Kamis, 05 Maret 2009



PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN NEGARA
Oleh Jasmin Idris

Negara yang sudah maju ataupun sudah berkembang, pendidikan dan ilmu pengetahuan sangat diutamakan, karena kemajuan suatu Negara disebabkan adanya sumber daya manusia (SDM) yang terdidik melalui proses belajar. Proses belajar ini tidak hanya melalui pendidikan sekolah saja, akan tetapi proses belajar dapat dilakukan diluar pendidikan sekolah dan didalam keluarga juga sangat menentukan kecakapan dan keterampilan anak. Disamping itu pembelajaran tidak ada batasnya, waktu, tempat dan umur, bahkan suku manapun tak terkecuali, dan proses pembelajaran trsebut berlangsung secara berkesinambungan.
Negara Indonesia merukan salah satu Negara yang masih dalam keadaan membangun, baik pembangunan secara fisik maupun yang bersifat non fisik. Pembangunan tersebut dalam rangka untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan Negara, apalagi di era globalisasi dan perdagangan bebas seperti seakrang ini, pembangunan dibidang pendidikan sangatlah diperhatikan karena pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah merupakan modal utama dalam upaya memajukan bangsa dan Negara demi kelangsungan pembangunan dalam bidang lainnya.
Masalah pendidikan khususnya di


Negara Indonesia sudah banyak usah yang dilaksanakan oleh pemerintah ataupun swasta, bahkan lembaga- lembaga di luar jalur pendidikan banyak juga yang ikut serta dalam melaksanakan prsoes pendidikan yang bertujuan agar pendidikan tersebut dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik yang berada dipedesaan maupun di perkotaan.
Dalam proses pembelajaran, tentunya tidak lepas dari adanya sarana dan prasarana, karena masalah tersebut merupakan jembatan penyelamat untuk menghantarkan kepada tujuan yang hendak dicapai. Dengan adanya sarana dan prasarana yang merupakan salah satu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan seperti yang terdapat dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003, yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab .

Pendidikan memang sangat penting dalam kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terhadap kemajuan suatu bangsa, tanpa adanya pendidikan maka, bangsa dan Negara tidak bisa maju dan berkembang dengan baik.
Perlunya sebuah pendidikan bagi manusia terlihat dalam setiap sendi- sendi kehidupan, bahwa untuk mengelola alam ini perlu sebuah ilmu pengetahuan yang bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar. Benyak metode pendidikan yang berkembang dewasa ini, merupakan analisa terpenting untuk kemajuan dunia pendidikan.
Para pendidikan kini lebih menfokuskan kepada pendidikan masa kanak- kanak (Preschool Education), karena kemampuan menerima pada fase kanak- kanak jauh lebih besar ketimbang fase umur setelahnya. Baru berjenjang menurut tingkatan umum berjenjang SD, SMP, SMU hingga PT. apabila seseorang telah mencapai umur 50 tahun maka kepribadiannya telah tetap dan sukar untuk dibentuk . Bagaimanapun juga manusia adalah mahkluk yang dapat berubah, misalnya dalam beragama seseorang dapat melakukan perubahan pada dirinya dengan jalan bertaubat ataupun kembali kepada keta’ atan, bahkan berungkali ia dapat mengubah dirinya meskipun telah berusia 100 tahun. Namun, tidak diragukan lagi bahwa kondisi kejiwaan seseorang terbentuk secara bertahap sehingga menjadi bakat (malakat) yang apabila sudah terbentuk sukar untuk mengubahnya.
Penting bagi kita untuk melihat bagaimana cara pandang baru, yang muncul dari ilmu pengetahuan, mengubah sikap kita tentang pendidikan. Pendidikan tradisional menekankan penguasaan dan manipulasi isi. Para siwa menghapalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuan dasar menulis dan berhitung. Kita beranggapan bahwa jika siswa berkonsentrasi hanya untuk menguasai isi, mereka pasti memperoleh informasi mendasar tentang subjek yang mereka pelajari. Ilmu biologi dan fisika modern telah mengubah cara pandang tersebut. Penemuan ilmiah terbaru saat ini memberitahu kita bahwa justru hubungan antara bagian- bagian tersebutlah yaitu konteksnya yang memberikan makna.
Ahli fisika teoritis dan kosmolog matematikal, Brian Swimme, beserta rekannya, Thomas Berry, menekankan pola hubungan ini dengan mengatakan, ada berarti berhubungan karena hubungan adalah inti dari keberadaan .
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkugan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”- nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi disekolah- sekolah kita .
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan pada siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna didalam tugas Sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketia mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna .
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dilaksanakan sejak tahun 2004 membutuhkan sistem kegiatan pembelajaran yang lebih kondusif. Pendekatan Kontekstual (Contextual, Teaching, and Learning), adalah salah satu cara pelaksanaan KBK yang tepat, termasuk bidang pelajaran Fisika. Belajar Fisika sering dianggap momok yang menakutkan oleh siswa. Dengan pendekatan CTL, kita ingin mencari solusi , bagaimana supaya belajar fisika menyenangkan, kreatif, serta sesuai dengan realita yang ada. Diharapkan dengan penggunaan pendekatan CTL, siswa mampu meningkatkan hasil belajar yang akan dicapai dalam setiap bidang pelajaran termasuk Fisika.
DEFINISI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL:
Paradigma Baru Metode Pendidikan Indonesia

Untuk mencapai landasan dalam penelitian ini diperlukan kerangka teori yang ada relevansinya dengan permasalahan yang akan diteliti, adapun teori disini adalah teori yang dikemukakan oleh para ahli khusunya yang menyangkut permasalahan yang akan dijadikan landasan untuk mengkaji masalah yang ada di lapangan.
Adapun yang mendukung dalam penelitian ini adalah:
• Definisi Konseptual
Tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap mental/ nilai- nilai pencapaian hasil belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya .
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh angka didik setelah melalui kegiatan belajarnya .
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindakan interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar dari sisi siswa, hasil belajar merupakan akhir penggal dan puncak belajar .
Hasil kegiatan belajar-mengajar tercermin dalam perubahan prilaku, baik secara material-substansial, strukur fungsional maupun secara behavior .
Suatu proses belajar-mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan interaksional khusus (TIK)nya dapat tercapai .
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kegiatan belajar yang bersifat kontinyu dan pada akhirnya terjadi perubahan dalam tingkah laku penampilan,pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Biasanya hasil belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf.
• Definisi Operasional
Fungsi dari hasil belajar itu bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan aktivitas, tetapi lebih penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar.
Kemajuan individu bukan saja berupa ilmu pengetahuan, tetapi kecakapan atau keterampilan. Untuk mengetahui penguasaan setiap siswa terhadap mata pelajaran tertentu dilaksanakan evaluasi. Dari evaluasi itu akan dapat mengetahui kemajuan siswa.
Pengajaran di sekolah menengah diarahkan kepada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Akan tetapi berkaitan dengan pengajaran fisika dalam hal hasil belajar ditekankan pada aspek kognitif. Hasil belajar siswa dalam mengikuti program belajar dapat diukur secara langsung dengan tes. Hal ini sering digunakan dalam arti yang sangat luas, yakni untuk bermacam-macam ukuran terhadap apa yang telah dicapai siswa misalnya, ulangan harian, tugas-tugas, pekerjaan rumah dan sebagainya.
Pendekatan Kontekstual (Contextual, Teaching, and Learning (CTL))
• Definisi Konseptual
Pendekatan Kontekstual (Contextual, Teaching, and Learning (CTL)) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari- hari .
Landasan filosofis Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta- fakta atau proporsi yang mereka alami dalam kehidupannya .
CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola- pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari- hari siswa .
Agar kesadaran siswa terhadap lingkungan ini dapat lebih ditingkatkan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal, paradigma pembelajaran yang sedang berlangsung perlu disempurnakan, khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan suasana pembelajaran. Paradigma “baru” ini dirumuskan seabgai: siswa aktif mengkonstruksi- guru membantu dengan sebuah kata kunci: memahami pikiran anak untuk membantu anak belajar. Paradigma baru ini dikenal dengan nama pendekatan kontekstual .
Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam kelas cukup mudah, dengan penerapan komponen utama dari pendekatan tersebut. Setiap komponen utama CTL mempunyai prinsip- prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip- prinsip dasar yang dimaksud terlihat pada penjelasan berikut :
• Konstruktivisme, komponen merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide- ide yang ada pada dirinya.
• Bertanya (questioning). Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.
• Menemukan (inquiry). Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan- kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
• Masyarakat Belajar (learning community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, baik didalam maupun diluar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community.
• Pemodelan (modelling). Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan keapda siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
• Refleksi (Reflection). Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
• Penilaian Autentik (authentic assessment). Komponen yang merupakan cirri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman belajar siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata- mata pada hasil pembelajaran.
Sebelum penerapan pendekatan kontekstual (CTL) diterapkan dikelas, tentunya seorang guru perlu mempersiapkan segala sesuatunya dalam melaksanakan transfer ilmu kepada siswa, persiapan- persiapan yang dimaksud tentunya mempunyai tujuan- tujuan yang penting guna menciptakan kondisi belajar yang baik. Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah :
• Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang fasif atau resisten.
• Menyingkirkan rintangan belajar.
• Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar.
• Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik penalaran.
• Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, mencipta, dan tumbuh.
• Mengajak keluar dari ketarasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.
• Definisi Operasional
Agar tujuan dalam proses belajar mengajar tercapai diperlukan adanya pemilihan metode-metode pembelajaran. Adapun pemilihan metode pembelajaran tergantung pada tujuan pembelajaran.
Secara operasional pendekatan kontekstual (CTL) dapat dirumuskan sebagai metode pembelajaran yang dapat memperluas dan memperdalam pemahaman serta pengalaman siswa dalam mengemukakan gagasan melalui pembelajaran sebenatnya, dipergakan serta dapat menerka dan membandingkan pandangan tentang dunia nyata atau situasi tertentu sehingga dapat meningkat aplikasi siswa pada situasi permasalahan dalam kehidupan yang sebenarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Ethiopia

Seseorang yang menjadi sumber kekuatan terbesar adalah pula sumber kelemahan terbesar

Kumpulan Blog Indonesia

CopyMIX


ShoutMix chat widget

Music

Google Music Search

NapoleonHILL

Kebijakkan yang sesungguhnya, biasanya tampak melalui kerendahan hati dan tidak banyak cakap

  ©Template by ji_aray_ininnawa.