Fakta Pertama.
Sekjen MUI pusat Prof Dr Din Samsuddin meminta kepada umat Islam melalui ormas dan lembaganya mewaspadi gerakan pemurtadan korban bencana gempa bumi yang terjadi di Jateng-DIY. Ia mensinyalir, kalangan agama tertentu sudah memulai bergerak dengan mendirikan posko-posko di lokasi bencana. ''Bahkan saya melihat sendiri, ada dua tenda khusus yang menampung anak-anak balita, saya tidak tahu apakah ada motif tertentu atau tidak, tetapi kita harus waspada karena saya yakin itu bukan lembaga Islam. Saya minta seluruh ormas dan lembaga Islam mengawal aqidah kurban bencana,'' kata Din di hadapan peserta rapat koordinasi Dakwah dan Kegiatan Pasca Bencana Gempa Bumi di Aula Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta kemarin petang.
Selain Din Samsuddin, dalam rapat koordinasi tersebut tampak hadir Ketua Umum MUI DIY Drs HM Thoha Abudrrahman serta ormas dan lembaga Islam lainnya seperti HMI, KAMMI, MER C dan lain-lain.
Menurut Din, gerakan kristenisasi di Yogyakarta termasuk cukup besar, sehingga untuk menjaga kemungkinan terjadinya pemurtadan dikalangan korban gempa bumi, seluruh ormas dan lembaga Islam, selain memberikan bantuan logistik dan makanan, bersama-sama melakukan pengawalan aqidah. Termasuk melakukan pembinaan rohani terhadap anak-anak.
''Mereka itu memiliki logistik dan dana yang cukup, oleh karena itu mari kita bersama-sama mengawal aqidah mereka. Meski ini agak terlambat, kami mengajak seluruh ormas dan lembaga Islam untuk mengirimkan dai-dainya ke lokasi bencana '' tandas Din.
Fakta Kedua
Relawan HTI Temukan Bukti Kristenisasi
Yogyakarta, Kristenisasi sungguh bukan isapan jempol atau tuduhan ngawur, melainkan fakta yang sungguh terjadi. Bukti Kristenisasi telah ditemukan relawan HTI di desa Segoroyoso, Pleret, Bantul pada hari Ahad sore (4/6). Relawan mendapatkan bukti berupa dua eksemplar majalah anak Kristiani dari tangan anak-anak muslim Segoroyoso.
Relawan HTI bertindak cepat. Majalah-majalah Kristiani itu beserta puluhan buku lainnya segera diminta oleh relawan HTI untuk dijadikan barang bukti. Majalah-majalah yang membahayakan aqidah anak-anak muslim Segoroyoso itu segera diganti oleh para relawan dengan majalah anak Islami.
Sungguh, penyebaran majalah Kristiani di komunitas muslim ini sangat keji dan menyakitkan. Betapa tidak. Banyak rumah yang sudah hancur oleh gempa di Segoroyoso. Namun kenyataan memilukan ini nampaknya tidak memuaskan
pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Mereka ingin Aqidah Islam di dada warga muslim turut hancur, menyempurnakan kehancuran rumah-rumah korban gempa.
Masya Allah. Betapa teganya. Betapa kejinya. "Memang bila kita kaji lebih jauh, dalam kekalutan, masih ada tangan yang tega berbuat nista," demikian tutur Ebiet G. Ade dalam sebuah bait lagunya.
Ust Drajat, relawan HTI yang bertugas di posko Segoroyoso, menuturkan kepada Khilafah1924 Press bahwa penemuan bukti Kristenisasi itu bermula dari datangnya penyanyi terkenal, Denada Tambunan, hari Ahad (4/6/2006) di Segoroyoso, Pleret, Bantul pada pukul 16.30 WIB. Saat itu anak-anak muslim Segoroyoso sedang belajar Qur`an dalam program TPA posko HTI. Begitu melihat Denada datang, spontan anak-anak berlarian meninggalkan al Qur`an dan antusias menyambut Denada di lapangan. Penyanyi ini lalu mengadakan acara temu fans hingga pukul 17.30 WIB (menjelang Maghrib).
Denada datang dengan dua mobil. Satu mobil dinaiki Denada, satu mobil lainnya adalah mobil box yang membawa bantuan berupa 3 (tiga) dus berisi beraneka boneka, buku, dan majalah. Bersama Denada ada pula satu rombongan sebuah stasiun TV swasta yang meliput kegiatan Denada untuk program infotainment selebritis.
Tak berapa lama, Ust Drajat didatangi Mas Ari, koordinator desa Segoroyoso yang mengurusi distribusi bantuan. Mas Ari menjelaskan kepada Ust Drajat, berdasarkan pertimbangan tertentu, desa menyerahkan pengelolaan bantuan Denada kepada para relawan HTI. Mas Ari mengharapkan, buku dan majalah bantuan Denada dapat menjadi koleksi perpustakaan di Posko HTI.
Ketika dus-dus bantuan Denada sampai di tangan relawan HTI, ternyata anak-anak sudah tidak sabaran dan sangat bersemangat untuk mengambil macam-macam boneka, buku, dan majalah yang ada. Relawan HTI pun kewalahan. Akhirnya boneka, buku, dan majalah diambil oleh anak-anak secara berebutan. Di situlah relawan HTI terkaget-kaget. Astaghfirullah. Betapa tidak, karena berbagai buku dan majalah itu ternyata membawa muatan nilai-nilai Kristiani yang sangat membahayakan Aqidah Islam anak-anak muslim Segoroyoso. Untuk diketahui, mayoritas warga Segoroyoso adalah muslim.
Dua eksemplar majalah yang berhasil diperoleh relawan HTI, adalah majalah AMI (Anak Manis Indonesia), sebuah majalah cerita Al Kitab yang diterbitkan oleh PT Atmo Ami Talentakasih, dengan konsultan/pemimpin Arswendo Atmowiloto, penulis yang pernah dipenjara lantaran menghina Nabi Muhammad SAW. Dua majalah yang sekarang diamankan di Posko Pusat HTI di Yogyakarta adalah majalah AMI edisi no. 5/Th XVIII dan edisi no.14/Th XVIII.
Apa isi majalah itu? Jelas, mengajarkan nilai-nilai Kristiani. Dalam dua eksemplar majalah AMI tersebut, bertaburan kutipan ayat-ayat dari kitab Injil. Sebagai contoh, pada majalah AMI no.14/Th XVIII hal. 13, ada cerpen anak berjudul "Aku Selalu Punya Uang." Di akhir cerita ada kutipan ayat Injil berikut,"Tangan yang lambat membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10 : 4).
Pada majalah AMI edisi yang sama (edisi no.14/Th XVIII) hal. V (halaman Bonus), terdapat lembaran khusus untuk mewarnai : "Yuk Mewarnai". Ternyata gambarnya adalah gambar Yesus yang sedang menenangkan anak kecil yang sedang menangis. Ada kutipan Injil di pojok kanan atas pada halaman itu,"Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (Markus 6 : 50b).
Pada edisi yang sama (no.14/Th XVIII) hal. VIII (halaman Bonus) ada rubrik Kuis Teka-Teki Silang. Pertanyaan mendatar no. 32 adalah,"Tempat kita beribadah." Ada enam kotak kosong yang harus diisi. Seorang anak muslim Segoroyoso yang sempat memegang majalah ini (tapi majalah lalu diminta relawan HTI), sudah menjawab pertanyaan tersebut. Enam kotak kosong itu lalu dijawab,"MASJID." Ternyata jawaban itu salah. Jawaban yang dikehendaki sebenarnya adalah : "GEREJA."
Ternyata kotak pertama harus diisi huruf "G", bukan "M". Sebab huruf pertama itu harus sama dengan huruf terakhir dari pertanyaan menurun no. 24 dengan enam kotak kosong, yaitu "Tidak rugi." Jawabnya tentu "Untung" dengan huruf terakhir "G". Huruf "G" ini sekaligus menjadi huruf pertama dari jawaban pertanyaan mendatar no. 32 di atas : "Tempat kita beribadah." Lalu apa tempat ibadah "kita" yang berawal dengan huruf "G"? Jelas bukan masjid, atau gasjid, tapi gereja. Nauzhu billah min dzalik.
Temuan ini benar-benar membuat relawan HTI geram dan geregetan. Tapi di sisi lain, temuan barang bukti ini semakin menambah keimanan relawan HTI akan benarnya firman Allah SWT (artinya) :
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS Al-Baqarah [2] : 120).
Temuan ini juga membuat relawan HTI sangat khawatir, karena majalah-majalah itu dapat memurtadkan orang Islam. Kalau seorang muslim murtad lalu menganut agama kafir, hapuslah semua pahala amalnya dunia-akhirat dan akan dijebloskan ke neraka untuk selama-lamanya. Nauzhu billah min dzalik. Firman Allah SWT (artinya) :
"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah [2] : 217).
Relawan HTI akan menindaklanjuti temuan bukti-bukti Kristenisasi yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab itu. Pihak-pihak yang jahat itu harus tahu, mereka kini berhadapan dengan relawan HTI yang telah bersumpah dengan nama Allah untuk menjadi benteng penjaga Islam yang terpercaya (haarisan amiinan lil Islam).
Alhamdulillah-nya, Tim Mediasi HTI DIY sudah menjalin kerjasama dengan LKBH UII (Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum UII) Yogya di bawah pimpinan Dr. Jawahir Thontowi. Kerjasama ini akan diefektifkan untuk merumuskan langkah berikutnya berupa legal action (langkah hukum) guna memperkarakan pihak-pihak yang sengaja memperkeruh suasana dengan menyebarkan majalah Kristiani kepada anak-anak muslim Segoroyoso.
Sementara itu, program-program TMY (Tabanni Mashalih Yogya) lainnya terus berlangsung. Program Logistik melaporkan (5/6), telah datang tujuh tukang bangunan yang dikoordinir aktivis HTI Purworejo. Bantuan tenaga ini terbukti sangat bermanfaat, karena mereka sangat profesional membantu relawan HTI membenahi reruntuhan rumah yang roboh. Para profesional yang diturunkan di Posko HTI Segoroyoso, Pleret, Bantul berhasil membenahi dua rumah yang porak poranda.
Dilaporkan pula, telah diperoleh bantuan logistik berupa 3 (tiga) tenda dari tentara Qatar (5/6), yang bermarkas di Kantor Kecamatan Bambanglipuro. Bantuan tersebut langsung disalurkan kepada Posko HTI di dusun Plebengan, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul.
Selain itu bidang logistik juga melaporkan telah berhasil memasang antene radio komunikasi (HT) di 3 Posko HTI. Yaitu di posko dusun Plebengan (Bambanglipuro), dusun Panjang Jiwo (Jetis), dan desa Karangtalun (Imogiri). Pemasangan ini diharapkan dapat memperlancar dan mempermurah komunikasi antar relawan. Sebab selama ini komunikasi menggunakan telepon seluler (HP) yang sangat mahal.
Ust Hatta, penanggung jawab Medis melaporkan pada Senin (5/6) telah terjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Antara lain dengan DSUQ yang siap menyediakan satu mobil ambulans lengkap dengan tenaga dokter dan paramedis. Juga telah dijalin kerjasama dengan ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) yang siap membantu penyediaan obat-obatan. Kerjasama ini berlangsung mulus, karena Ust Hatta kebetulan adalah juga sarjana farmasi, alumnus UII (Universitas Islam Indonesia) Yogya. Alhamdulillah.
Program Recovery Mental juga terus berjalan. Direncanakan, Hari Moekti kembali akan menggebrak Bantul hari Rabu (7/6) dan Kamis (8/6). Sementara itu M Shiddiq al-Jawi, penanggung jawab program Recovery Mental telah mengadakan koordinasi dengan Posko HTI Klaten (5/6), untuk memberikan Pelatihah Relawan. Rencananya akan diadakan Pelatihan Relawan HTI Klaten pada Selasa malam (6/6). Program lainnya yang dikerjakan Senin (5/6) adalah mempersiapkan Pelatihan Relawan HTI untuk Recovery Mental Anak-Anak. Sedianya akan didatangkan para trainer praktisi pendidikan anak dari SDIT Insantama Bogor. Tapi program ini ditunda, karena para trainer sedang sibuk mempersiapkan ujian semester SDIT Insantama. Selain itu juga sedang diusahakan menjalin kerjasama dengan beberapa stasiun radio di Yogya untuk sosialiasi program TMY HTI kepada khalayak ramai.
Mengenai dana, Ust Andika bendahara TMY HTI DIY melaporkan, sampai Senin (5/6/2006) dana total yang yang terkumpul sebesar Rp 124 juta. Tepatnya Rp. 124.486.172. Andika merinci, dana total tersebut adalah jumlah total dari 4 pos dana. Yaitu dari rekening BCA Fanani (421-1428-435) sebesar Rp. 69.664.704; dari rekening BCA Ibnu Alwan (456-0274-888) sebesar Rp 25.700.748; dari sumbangan langsung (non rekening) sebesar Rp 20.317.500; dan dari kas di tangan Rp 8.803.200.
HTI DIY tak henti-hentinya terus menghimbau kaum muslimin untuk peduli kepada para korban gempa. Ingat, pada harta Anda, terdapat hak bagi orang-orang yang tidak mampu. Berikanlah hak mereka, yang ada pada harta Anda. Mari kita camkan firman Allah SWT (artinya) :
"Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan orang-orang miskin yang tidak mendapat bahagian (tidak meminta)" (QS Adz-Dzariyat [51] : 19).
Salurkan dana Anda ke rekening BCA nomor 456-0274-888 atas nama Ibnu Alwan. Semoga Allah SWT membalas amal shaleh bapak ibu sekalian dengan pahala yang besar dari sisi-Nya. Amin. (MSJ).
BANDUNG -- Sebanyak 562 orang mengikuti panduan pendidikan dan latihan da'wah kepada kalangan non muslim di Masjid Al-Fajr Bandung. Ratusan orang itu berasal dari Jawa Barat, empat orang dari Jawa Tengah, 12 orang asal Jawa Timur, dua orang dari Kalimantan, dan 26 orang dari Sumatera.
''Diklat ini diadakan karena di lapangan, pemurtadan masih marak,'' ujar Sekjen Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI), Hedi Muhammad, kepada Republika, Ahad (25/6). Ia menambahkan, pergerakan pemuratadan diantaranya terjadi di Garut selatan, Cimenyan, Cikalong Wetan, Banjaran, dan Arjasari Kabupaten Bandung. Sedangkan kantong paling besar di Jabar berada di Kecamatan Caringin dan Cisewu, Kab Garut.
Dikatakan Hedi, FUUI masih menemukan pelanggaran SPB dua Menteri 2006 tentang Pendirian Rumah Ibadah dan SK Menteri Agama Tahun 1978 tentang Penyebaran Agama. Pihaknya sudah mengantongi bukti dan data pemurtadan yang terjadi. Semua bukti itu, kata dia, siap dicek kebenarannya. ''Jika dianggap fitnah kami siap buktikan. Bahkan saksi-saksi pun sudah siap mengungakapkan kejadian di lapangan,'' katanya menandaskan.
Hedi mengatakan, saat ini pihaknya memberikan limit waktu kepada non muslim untuk menahan diri. Waktu yang diberikan terbatas hanya dua pekan. Selama ini, kata dia, umat Islam sudah bersabar. Namun setelah SPB dilanggar, FUUI memandang umat Islam tidak pantas bersabar lagi. Ia mengungkapkan, jika umat Islam terus-menerus diam akan menjatuhkan harga diri umat Islam sendiri.
Selain pelatihan, kata Hedi, akan diadakan simulasi gerakan massa. Simulasi ini akan diadakan antara 15 Juli atau 16 Juli 2006. Berdasarkan data yang diperoleh Republika, peserta mendapatkan beberapa materi. Yakni dakwah mau'idzoh hasanah kepada non muslim, da'wah kepada non muslim, perspektif hukum dan perundang-undangan RI, menyibak pemurtadan dalam filsafat dan sosial budaya, da'wah kepada non muslim berdasar syariat Islam.
Materi lainnya adalah fakta-fakta keberpihakan politik kontekstual terhadap para penggiat pemurtadan, dan imperatif da'wah kepada non muslim. Acara tersebut digelar, Ahad (25/6) dari pukul 08.00-17.00 WIB. Acara tersebut akan ditindaklanjuti dengan simulasi pegerakan massa.
Fakta Ketiga
Dalam tulisan di harian Republika Jumat, 26 April 2002,dalam tulisan berjudul "Pemurtadan Berkedok Tenaga Kerja," kita diingatkan kembali pada Allah Yarham Dr. Muhammad Nasir yang jauh-jauh hari telah mengingatkan kita akan bahaya kristenisasi. Isu yang selama ini agak luput dari perhatian kaum muslimin, mengingat begitu banyak persoalan baru yang timbul atau sengaja ditimbulkan untuk membuat kita lalai dari permasalahan kristenisasi tersebut.
Masalah kristenisasi ini adalah masalah yang sangat serius, sebab hari ini kita dihadapkan pada kekuatan global misionaris internasional yang semakin berani melakukan aksi-aksi kristenisasinya. Konflik berkepanjangan di Maluku yang diawali dengan insiden Idul Fitri berdarah yang kemudian menjalar ke Poso juga dengan indikasi yang sama, menunjukkan kepada kita begitu hebatnya kekuatan tersebut --dengan dukungan Barat Kristen--, pemerintah dan juga TNI tentu sudah mengetahui siapa otak dan dalang serta pelaku di lapangan yang selalu membuat kerusuhan dan tidak menginginkan kedamaian (padahal damai itu indah).
Keheranan kita begitu bertambah ketika desa kecil bernama Poso tersebut menarik perhatian Amerika serikat sehingga menurunkan senatornya (anggota parlemen) untuk berkunjung ke sana dan mempertanyakan nasib minoritas Kristen yang mengawali kerusuhan dan pembantaian. Begitu juga ketika kunjungan para pejabat Indonesia ke luar negeri. Keadaan ini bertambah parah ketika di kancah internasional umat Islam menjadi tertuduh, dicurigai sebagi terorisme yang harus diwaspadai, yayasannya harus diaudit, serta dituduh dengan berbagai macam tuduhan yang tak berdasar hanya karena ia sebagai muslim? (kasus Tamsil cs di Pilipina). Sementara itu kita tidak pernah tahu berapa banyak dana internasional yang sudah mengalir dan berputar di Indonesia untuk kristenisasi atau untuk penghancuran dan penyelewengan akidah Umat?
Apabila kita mencoba untuk melakukan survei terhadap kasus-kasus kerusuhan yang bernuansa "SARA" selama ini, ternyata lebih banyak disebabkan ulah "kurang ajar" dari para misionaris dan provokator Kristen, yang kemudian kasus tersebut biasanya tidak pernah selesai dan membuka peluang terulang kembali. Apakah karena banyaknya aparat kita yang mulutnya sudah disumpal, serta tangannya diikat dengan berbagai fasilitas yang menggiurkan? sehingga tidak pernah selesai atau memang tekanan internasional yang begitu kuat menghujam negeri ini? sehingga biarlah masyarakat sendiri yang menyelesaikan kasus tersebut?
Hal kedua yang juga patut diwaspadai adalah merebaknya berbagai pemikiran yang berusaha mempertipis (menghilangkan) kepemilikan terhadap agama, yang intinya bahwa semua agama di dunia ini adalah benar, sama saja, jadi masa bodoh dengan kristenisasi ? Padahal inti dari aliran pemikiran itu adalah manusia tidak perlu beragama. Jelas pemikiran semacam ini sangat membahayakan aqidah umat. Dan tentu saja kelompok orang yang bergairah dengan pemikiran semacam ini mendapat dukungan finansial dari kelompok pertama diatas tadi (salah satu lembaga pemikiran keagaman kaum muda yang cukup dikenal tidak kurang menghabiskan anggaran $ 2 juta dolar pertahunnya, sebuah angka yang cukup fantastis).
Kasus SARA bukan berarti harus didiamkan, karena sangat sensitive mengundang pertikaian. Justru aparat dan pihak berwenang harus pro aktif dalam memberantas dan menanggulangi kasus-kasus SARA agar masyarakat yang terkait kasus itu tidak merasa diabaikan dan diacuhkan aspirasinya. Banyaknya kasus pertikaian SARA justru dipicu oleh sikap aparat dan pihak berwenang yang lebih suka mendiamkan bahkan membiarkan hal itu terjadi. Setelah kerusuhan terjadi, tiba-tiba semua pihak ribut dan menyalahkan masyarakat yang bertindak. Sekali lagi, menyelesaikan masalah SARA bukanlah dengan mendiamkannya dan membiarkannya berlalu ditelan waktu, tapi dengan menyelesaikannya secara hokum yang benar-benar tegas, bukan basa-basi politik semata. Terutama masalah kristenisasi yang sangat gencar di berbagai belahan bumi Nusantara ini.
Dan tak kalah pentingnya. sudah seharusnya tokoh umat bahu membahu membentengi umat ini dari berbagai macam upaya penghancuran aqidah yang memang sangat rapi, terencana, sistematis, dan tentunya dengan dana yang tak terbatas. Hikmah dari semua ini umat Islam didorong oleh Allah untuk lebih banyak berkarya, lebih banyak melakukan amal sholeh dan tidak berpangku tangan, dan tentu saja lebih yakin akan kekuatan dan pertolongan Allah, sebab Allah akan melihat siapa yang menolong agamanya, dan barang siapa menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongnya dan menguatkan kedudukannya. Ayo siapa siap daftar membela agama Allah?
Fakta Keempat
Gerakan pemurtadan di Aceh makin gencar. Tak hanya, di lokasi pengungsian. Tempat umum hingga rumah ibadah. Belakangan merambah taman kanak-kanak, ujar warga
Rabu, 27 Juli 2005
Isu pemurtadan di Aceh kini menyeruak kembali. Gerakan pemurtadan pasca tsunami di propinsi yang kena tsunami itu, hari-hari justru dirasakan kian gencar. Selain di lokasi pengungsian, tempat umum, rumah ibadah, kini sudah merambah ke sekolah taman kanak-kanak. Pernyataan ini disampaikan Kepala Sekolah TKA Yayasan Al Abraar, Keuramat Banda Aceh, Diana, yang juga warga setempat sebagaimana dikutip koran setempat.
Gerakan-gerakan bersifat pemurtadan ini dilaporkan memang tanpa paksaan, tapi melalui aksi terselubung. Misalnya, menyebarkan buku-buku dan majalah berisikan ajaran agama di luar Islam.
Buku dan majalah yang disebarkan, disebutkan isinya memang sangat menarik perhatian terutama bagi anak-anak yang dalam masa perkembangan. Selain itu melalui souvenir yang dikemas dalam paket hadiah untuk dibagikan kepada anak dan pelajar.
Bahkan, di Aceh Jaya telah ditemukan sekitar 5.000 jilid buku keyakinan agama lain yang ditulis dalam bahasa Aceh, seperti buku "Injil Lam Haba", kemudian secara berturut-turut pemuka agama di Aceh dilaporkan tentang banyaknya ditemukan buku-buku, majalah dan media bentuk lain yang bisa menggoyahkan keimanan seseorang yang membacanya.
Senin (25/7) lalu, majalah anak-anak yang menokohkan seorang Tuhan dari agama lain, sebagai idola juga ditemukan di samping pagar sebuah Taman Pendidikan Al Qur'an di Kampung Keuramat, Banda Aceh. Majalah itu, awalnya ditemukan santri Yayasan Al Abraar dan sempat dibacanya. Karena gambarnya menarik, penuh warna warni sehingga mengundang keingintahuan setiap anak yang melihatnya. Kemudian buku itu oleh si anak diberitahu kepada sang ibu. Alangkah terperanjatnya ibu santri ini, kemudian dia melaporkan kepada ibu guru dan pihak Yayasan Al Abraar.
Kepala Sekolah TKA Yayasan Al Abraar, Keuramat Banda Aceh, Diana kepada Waspada Selasa (26/7) membenarkan adanya majalah berisi ajaran lain di luar Islam. "Waktu itu saya sangat terkejut dan langsung melapor ke pihak yayasan," aku Diana. Menurut Diana, isi majalah itu bisa mempengaruhi keyakinan anak-anak. Jumlah majalah yang telah diamankan itu, kata Diana sebanyak 43 buku. Tapi dia yakin, ada anak-anak lain yang telah menemukan lebih dahulu. Sebab, tempat ditemukan majalah itu sangat dekat dengan kompleks YKA.
Sebagaimana diketahui, Yayasan Al Abraar selama ini dikenal luas sebagai tempat pembentukan pendidikan Islam. Banyak orang tua mempercayakan anak mereka belajar di YKA. Terkait itu, Diana mengaku agak cemas dengan adanya aksi-aksi yang dapat merubah aqidah bagi diri anak-anak Aceh.
Berita soal pemurtadan di Aceh memang bukanlah hal baru. Pasca tsunami, ratusan LSM atau organisasi Kristen dari luar negeri berbondong-bondong ke propinsi itu atas nama bantuan kemanusiaan.
Fakta Kelima
Penganut Kristen harus dan perlu dibedakan dalam tiga golongan.
Pertama, penganut Kristen yang buta (tidak tahu dan tidak faham agama Kristen, tidak pernah membaca dan mempelajari Bibel, tidak pernah ke Gereja dan kalau ditanya tentang agama Kristen, mereka tak dapat menjawab secara argumenentatif.
Kedua, penganut Kristen yang menjadi qissiis dan rahib (mendalami ajaran Kitab Suci Injil dan mengamalkannya), seperti yang diungkapkan al-Qur'an surah al-Maa-idah ayat 82-83, yang kalau terdengar oleh mereka penyampaian wahyu kepada Rasul Allah, mereka menangis dan menyatakan beriman kepada Allah.
Ketiga, penganut Kristen seperti yang diungkapkan Allah di dalam al-Qur'an (Al-Baqarah: 120) bahwa Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada Islam sehingga umat Islam mengikut agama mereka. Nah, yang berbahaya bagi umat Islam ialah penganut Kristen golongan terakhir ini.
Golongan terakhir inilah yang secara gigih berupaya memurtadkan (mengkristenkan) umat Islam, yang dalam perkembangan selanjutnya dikatakan kristenisasi. Upaya ini telah berlangsung sejak lama, termasuk di Indonesia. Hanya di Indonesia, ketika Orde Baru jaya, banyak pejabat negeri ini tidak percaya bahwa kristenisasi besar-besaran telah dan sedang terjadi di Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku Fakta dan Data tentang kristenisasi di Indonesia oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, banyak yang terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras siang-malam untuk mengkristenkan umat Islam secara khusus. Ironisnya, pada Orde Reformasi di Indonesia, upaya kristenisasi itu semakin berani dan terbuka bahkan keji. Mereka menggunakan Al-Qur`an dan Hadits dengan pengertiannya yang sengaja diputarbalikkan untuk membenarkan ajaran sesat mereka, dan sekaligus untuk mengelabui umat Islam, agar sudi masuk Kristen. Berbagai trik halus mereka lakukan, di antaranya bergerilya dengan kedok "dakwah ukhuwwah" dan "shirathal mustaqim" secara gencar dan tersembunyi. Gerakan ini dikoordinasi oleh Yayasan NEHEMIA yang dipelopori Dr Suadi Ben Abraham, Kholil Dinata dan Drs. Poernama Winangun alias H. Amos.
Yang dimaksud dengan Kristenisasi dalam konteks ini menurut YB Sariyanto Siswosoebroto ialah mengkristenkan orang (non Kristen) secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang mungkin agar adat dan pergaulan dalam masyarakat mencerminkan ajaran agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan berpusat ke gereja.
Upaya kristenisasi yang gencar itu dilancarkan bukan hanya terhadap orang-orang yang belum beragama atau yang menganut kepercayaan animisme saja, tetapi juga terhadap orang yang telah beragama Islam. (Beberapa keluarga penganut Islam berhasil diKristenkan).
Di kalangan penganut Kristen, pengkristenan dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh ditinggalkan. Mengkristenkan orang dianggap sebagai membawa kembali anak-anak domba yang tersesat, dibawa kembali kepada induknya. Manusia-manusia sebagai anak domba akan dibawa kepada kerajaan Allah.
Dan kristenisasi merupakan usaha internasional. Artinya upaya mengeristenkan umat manusia dilakukan ke seluruh dunia, sedang dalam pengertian politik ialah: Berusaha melahirkan undang-undang ataupun peraturan atau tindakan dan sikap penguasa, yang memberi kesempatan lebih banyak lagi bagi tersiarnya agama itu atau menguntungkan bagi agama itu. Apabila penyebaran Kristen dalam masyarakat telah berhasil dan dalam bidang politik berhasil pula, maka terbukalah jalan yang selebar-lebarnya untuk menjadikan keseluruhan masyarakat bernapaskan Kristen, sehingga diharapkan dengan cepat umat Kristen akan menjadi mayoritas, seperti di Filipina, yang sekarang ini ternyata menjadi basis perluasan Kristen ke seluruh Asia Tenggara.
Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya, biaya, peralatan yang lengkap, rencana yang masak, tehnik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang mantap dan kuat, keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan saluran yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia -- sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan segala macam hiburan.
Musyawarah yang gagal
Pada tanggal 30 Nopember 1967 Pemerintah Indonesia mengadakan Musyawarah Antar Agama bertempat di gedung Dewan Pertimbangan Agung Jakarta, dengan maksud antara lain untuk membina saling pengertian dan saling toleransi antara pemeluk-pemeluk agama terutama Islam dan Kristen. Dalam sambutan tertulis Jenderal Suharto pada waktu itu, pejabat Presiden Republik Indonesia, menyatakan keprihatinannya atas kenyataan bahwa penyiaran agama masih dilakukan orang terhadap mereka yang telah memeluk agama tertentu. Dijiwai oleh sambutan Pejabat Presiden itu maka pihak umat Islam mengusulkan rumusan persetujuan, yaitu: Rakyat yang telah beragama jangan dijadikan sasaran penyebaran agama lain. Umat Islam setuju, tetapi pihak Kristen menolak keras usul itu. Maka dicoba mengadakan pertukaran pikiran dan pendekatan-pendekatan namun sia-sia, yang mengakibatkan musyawarah yang berlangsung hampir 24 jam itu tidak menghasilkan sesuatu yang kongkrit.
Fakta Keenam
Selain Islam, Masuk Neraka
Kalau saja dalam beragama dibolehkan mempertuhankan akal, mungkin banyak orang Islam meninggalkan Islam, lalu masuk Kristen. Sebab dalam Kristen, perintah dan kewajiban tak banyak. Shalat tak perlu sampai lima kali sehari semalam. Dan mungkin masih banyak kemudahan-kemudahan serta keringanan-keringanan lain lagi. Tetapi Allah dalam hal ini telah memberikan ketentuan: "Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima dan ia di akhirat menjadi orang-orang yang rugi." (Ali Imran: 85)
Yang dimaksud dengan merugi di sini ialah dimasukkan ke dalam neraka. Firman Allah ini menguatkan firman Allah di dalam al-Qur'an. "Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam." (Ali Imran: 19)
Bukan Allah diktator atau otoriter, tetapi apa yang dikatakanNya itu tentu yang baik, sedang selainnya pasti tak baik. Apa gunanya memilih agama yang dirasakan enak dan mudah dilaksanakan, kalau akibatnya di akhirat nanti, dilemparkan ke dalam neraka? Wallaahu Ta'ala a'lam.
1. Karena kami sudah beragama
Kalau saja umat Kristen mau Jujur pada hati nuraninya, tentang bagaimana perasaan mereka ketika rumah-rumah orang Kristen dimasuki orang Islam untuk mendakwahkan Islam. Maka dapat dipastikan jawabannya akan menimbulkan kegelisahan dan sikap tidak senang lainnya. Apalagi setelah orang Islam berdakwah di rumahnya ternyata ada anggota keluarga mereka mau masuk Islam, tentu mereka marah. Baik terhadap anggota keluarganya yang masuk Islam maupun terhadap orang Islam yang telah mengajaknya.
Sikap antipati umat Kristiani terhadap dakwah Islam itu cukup terang kita saksikan. Peristiwa pengusiran orang Islam di Timur Timor, Irian Jaya, NTT dan tempat lainnya, merupakan perwujudan dari ketidaksenangan mereka terhadap dakwah Islam. Walau dakwah itu tidak ditujukan pada umat Kristen.
Sebenarnya perasaan tidak senang terhadap penyiaran agama Kristen terhadap umat Islam juga dimiliki umat Islam. Sebagaimana umat Kristen yang tidak ingin umatnya didakwahi oleh Da'i Islam. Tetapi sangat disayangkan umat Kristen tidak menyadarinya akan perasaan tersebut, sehingga tetap saja bergerak senak perutnya saja.
Mereka berbuat tanpa mempertimbangkan perasaan umat Islam yang begitu pilu menyaksikan gerakan kristenisasi yang mereka jalankan. Pada hal mereka juga punya perasaan yang sama jika umat Islam melakukan penyebaran kepada umat Kristen. Filosofi kehidupan sakik di urang sakik pulo di awak memang sangat tidak mereka mengerti, apalagi untuk diamalkan. Tapi untunglah umat Islam sangat pengertian dengan perasaan saudara sebangsanya itu, walau saudaranya tidak pernah menenggang perasaannya.
Kita tentu sama-sama menyadari bahwa persoalan agama adalah persoalan hakekat kehidupan seseorang. Dan tidak seorang pun di muka bumi ini yang ingin hakikat kehidupannya diganggu. Sementara itu orang muslim telah memiliki hakekat kehidupannya, yaitu Islam itu sendiri. Kalau saja belum ada punya agama tentu menjadi soal lain. Dan itu pula yang akan diwariskan pada generasinya.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin kutipkan pernyataan Bapak M. Natsir yang penuh hikmah dan bijaksana. Beliau mengatakan: "lsyaduuanna muslimun", saksikanlah dan akuilah bahwa kami ini adalah orang muslimin, yakni orang yang sudah memeluk agama Islam. orang-orang yang sudah punya Identitas Islam.
Jangan Identitas kami Saudara ganggu, jangan kita ganggu mengganggu dalam soal agama ini. Agar agama jangan jadi pokok sengketa yang sesungguhnya tidak semestinya begitu. Marilah kita saling hormat menghormati identitas kita masing-masing, agar kita tetap bertempat dan bersahabat baik dalam lingkungan lyalullah' keluarga Tuhan yang satu itu.
Kami umat Islam tidak apriori menganggap musuh terhadap orang-orang yang bukan Islam, tetapi tegas pula Allah SWT. melarang kami bersahabat dengan orang-orang yang mengganggu agama kami, agama Islam, malah kami dianggap zhalim bila berbuat demikian. Dengan sepenuh hati kami mengharapkan saudara-saudara tidaklah hendak mempunyai hasrat sebagaimana idaman-idaman sementara golongan orang-orang Nashara yang disinyalir Al-Quran yang tidak senang bila belum dapat mengkristenkan orang-orang yang sedang beragama Islam.
Mudah-mudahan janganlah demikian, sebab kalau demikian maka akan terputuslah tali persahabatan, akan putus pula tali suka dan duka yang sudah terjalin antara kita semua... jangan nanti jalan kita bersimpang dua dengan segala akibat yang menyedihkan. Baiklah kita berpahit-pahit, yakni dengan demikian tidaklah dapat kami lihatkan saja dengan sambil berpangku tangan. Sebab kalaulah ada harta yang paling kami cintai lebih dan segala-galanya, itu ialah agama dan keimanan kami. Jangan tuan-tuan coba pula memotong tali warisan ini. Kami dan Allah swt. Untuk menjaga dan memelihara harta ini sampai dia selamat dan aman, dan jadilah agama itu karena Allah semata-mata. Kalaulah bisa dengan teman-teman bersama-sama. Kalau tidak seorang diri sebatang kara. Memang begitulah ajaran agama kami". Mudah-mudahan dapat direnungkan.
2. Menjaga Kestabilan Keamanan Negara
Tidak satupun yang mampu diperbuat kalau kondisi tidak aman, pembangunan hanya akan jadi retorika, impian masyarakat adil makmur hanya akan ada dalam mimpi. Harta benda, pendidikan dan nyawa sekalipun tidak akan berartiapa-apa. Ketika kondisi berada dalam kekacauan.
Impian menciptakan negeri yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak akan ada di alam nyata. Yang ada hanya pertentangan pembunuhan, pembakaran, penjarahan, dan berbagai tindakan kebringasan lainnya. Tidak satupun merindukan negeri ini porak-poranda dalam aroma permusuhan Sangat tidak mungkin orang akan mampu bertahan dalam kondisi demikian.
Dan lubuk hati yang paling dalam tentu kita semua berharap dan mendambakan negri yang aman sentosa adil dan makmur. Orang Minang punya patuah:
"Padi masak jaguang maupiah, Itiak batalua, ayam manateh, Kambiang baranak-Kabau buntiang, Nagari aman rakyat sentosa"
ltu semua tentu bukan impian yang kaku, dan tidak mungkin diwujudkan. Akan tetapi sernuanya kembali bagaimana masyarakat menciptakan dan melestarikan suasana demikian. Dan tentu segala bibit yang yang menimbulkan perpecahan harus segera di dikendalikan dengan baik, agar ia tidak menjadi rerumputan dalam menyemai benih persatuan bangsa.
Salah satu yang menjadi ranjau dalam memelihara persatuan bangsa tersebut adalah keberagaman. Keberagaman yang tidak terkendali dengan baik akan menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan. Kondisi tersebut berawal dan komponen-komponen yang berbeda tidak lagi saling menghargai. Sikap demikian akan berbuah ketersinggung masing-masing pihak, dan puncaknya timbullah perselisihan dan ketegangan sesama anak bangsa.
Stabilitas keamanan bangsapun terganggu. Ketika itu yang terjadi, tentu tidak hanya umat Islam yang akan rugi, akan tetapi seluruh anak bangsa ini juga akan merasa penderitaan akibat kekacauan tersebut. Umat Islam dan Kristen dan orang-orang lain yang tidak ikut dalam sengketa itu pun akan ikut mengecap kepedihan permusuhan.
Oleh karena itu kesadaran untuk melihat persoalan agama adalah persoalan yang amat azazi perlu dikembangkan. Karena agama itu keyakinan hidup manusia. Bila itu yang disinggung, maka banyak resiko yang akan ditanggung.
Semua orang akan tersinggung bila hakekat kehidupannya diganggu. Tidak hanya umat Islam yang akan tersinggung ketika agamanya diganggu, tidak hanya umat Islam yang akan marah jika agamanya dilecehkan. Tetapi sudah menjadi sunatullah bahwa ketersinggungan, kemarahan itu timbul apabila keyakinan hidup diganggu oleh orang lain.
Apakah itu beragama Budha, Hindu, dan termasuk orang Kristen sekalipun. ltulah yang harus sama-sama kita jaga dan pahami secara bersama agar persatuan bangsa ini tetap lestari. Menjaga persatuan bangsa ini tentu tidak hanya kewajiban umat Islam, narnun ini merupakan kewajiban seluruh anak bangsa.
Mudah-mudahan sepakat. Sikap untuk selalu mendukung setiap upaya positif dalam rangka mempertahankan keutuhan bangsa ini, mesti mendapat didukung oleh seluruh komponen bangsa ini. Seperti halnya tentang pola kerukunan hidup beragama yang di canangkan pemerintah yang kita kenal dengan Trilogy kerukunan umat beragama: Kerukunan umat seagama, kerukunan umat antar agama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Mengenai dukungan umat Islam dengan himbauan pemerintah itu, sudah sangat jelas, Cuma saja umat Islam masih menjalankannya dengan sendiri, sementara umat Kristen seakan "menyumbat telinganya" dari himbauan tersebut. Sebagai bukti dukungan tersebut dapat tergambar dari modus vivendi M. Natsir, beliau dengan sepenuh hati mengajak umat Islam dan umat Kristen untuk sama-sama menaati himbauan itu. Pada intinya ada kedamaian antar umat beragama dalam bangsa yang plural ini.
Pertama, antar pemeluk agama di Indonesia ini supaya hidup berdampingan secara baik, saling menghargai dan toleransi. Kedua, agar semua agama di Indonesia merasakan hidup intern umat beragama dengan pemerintah. Ketiga, terwujudnya perdamaian antar masyarakat yang berbeda agama di negara ini dengan kepentingan pembangunan. Keempat, menghindari perang agama sebagai mana yang terjadi diberbagai belahan dunia ini. Kelima, tidak kalah pentingnya adalah mengajak semua manusia mengamalkan salah satu perintah esensial, yaitu keadilan dalam keberagaman beragama.
Terkait dengan point kelima ini, M. Natsir mengatakan "kami umat Islam berseru kepada seluruh teman-teman sebangsa yang beragama lain bahwa Negara ini adalah negara kita bersama, yang kita tegakkan untuk kita bersama, atas dasar toleransi, tenggang rasa, bukan untuk satu golongan yang khusus. Kami berseru sebagaimana seruan Nabi Muhammad sesama warga yang berlainan agama. Kami di perintahkan untuk menegakkan keadilan dan keberagaman diantara saudara.
Allah adalah Tuhan kami dan Tuhan saudara. Bagi kami amalan kami, bagi saudara amalan saudara. Tidak ada persengketaan agama antara kami dan saudara. Allah akan menghimpun kita dihari kiamat, dan kepadanyalah kita kembali".
Upaya M. Natsir melalui modus vivendi tersebut jelas sekali menunjukkan sikap positif untuk membangun bangsa ini dalam keberagaman yang didasarkan pada sikap saling menghargai dan toleransi. Dan lebih penting lagi ada kerinduan mendalam umat Islam untuk bias hidup tenang, penuh kedamaian di bangsa Indonesia yang sama dihuni oleh anak bangsa yang majemuk ini. Mudah-mudahan himbauan basauti.
3. Demi tegaknya hukum negara
Dalam undang-undang dasar 1945 dijelaskan ''setiap warga negara bebas memeluk agarna yang diyakininya dan beribadat menurut agama yang diyakini tersebut". Ketentuan yang ada dalam UUD 1945 tersebut adalah ketentuan baku yang harus ditaati oleh semua warga negara Indonesia, termasuk orang Kristen.
Konsekwensi ketika terjadi pelanggaran hukum tersebut tentu negara ini akan jadi amburadul, tidak beraturan. Sebagai anak bangsa yang taat pada ketentuan hukum, umat Islam tentu punya kewajiban pula untuk menjalankan dan menjaga ketentuan undang-undang yang sudah disepakati tersebut.
Dalam UUD 1945 juga dijelaskan kewajiban tersebut "setiap warga negara sama kedudukannya didalam hukum dan kewajiban menjunjung tinggi hukum tersebut". Ketentuan UUD 1945 tersebut tentu tidak hanya umat Islam yang mesti mentaatinya, akan tetapi seluruh anak bangsa ini.
Sudah merupakan kewajiban pula bagi pemerintah untuk menegakkan hukum tersebut dengan bijaksana dan mengambil tindakan hukum terhadap semua peristiwa yang melanggar rambu-raambu bersama tersebut. Jangan nantinya hukum menjadi hiasan mulut para hakim dan pengacara saja, sementara fungsinya tak obah seperti 'macan ompong' yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Umat Islam hanya mengingat pemerintah dan menjalankan ketentuan yang berlaku, bahwa negara ini sudah ada Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 70 tahun 1978 dan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri No. I tahun 1979 yang mengatur tentang cara penyebaran agama di Indonesia. Pada salah satu pasalnya diterangkan bahwa dilarang pemeluk suatu agama membujuk dan merayu agar pemeluk agama lain mengikuti agamanya.
4. Memberi pengertian bahwa mereka keliru
Ambisi untuk melakukan kristenisasi sejagat, ternyata hanya ambisi yang tidak berdasar dan tidak dibenarkan oleh Tuhan mereka sendiri. Mereka sudah ditipu oleh ayat Bible palsu buatan Paus Paulus yang mengaku Rasul Kristen. "karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapak dan Anak dan Roh Kudus" (Matius28:19).
Sebenarnya ayat ini hanya ayat palsu yang dibikin Paulus untuk rnenggantikan Kristus-Kristus penyembah berhala yang disembah oleh masyarakat Romawi dan sekitarnya dengan Yesus Kristus. Untuk menciptakan ini gereja memberanikan diri untuk menciptakan 12 ayat ayat palsu (Markus: 16:9-20)
Peristiwa pemalsuan ini baru diketahui setelah ditemukan naskah injil yang bertentangan dengan dotrin gereja pada akhir milinium ke II. Setelah diternui naskah tersebut, akhirnya terbitlah Alkitab versi revisi standar, diterbitkan di Amerika dan Kanada. Dalam kata pengantarnya menyebutkan bahwa alkitab versi Raja James (King James Version) memiliki banyak kesalahan. Salah satu hasil revisi tersebut adalah dihilangkannya ayat 9-20 dan Injil Markus.
Nyata sudah bahwa lantunan kata yang indah tersebut dan telah membuat mereka jadi terlena dan lupa bahwa Tuhan mereka telah melarang melakukan Kristenisasi sejagat. Perintah Tuhan mereka tertuang dalam kitab suci mereka "demikianlah jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya. Mereka melintasi tanah Firginia dan Gatalia, karena roh kudus mencegah mereka untuk memberikan injil di Asia" (Kis 16:5-6).
Kalau pun mereka masih meyakini itu ayat yang benar, selaku orang yang cermat dan mau berbicara dengan hati nurani, tentu perintah Tuhan lebih tinggi, lebih dipatuhi ketimbang perintah orang yang mengaku Rasul dan sudah ternyata kebohongannya. Coba pula simak isi kitab mereka yang mengatakan bahwa agama Kristen itu hanya untuk orang Israel saja bukan untuk semua orang di dunia apalagi untuk orang Indonesia "jawab Yesus: Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari urnat Israel" (Matius 15:24).
Tentang peristiwa ini, Allah telah menguraikan pula dalam AI-Quran tentang kekeliruan mereka tersebut "sesungguhnya kafirlah yang mengatakan bahwasanya Allah itu salah satu dari yang tiga, padahal sesekali tiada Tuhan selain Tuhan yang maha esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir diantara mereka akan diitmpa siksa yang pedih" (Al Maidah 73).
Dapatlah kita ketahui bahwa mereka adalah orang yang keliru dan salah sasaran. Sudah saatnya mereka sadar bahwa mereka sudah ditipu oleh hawa nafsu Paus Paulus yang ingin menguasai dunia ini. Pertanyaan akhir yang perlu mereka renungkan adalah apakah mereka lebih taat kepada orang yang mengaku rasul (Paus Paulus) atau Yesus yang dalam keyakinan mereka
Tuhan? Orang yang berlogika lurus tentu akan lebih taat kepada Tuhan dan pada kepada manusia yang mengaku rasul. Sudah seharusnya umat Kristen mengkaji ulang gerakan mereka, yang keliru itu. Dan ini perlu diberitahukan pada mereka. Mudah-mudahan mereka tersadar.
5. Mereka makhluk tanpa toleransi
Sikap intoleransi kaum Kristen terhadap umat Islam sudah cukup banyak. Kepedihan karena ulah ketiadaan sikap toleransi umat Kristen itu telah dirasakan oleh umat Islam di Indonesia, tidak hanya satu atau dua kali saja, akan tetapi telah berulang kali.
Ketersinggungan umat Islam seakan telah dijadikan target kaum Nashara dalam gerakannya di tengah umat Islam sebagai mayoritas bangsa ini. Dan mungkin saja akan berakhir sampai tamatnya Republik ini. Uraian dibawah ini. mencoba mengutippenggalan sejarah yang sangat penting tentang sikap intoleransi umat Kristen dari sekian banyak sikap intoleransi yang ada.
Untuk pertama sekali sikap intoleransi umat Kristen terhadap umat Islam adalah keluarnya ancaman pemuka Kristen dari Indonesia bagian timur ketika dasar negara Indonesia hendak diumumkan pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan ancaman akan melepaskan diri dari negara kesatuan Indonesia. Apabila tidak menghilangkan tujuh kata "dengan kewajiban umat Islam menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya" dari Pancasila. Akhirnya tujuh kata itu dihapus. Padahal dalam sidang pembahasan dasar negara itu, umat Kristen sudah diwakili oleh M.A Maramis di BPUPKI (Badan Persiapan Kemerdekaan
Indonsia) dan Maramis telah sepakat. Namun apa boleh buat, tujuh kata yang sudah disepakati itu harus dibatalkan demi keutuhan bangsa Indonesia, walau dibawah ancaman.
Itu sejarah awal kepiluan umat Islam yang ditorehkan oleh nenek moyang Kristen di bangsa ini. Bagi umat Islam ini jelas adalah pengorbanan yang sangat besar dan seluruh aspek perjuangan menegakkan syariat Islam, tidaklah berlebihan Syafruddin Parawira Negara berkomentar "penghapusan tujuh kata dalam piagam Jakarta, merupakan hadiah terbesar umat Islam bagi bangsa Indonesia ini".
Tradisi sikap intoleransi terus berlanjut pada generasi Kristen sampai hari ini. Setiap ada kesempatan untuk melakukan pekabaran injil tidak pernah mereka lewati. Mereka tidak peduli apakah umat Islam tersinggung pada sikap dan tindakan itu atau tidak, mereka tidak pernah hiraukan.
Peristiwa musyawarah antar golongan agama, 30 November 1967 misalnya, musyawarah itu dikuti oleh wakil-wakil golongan: Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu. Pertemuan itu dimaksudkan mencari jalan keluar sehubungan dengan ketegangan antar umat beragama, khususnya Islam dan Kristen.
Musyawarah ini gagal karena tidak mencapai kesepakatan dalam perumusan sikap bersama. Konsep pernyataan yang diajukan Mentri agama KH. Moh. Dahlan, ditolak mentah-mentah oleh kelompok Kristen. Penolakan itu dikarenakan kelompok Kristen tidak sepakat dengan satu Klausul yang berbunyi :
"...tidak menjadikan umat telah beragama sebagai sasaran penyebaran agama masing-masing". Sementara umat agama lain menerima dengan senang hati. Penerimaan umat Islam, Hindu, dan Budha tentu demi keutuhan bangsa. Cuma wakil agama Kristen yang tidak sepakat. Inilah kenyataan tradisi intoleransi yang dimiliki umat Kristen.
Di Sumatera Barat, tindakan intoleransi itupun terjadi. Diantaranya terjadi di Painan dengan tokoh Robert Adam. Tindakan intoleransi Robert itu dapat dilihat, ketika pengeboman gedung WTC Amerika II September 2001, pada hari berikutnya Robert memasang spanduk besar di halaman rumahnya, bertuliskan "KITA BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA ORANG-ORANG AMERIKA DARI TERORIS UMAT ISLAM YANG FANATIK".
Tulisan demikian tentu amat mengganggu perasaan umat Islam. Tetapi dasar Robert yang tidak punya tenggang rasa, tulisan itu baru diturunkan ketika masyarakat telah memprotesnya dengan berbagai cara. Ini hanya sebagian kecil dari sederet tindakan intoleransi yang ada di seantero Nusantara ini.
Read more...