkaderan
Organisasi merupakan wadah sebuah komunitas untuk menuangkan kreatifitas para anggotanya dengan menyatukan visi dan misi agar apa yang menjadi agenda awal bisa terealisasi sesuai dengan aturan main yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.
Organisasi adalah suatu sistem yang telah dibuat dan disepakti bersama oleh para anggotanya dengan beberapa tingkatan dan jenjang yang masing-masingnya memiliki disiplin ilmu yang berbeda-beda. Dengan berbagai tingkatan, jenjang dan disiplin ilmu yang berbeda-beda itulah yang kemudian menjadi alasan utama terselenggaranya suatu pengkaderan yang di-dessign oleh organisasi tersebut yang diharapkan mampu menggali potensi yang ada pada setiap anggotanya.
Dengan adanya pengkaderan tersebut diharapkan mampu mengangkat serta melahirkan kader-kader dengan bercermin dari beberapa kader terdahulu untuk naik ke pentas sejarah dalam rangka mempertahankan eksistensi organisasi yang telah dirancang oleh para pendahulunya.
Untuk itulah, sebelum agenda tersebut direalisasikan, maka dianggap perlu untuk menetapkan suatu pedoman yang sekaligus menjadi landasan pengkaderan. Landasan penkaderan merupakan pijakan pokok atau pondasi yang dijadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam proses perkaderan. Untuk itu,dalam melaksanakan perkaderan bertitik tolak pada lima landasan, sebagai berikut :

1. Landasan Epistemologi
Sesungguhnya manusia diciptakan dengan menyandang status sebagai “Puncak Ciptaan” sekaligus menjadi wakil Tuhan di muka bumi dan pada saat bersamaan juga manusia diberikan kebebasan dan kemerdekaan yang menjadi asasi setiap manusia.
Dalam proses perjalanannya melakukan interaksi dengan berbagai macam ciptaan Tuhan,


manusia diharapkan mampu memainkan peran dalam menjalankan hidup dan kehidupannya.
Proses interaksi yang dilakukan oleh setiap manusia adalah merupakan asasi dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Karena dengan proses interaksi itulah yang kemudian melahirkan suatu kebiasaan-kebiasaan dan dari kebiasaan itulah yang nantinya melahirkan suatu tradisi-tradisi / budaya yang dijadikan kearifan lokal.
Bercermin dari situasi sekarang, kekayaan bangsa Indonesia yang salah satunya adalah kebudayaan dari tiap-tiap daerah kini mengalami degradasi nilai. Padahal kekayaan-kekayaan itu adalah suatu anugrah yang sepatutnya disyukuri.
Seyogyanya kita sebagai kaum terpelajar dan bangsa yang berbudaya, seharusnya mengerti akan budayanya dan berusaha untuk mempertahankan budaya tersebut. Namun proses materialisasi manusia melalui jasad menimbulkan konsekuensi baru dalam bentuk reduksi nilai-nilai Ilahiyah. Manusia hidup dalam realitas fisik yang dalam konteks ini manusia hanya “mengada” (being). Hanya dengan ‘’kesadaran” (consciousness)-lah manusia menemukan realitas “menjadi” (becoming). Oleh karenanya, unsur kemanusian dan ketuhanan yang ada dalam diri setiap manusia pada suatu saat akan silih bergantian mendominasi. Ketika unsur ketuhanan yang mendominasi yang dilandasi dengan kesadaran akan dirinya sebagai ciptaan, maka apa yang menjadi perwujudan dari keberadaannya di muka bumi menjadi sempurna dan relevan dengan statusnya sebagai “Puncak Ciptaan”.
Manusia yang “menjadi” adalah manusia yang mempunyai kesadaran akan aspek transendent sebagai realitas tertinggi. Budaya yang di lahirkan melalui proses sosial manusia mengantar menuju menemukan nilai-nilai kearifan dalam rentang perjalanan yang panjang sampai sekarang. Niliai-nilai kearifan inilah (budi daya, budi pekerti dan budi karsa) yang menjadi tatanan nilai yang hidup ditengah-tengah masyarakat menjadi modal dasar berproses lebih hakiki.
Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kelanjutan nilai-nilai budaya yang ada? Pertanyaan inilah yang menjadi dasar oreintasi manusia untuk menjawab pertanyaan tersebut karena negara menjamin akan keberlangsung pelestarian budaya dalam menciptakan kehidupan yang adil, makmur serta sejahtera.
Dalam menjalankan fungsi mahluk sosial maka internalisasi sifat Allah dalam diri manusia harus menjadi sumber inspirasi. Dalam konteks ini mahluk sosial menjadi aspek progresif dalam menyikapi persoalan - persoalan mendasar manusia. Karena Tuhan adalah pemelihara kaum yang lemah maka meneladani Tuhan juga berarti keberpihakan kepada kaum kaut. Pemahaman ini akan mengarahkan pada pandangan bahwa mahluk sosial yang berbudaya adalah nilai-nilai yang bersifat transformatif, nilai-nilai yang membebaskan, nilai-nilai yang berpihak pada kebenaran, nilai-nilai yang bersifat revolusioner. Spirit inilah yang harus menjadi paradigma dalam sistem perkaderan IKAMI SUL-SEL.

2. Landasan Budaya.
Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi? Pertanyaan ini patut untuk direnungkan bersama sebagai kaum intelektual dan bangsa yang berbudaya.
Budaya sebagai landasan nilai, adalah sistem nilai yang secara sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan serat masalah-masalah yang terjadi dalam suatu komunitas masyarakat (transformatif). Ia mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan dan idealisme yang dicita-citakan, yang untuk tujuan dan idealisme tersebut mereka rela berjuang dan berkorban demi apa yang diyakininya. Nilai Budaya (budi daya, budi pekerti, budi karsa) senantiasa mengilhami dan memimpin serta mengorganisir perjuangan, perlawanan dan pengorbanan yang luar biasa untuk melawan semua status quo, belenggu dan penindasan terhadap ummat manusia.
Cita-cita ideal suatu budaya adalah, adanya transformasi terhadap nilai-nilai budaya tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood), kesetaraan (Equality), keadilan sosial (Social Justice), dan keadilan ekonomi (Economical Justice), merupakan sebuah cita-cita yang memiliiki aspek liberatif, sehingga dalam usaha untuk mewujudkannya membutuhkan keyakinan, tanggung jawab, keterlibatan dan komitmen, karena pada dasarnya suatu budaya terlahir dari suatu kebiasaan-kebiasaan dari suatu kelompok yang tidak terlepas dari asasi manusia itu sendiri.
Untuk itulah, sebagai bangsa yang berbudaya sepatutnya kita lestarikan budaya-budaya yang kita miliki. Ingat! Pelestarian Budaya bukanlah tanggung jawab kami, mereka, pemerintah dan masyarakat semata, melainkan tanggung jawab kita bersama. Benarlah salah satu ungkapan yang mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi serta berusaha untuk melestarikan budayanya”.

3. Landasan Konstitusi.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan IKAMI SUL-SEL ke masa depan dan mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara demi melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. IKAMI SUL-SEL senantiasa mengemban tugas dan tanggung jawab dengan semangat yang tidak mengesampingkan semangat kebangsaan. Dalam dinamika tersebut IKAMI SUL-SEL sebagai organisasi kepemudaan menegaskan sifatnya sebagai organisasi mahasiswa/pelajar yang independen, berstatus sebagai organisasi mahasiswa/pelajar, memiliki fungsi sebagai organisasi kader serta berperan sebagai organisasi perjuangan.
Dalam rangka melaksanakan fungsi dan perannya secara terus menerus dan berorientasi ke masa depan, IKAMI SUL-SEL menetapkan tujuannya, yaitu terbinanya kader yang berkualitas serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang dicita – citakan oleh bangsa indonesia. Kualitas kader yang akan dibentuk ini kemudian dirumuskan dalam tafsir tujuan IKAMI SUL-SEL. Oleh karena itu, maka tugas pokok IKAMI SUL-SEL adalah perkaderan (cadre forming) yang mengarahkan pada perwujudan akademis yakni dalam pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan. Pembentukan kualitas dimaksud kemudian diaktualisasikan dalam fase-fase perkaderan IKAMI SUL-SEL, yakni i fase rekruitmen kader yang berkualitas, fase pembentukan kader agar memiliki kualitas pribadi berakhlak, kualitas intelektual serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan secara profesional dalam segala segi kehidupan, dan fase pengabdian kader, dimana sebagai out put kader IKAMI SUL-SEL harus mampu berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai kader yang berjuang bersama-sama dalam mewujudkan cita-cita masyarakat adil, makmur.

4. Landasan Historis.
Secara sosiologis dan historis, kelahiran IKAMI SUL-SEL 30 september 1961 tidak terlepas dari semakin peliknya permasalahan bangsa yang di dalamnya mencakup berbagai aspek. Kenyataan itu merupakan motivasi kelahiran IKAMI SUL-SEL yang sekaligus dituangkan dalam rumusan tujuan berdirinya yaitu :
Makna rumusan tujuan itu akhirnya membentuk wawasan dan langkah perjuangan IKAMI SUL-SEL ke depan yang terintegrasi dalam dua aspek, aspek primordial dan Kebangsaan. Aspek primordial tercermin melalui komitmen IKAMI SUL-SEL untuk selalu mewujudkan rasa kebersamaan antara mahasiswa asal Sulawesi Selatan yang menempuh pendidikan di luar Sulawesi Selatan secara utuh dalam berbagai bentuk kehidupan. sedangkan aspek kebangsaan adalah komitmen IKAMI SUL-SEL untuk senantiasa berjuang bersama-sama untuk merealisasikan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia demi terwujudnya cita-cita masyarakat yang demokratis, berkeadilan sosial dan berkeadaban.
Melihat komitmen IKAMI SUL-SEL pada wawasan sosiologis dan historis tersebut, yang juga telah dibuktikan dalam sejarah perkembangannya, maka pada hakikatnya segala bentuk pembinaan kader IKAMI SUL-SEL harus pula tetap diarahkan dalam rangka pembentukan kepribadian kader yang sadar akan keberadaannya sebagai pribadi yang teguh, mahluk sosial di muka bumi dan pada saat yang sama kader tersebut harus menyadari pula keberadaannya sebagai kader bangsa Indonesia yang bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita bangsa kedepan.

5. Landasan Sosio-Kultural.

Pola Dasar Perkaderan.
Pendahuluan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi, IKAMI SUL-SEL menggunakan pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses perkaderannya. Semua bentuk aktifitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu sebagai upaya memberikan kejelasan dan ketegasan kerangka sistem perkaderan yang dimaksud harus dibuat pola dasar perkaderan IKAMI SUL-SEL secara nasional. Pola dasar ini disusun dengan memperhatikan tujuan organisasi dan arah perkaderan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan organisasi serta tantangan dan kesempatan yang berkembang dilingkungan eksternal organisasi.
Pola dasar ini memuat garis besar keseluruhan tahapan yang harus ditempuh oleh seorang kader dalam proses perkaderan IKAMI SUL-SEL, yakni sejak rekruitmen kader, pembentukan kader dan gambaran jalur-jalur pengabdian kader setelah alumnin.

1. Pengertian Dasar
1.1 Kader
Dalam sebuah kamus dikatakan bahwa “Cadre is a permanently organized group of person forming the framework of larger unit”. Jadi kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan menjadi tulang punggung bagi komunitas yang lebih besar. Pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi.

1.2 Perkaderan
Perkaderan adalah usaha dimana organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman perkaderan IKAMI SUL-SEL, sehingga memungkinkan seorang anggota IKAMI SUL-SEL mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Intelektual Profesional, yang memiliki kualitas.

2. Rekruitmen Kader
Sebagai konskuensi dari organisasi, maka aspek kualitas kader merupakan fokus perhatian dalam proses perkaderan IKAMI SUL-SEL. Guna menjamin terbentuknya out put kader yang berkualitas sebagaimana disyartkan dalam tujuan organisasi, maka selain kualitas proses perkaderan itu sendiri, maka kualitas input calon kader juga menjadi faktor penentu yang tidak kalah pentingnya.
Kenyataan ini mengharuskan adanya pola-pola perencanaan dan pola rekruitmen yang lebih memprioritaskan pada tersedianya input calon kader yang berkualitas. Dengan demikian rekruitmen kader merupakan upaya aktif dan terencana sebagai ikhtiar untuk mendapatkan input calon kader yang berkualitas bagi proses perkaderan IKAMI SUL-SEL dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1. Kriteria Rekruitmen
Rekruitmen Kader yang lebih memprioritaskan pada pengadaan kader yang berkualitas tanpa mengabaikan aspek kuantitas, mengharuskan adanya kriteria rekruitmen. Kriteria rekruitmen ini akan mencakup kriteria sumber-sumber kader dan kriteria kualitas calon kader.

2.1.1. Kriteria Sumber-sumber Kader
Sesuai dengan statusnya sebagai organisasi mahasiswa, maka yang menjadi sumber kader IKAMI SUL-SEL adalah mahasiswa dan pelajar yang berasal dari Sulawesi Selatan yang menumpuh pendidikan diluar Sulawesi Selatan serta keturunan sulawesi selatan. Guna mendapatkan input kader yang berkualitas maka pelaksanaan rekruitmen kader perlu diprioritaskan pada perguruan tinggi dan lembaga pendidikan yang sederajat yang berkualitas, dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang berkembang di masing-masing daerah.

2.1.2. Kriteria Kualitas Calon Kader
Kualitas calon kader yang dipriritaskan ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu dengan memperhatikan integritas pribadi calon kader. Potensi dasar akademik, potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan serta melakukan peningkatan kualitas individu secara terus menerus.

3. Metode dan Pendekatan Rekruitmen
Metode dan pendekatan rekruitmen merupakan cara atau pola yang ditempuh untuk melakukan pendekatan kepada calon-calon kader agar mereka mengenal dan tertarik menjadi kader IKAMI SUL-SEL. Untuk mencapai tujuan tersebut,maka pendekatan rekrutmen dilakukan melalui dua kelompok sasaran.
• Tingkat pelajar
Pendekatan ini dimaksud untuk memperkenalkan sedini mungkin keberadaan IKAMI SUL-SEL ditengah-tengah masyarakat, khususnya masyarakat ilmiah di tingkat siswa-siswa sekolah menengah. Strategi pendekatan haruslah memperhatikan aspek pemenuhan kebutuhan dasar siswa, aspek psikologis sebagai remaja.
Tujuan pendekatan ini adalah bagaimana agar terbentuknya opini awal yang positif dikalangan siswa-siswa sekolah menengah terhadap IKAMI SUL-SEL. Untuk kemudian pada gilirannya terbentuk pula rasa simpati dan minat untuk mengetahuinya lebih jauh.
Pendekatan rekruitmen dapat dilakukan dengan pendekatan aktivitas (activity approach) dimana siswa dilibatkan seluas-luasnya pada sebuah aktifitas. Bentuk pendekatan lain dapat juga dilakukan pendekatan perorangan (personal aproach).

• Tingkat Perguruan Tinggi
Pendekatan rekruitmen ini dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar dan utuh dikalangan mahasiswa terhadap keberadaan organisasi IKAMI SUL-SEL sebagai mitra Perguruan Tinggi di dalam mencetak kader-kader Bangsa. Strategi pendekatan harus mampu menjawab kebutuhan nalar mahasiswa (student neasioning), minat Mahasiswa (student interest), dan kesejahteraan Mahasiswa (student welfare).
Pendekatan diatas dapat dilakukan lewat aktifitas dan pendekatan perorangan, dengan aksentuasi pendekatan fungsionalisasi masing-masing aparat IKAMI SUL-SEL yang berhubungan langsung dengan basis calon kader IKAMI SUL-SEL.
Metode dan pendekatan rekruitmen seperti tersebut diatas diharapkan akan mampu membangun rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses perkaderan IKAMI SUL-SEL secara terus menerus.

4. Pembentukan Kader
Pembentukan kader merupakan sekumpulan aktifitas perkaderan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan IKAMI SUL-SEL.

4.1. Latihan Kader
Latihan kader merupakan bagian kegiatan perkaderan IKAMI SUL-SEL yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku secara nasional dalam rangka mencapai tujuan IKAMI SUL-SEL. Latihan ini berfungsi memberikan kemampuan tertentu pada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan target pada masing-masing jenjang latihan. Latihan kader merupakan media perkaderan formal IKAMI SUL-SEL yang dilaksanakan secara berjenjang serta menuntut persyaratan tertentu dari pesertanya pada masing-masing jenjang latihan ini menitik beratkan pada pembentulkan watak dan karakter kader IKAMI SUL-SEL melalui transfer nilai, wawasan dan keterampilan serta pemberian rangsangan dan motivasi untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Latihan kader terdiri dari 2 (dua) jenjang, yaitu :
1. (Latihan Kader I).
2. (Latihan Kader II).

5. . Pengembangan
Pengembangan merupakan kelanjutan atau kelengkapan latihan dalam keseluruhan proses perkaderan IKAMI SUL-SEL. Hal ini merupakan penjabaran Anggaran Dasar IKAMI SUL-SEL.
• Pelatihan
Pelatihan adalah training jangka pendek yang bertujuan membentuk dan mengembangkan profesionalisme kader sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya masing-masing.
• Aktifitas
Yaitu kegiatan dan tugas-tugas organisasi yang bersifat praktis dan dapat pula berfugsi sebagai follow up training. Kegiatan dan tugas-tugas organisasi tersebut dikerjakan dengan dua cara, yaitu:
1.Secara Individual (Otoaktivitas)
Kegiatan individu bisa berupa kajian-kajian materi training sebagai tindak lanjut latihan dan persiapan kejenjang berikutnya, tradisi membaca buku, silaturahmi antar anggota dan pengurus, serta, penyaluran bakat-bakat individu, dan lain-lain.
2.Secara bersama (Komunal)
Kegiatan bersama-sama diupayakan merupakan tindak lanjut latihan untuk mempromosikan kader-kader pada kepanitian, kepengurusan atau forum-forum diskusi baik intern maupun ekstern organisasi IKAMI SUL-SEL. Menurut Harry B. Berhard dan Cynthia A. Ingels dalam Harvard Business Rvies : “PELATIHAN”harus dilakukan secara “Desentralisasi”, pengembangan harus dilakukan secara sentralisasi.
Suatu training akan mencapai target maksimal, apabila dilakukan secara terencana sistematis, teratur dan didasarkan kepada prinsip-prinsip yang hidup dalam organisasi serta pendayagunaan seluruh potensi untuk kepentingan training. Untuk itu konsepsi tersebut perlu diuraikan secara rinci dalam pedoman dan petunjuk pelaksanaan.

• Aktifitas Organisasional
Aktifitas organisasimerupakan suatu aktifitas yang bersifat organisasi yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas organisasi.
• intern organisasi yaitu segala aktivitas organisasi yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas IKAMI SUL-SEL.
• Ekstern organisasi yaitu segala aktivitas yang dilakukan oleh Kader dalam lingkup tugas organisasi diluar IKAMI SUL-SEL.
• Aktifitas Kelompok
Aktivitas kelompok merupakan aktivitas yang dilakukan oleh kader dalam suatu kelompok yang tidak memiliki hubungan struktural dengan organisasi formal tertentu.
a. Intern organisasi yaitu segala aktivitas kelompok yang dilakukan oleh kader dalam lingkup organisasi IKAMI SUL-SEL yang tidak memiliki hubungan struktural (bersifat imformal).
b. Ekstern Organisasi yaitu segala aktivitas kelompok yang dilakukan oleh kader diluar lingkup organisasi dan tidak memiliki hubungan struktural dengan organisasi formal manapun.
• Aktifitas Perorangan
Aktivitas perorangan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan.
a. Intern organisasi yaitu segala aktivitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan untuk meyahuti tugas dan kegiatan organisasi IKAMI SUL-SEL.
b. Ekstern organisasi yaitu segala aktivitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan diluar tuntutan tugas dan kegiatan organisasi IKAMI SUL-SEL.
6. Pengabdian Kader
Dalam rangka meningkatkan upaya mewujudkan masyarakat adil makmur dan sejahtra, maka diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian kader ini merupakan penjabaran dari peranan IKAMI SUL-SEL sebagai sumber insani pembangunan bangsa. Dan oleh karena seluruh bentuk-bentuk pembangunan yang dilakukan merupakan jalur pengabdian kader IKAMI SUL-SEL maka jalur pengabdiannya adalah sebagai berikut :
o Jalur akademis (Pendidikan,Penelitian,dan Pengembangan)
o Jalur dunia profesi (Dokter,Konsultan,Pengacara, Manajer, Jurnalis, dll)
o Jalur Dunia Usaha (Koperasi,BUMN,dan Swasta)
o Jalur Sosial Politik
o Jalur Sosial Kemasyarakatan
o Jalur LSM
o Jalur Kepemudaan
o Jalur Olahraga dan Seni Budaya
o Jalur-jalur lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader-kader IKAMI SUL-SEL

• Arah Perkaderan
Arah dalam pengertian umum adalah petunjuk yang membimbing jalan dalam bentuk bergerak menuju suatu tujuan. Arah juga dapat diartikan sebagai pedoman yang dapat dijadikan patokan dalam melakukan usaha yang sistematis untuk mencapai tujuan.
Jadi arah perkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses perkaderan IKAMI SUL-SEL. Arah perkaderan sangat erat kaitannya dengan tujuan perkaderan, dan tujuan IKAMI SUL-SEL sebagai tujuan umum yang hendak dicapai IKAMI SUL-SEL.
Bagi anggota, tujuan IKAMI SUL-SEL merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
7. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan sistematis sebagai alat transformasi nilai dan proses rekayasa peradaban melalui pembentukan kader berkualifikasi intelektual-profesional sehingga berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan pedoman perkaderan IKAMI SUL-SEL
8. Target
Terciptanya kader intelektual yang manusia yang berbudaya serta mampu mengemban amanah sebagai manusia yang kreatif dan inovatif dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
o Wujud Profil Kader IKAMI SUL-SEL Masa Depan.
Bertolak dari landasan-landasan arah perkaderan IKAMI SUL-SEL, maka aktivitas perkaderan diarahkan dalam rangka membentuk Kader IKAMI SUL-SEL: Intelektual Profesional yang dalam aktualisasi peranannya berusaha mentransformasikan nilai-nilai yang memiliki kekuatan pembebasan (liberation force) dan memiliki keberpihakan terhadap kaum tertindas.
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi tersebut ditujukan pada:
a) Pembentukan integritas watak dan kepribadian
Yakni kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi mandiri yang menyadari tanggung jawab mahluk sosial dimuka bumi, sehingga citra manusia yang berbudaya senantiasa tercermin dalam pola pikir, sikap dan perbuatannya.
b) Pengembangan kulitas intelektual
Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan pengetahuan (knowledge), kecerdasan (intelectuality) dan hikmah kebijaksanaan (wisdom) yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai.

c) Pengembangan kemampuan Profesional
Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah pada peningkatan kemampuan menterjemahkan ilmu pengetahuan kedalam perbuatan nyata sesuai dengan disiplin yang ditekuninya secara konsepsional dan sistematis untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal sebagai perwujudan amal shaleh.
Usaha mewujudkan ketiga aspek tersebut harus terintegrasi secara utuh sehingga kader IKAMI SUL-SEL benar-benar lahir menjadi kader Intelektual Profesional, yang mampu menjawab tuntutan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

BAB II
DRAFT POLA DASAR TRAINING

I. Arah Training
Arah training adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pentrainingan IKAMI SUL-SEL. Arah pentrainingan sangat erat kaitannya dengan tujuan perkaderan,
Bagi anggota, tujuan IKAMI SUL-SEL merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.

1.1. Jenis-jenis Trining
Training Formal
Training formal adalah training berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Training formal IKAMI SUL-SEL terdiri dari : Latihan Kader I Latihan Kader II Training In-formal
Training in-formal adalah training yang dilakukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme kepemimpinan dan keorganisasian anggota. Training ini terdiri dari :

1.2. Tujuan Training Menurut Jenjang dan Jenis.
Tujuan training perjenjang dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki anggota IKAMI SUL-SEL setelah mengikuti jenjang latihan kader tertentu, yakni Latihan Kader I, dan II. Sedangkan tujuan training menurut jenis adalah rumusan sikap, pengetahuan dan kemampuan anggota IKAMI SUL-SEL, baik kemampuan intelektualitas maupun kemampuan keterampilan setelah mengikuti training atau pelatihan tertentu yakni berupa training formal dan in-formal.


2. Tujuan Training Formal
2.1. Latihan Kader I
“Terbinanya kepribadian yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dlam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai generasi bangsa bangsa”.

2.2. Latihan Kader II (Intermediate Training)
“Terbinanya kader IKAMI SUL-SEL yang mempunyai kemampuan intelektual dan mampu mengelola organisasi sehingga bisa menjadi pemimpin yang mampu mentransformasi konsepsi dalam gerak perubahan sesuai dengan misi IKAMI SUL-SEL”.

3. Tujuan Training In-Formal.
“Terbinanya kader yang memiliki skill dan profesionalisme dalam bidang manajerial, keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan, kewirausahaan dan profesionalisme lainnya”.

4. Target Training Perjenjangan
4.1. Latihan Kader I
● Memiliki kesadaran menjalankan ajaran agama yang diyakininya dalam kehidupan sehari-hari.
● Mampu meningkatkan prestasi akademis.
● Memiliki kesadaran dan kemampuan manajerial dalam berorganisasi.

4.2. Latihan Kader II
● Memiliki kesadaran intelektual yang kritis, dinamis, progrsif, inovatif dalam mengemban misi IKAMI SUL-SEL.
● Memiliki kesadaran akan tanggung jawab kebangsaan.
● Memiliki kemampuan kepemimpinan yang amanah, fatanah, siddiq, dan tabliq serta mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pemikiran konsepsional dalam dinamika perubahan sosial.
● Memiliki kemampuan untuk menggorganisir masyarakat dan mentransformasikan nilai-nilai perubahan untuk mencapai masyarakat adil makmur.

5. Manajemen Training
• Metode Penerapan Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat hubungannya dengan masalah yang meyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam training. Demikian pula materi training memiliki keterpaduan dan kesatuan dengan metode yang ada dalam jenjang training. Dalam hal ini, untuk penerapan kurikulum training ini perlu diperhatikan beberapa aspek : Penyusunan jadwal materi training. Jadwal training adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan bentuk-bentuk training. Oleh sebab itu perumusan jadwal training hendaknya menyangkut masalah-masalah :
● Urutan materi, hendaknya dalam penyusunan suatu training perlu diperhatikan urutan-urutan tiap-tiap materi yang harus memiliki korelasi dan tidak berdiri sendiri (asas integratif). Dengan demikian materi-materi yang akan disajikan dalam training selalu mengenal prioritas dan berjalan secara sistematis dan terarah, karena dengan cara seperti itu akan menolong peserta dapat memahami materi dalam training secara menyeluruh dan terpadu.
● Materi dalam jadwal training harus selalu disesuaikan dengan jenis dan jenjang training.

Cara atau bentuk penyampaian materi training.
Cara penyampaian materi-materi training adalah gabungan antara ceramah dan diskusi /dialog. Semakin tinggi tingkatan suatu training atau semakin tinggi kematangan peserta training, maka semakin banyak forum-foridea (dialog/diskusi). Suatu materi harus disampaikan secara diskutif, artinya instruktur bersama Master Of Training berusaha untuk memberikan kesempatan-kesempatan.
Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan gagasan-gagasan kreatif di kalangan anggota trainers, Forum training sebagai forum penyegar gagasan trainers, sedapat mungkin dalam forum tersebut tenaga instruktur dan Master Of Training merupakan pioner terhadap gagasan kreatif. Meskipun gagasan-gagasan dan problema-problema yang disajikan dalam forum tersebut belum sepenuhnya ada penyelesaian secara sempurna. Untuk menghindari pemberian materi secra indokrinatif dan absolutik maka penyuguhan materi hendaknya ditargetkan pada pemberian alat-alat ilmu pengetahuan secara elementer. Dengan demikian pengembangan kreasi dan gagasan lebih banyak diberikan kepada trainers.
Usaha menimbulkan kegairahan (motivasi) antar sesama unsur individu dalam forum training. Untuk menumbuhkan kegairhan dan suasana dinamik dalam training, maka forum semacam itu hendaknya merupakan bentuk dinamika group. Karena itu forum training harus mamapu memberikan “chalenge” dan menumbuhkan “respon” yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat dilaksanakan oleh instruktur, asisten instruktur, dan Master Of Training.
Terciptanya kondisi-kondisi yang equal (setara) antar sesama unsur individu dalam forum training. Menciptakan kondisi equal antara segenap unsur dalam training berarti mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang ada dalam training. Problem yang akan dihadapi adanya kenyataan-kenyataan “kemerdekaaan individu” dengan mengalami corak yang lebih demokratis. Dengan demikian pula perbedaan secara psikologis unsur-unsur yang ada akan lebih menipis disebabkan hubungan satu dengan lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan antara senior dan yunior.
Adanya keseimbangan dan keharmonisan antara metode training yang dipergunkan dalam tingkat-tingkat training. Keseimbangan dan keharmonisan dalam metode training yakni adanya keselarasan tujuan IKAMI SUL-SEL dan target yang akan dicapai dalam suatu training. Meskipun anatar jenjang/forum tarining memiliki perbedaan-perbedaan karena tingkat kematangan peserta sendiri.

BAB III
DRAFT PEDOMAN MATERI

I. PENDAHULUAN
IKAMI SUL-SEL adalah suatu organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai organisasi primordial bertuan untuk pengembangan kader. Hal ini berarti bahwa semua aktifitas yang dilaksanakan oleh IKAMI SUL-SEL adalah dalam rangka kaderisasi untuk mencapai tujuan IKAMI SUL-SEL. Dengan demikian perkaderan di IKAMI SUL-SEL merupakan suatu sistem, yang mengandung arti bahwa kaderisasi di IKAMI SUL-SEL tidaklah hanya melalui training atau pelatihan formal saja, tetapi juga melalui bentuk-bentuk dan peningkatan kualitas keterampilan berorganisasi yang lazim disebut sebagai follow–up training. Folluw-up training tersebut diantaranya adalah up-grading dan aktifitas yang berfungsi sebagai pengembangan sehingga kualitas diri anggota akan meningkat secara maksimal.
Follow-up training merupakan kegiatan perkaderan IKAMI SUL-SEL yang bersifat pengembangan, tetapi juga tetap merujuk pada Anggaran Dasar IKAMI SUL-SEL. Namun demikian pedoman ini jangan diartikan sebagai pembatas aktifitas seoran kader, tetapi hanya merupakan batas minimal yang harus dilakukan seorang kader setelah mengikuti jenjang training formal tertentu .
1. Fungsi :
● Pendalaman
● Pengayaan
● Perbaikan (Remedial)
● Peningkatan
● Aplikatif
2. Pertimbangan :
● Ada unsur subjektifitas (pengarahan)
● Kontinuitas
3. Target
LK-I :
o Meningkatkan Prestasi Akademik
o Menumbuhkan semangat militansi kader
o Meningkatkan kualitas berorganisasi

LK-II :
o Meningkatkan intelektualitas (keilmuan)
o Menumbuhkan semagat melakukan perubahan
o Meningkatkan kemampuan manajerial
o Meningkatkan kemampuan mentrasformasikan gagasan dalam bentuk lisan dan tulisan
o Melahirkan pemimpin-pemimpin
o Melahirkan kader yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya

II. Bentuk Materi Training
• LK-1 :
a. Screening meliputi ;
- Penanaman Nilai-nilai Budaya Sul-Sel
1. Sejarah Sulawesi Selatan
2. Budaya Sulawesi Selatan
b. Up-Grading/Kursus-kursus , meliputi :
o Ke-IKAMI-an
o Gerakan Mahasiswa
o Nilai Orientasi Perjuangan IKAMI SUL-SEL
o Keprotokoleran
o Kepengurusan
o Kesekretariatan
o Kepanitiaan
LK-II :
a. Screening meliputi :
• Primordialisme/Wawasan Nusantara (Integritas)
• Nasionalisme
b. Up-Grading / Kursus-kursus, meliputi :
• Training Manajemen
• Training Kewirausahaan
• Latihan Kepemimpinan
• Latihan Instruktur/Pemateri
• Latihan Metodologi Riset
• Latihan Advokasi dan HAM
• Pusdiklat Pimpinan

III. Aktifitas, meliputi :
• Kelompok Penelitia
• Kelompok Diskusi
• Pendampingan Rakyat
• Pengabdian masyarakat secara umum

BAB IV
PENUTUP
Organisasi adalah sebuah wadah yang di dalamnya terdapat sejumlah anggota yang mengikat diri dengan satu sistem dan menyamakan visi serta misi guna mencapai suatu tujuan sebagai mana yang menjadi tujuan dasar terbentuknya organisasi tersebut.
Perjalanan organisasi di Indonesia dari masa ke masa telah mengalami beberapa peningkatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun, pertanyaan mendasar adalah “Apakan tujuan dasar dari setiap organisasi, yang melatarbelakangi lahirnya suatu organisasi telah dirampungkan, atau hanya sekedar program tertulis untuk memenuhi kepentingan pribadi pendirinya?”. Pertanyaan di atas tentunya hanya bisa dijawab melalui kerja-kerja kongkrit dari organisasi itu beserta para anggotanya.
Atas dasar itulah, sebagai kaum terpelajar yang menyandang gelar agent of change yang mengikat diri dalam suatu wadah organisasi yakni IKAMI SUL-SEL, menyatukan visi dan misi menuju terciptanya insan yang macca, lempu’, warani, getteng, sipakatau dan sipakalebbi.Ewako.....

0 komentar:

Posting Komentar

Ethiopia

Seseorang yang menjadi sumber kekuatan terbesar adalah pula sumber kelemahan terbesar

Kumpulan Blog Indonesia

CopyMIX


ShoutMix chat widget

Music

Google Music Search

NapoleonHILL

Kebijakkan yang sesungguhnya, biasanya tampak melalui kerendahan hati dan tidak banyak cakap

  ©Template by ji_aray_ininnawa.